5: Gamis Brokat

71 11 0
                                    

Revisi 1: 10 Mei 21
Revisi 2: 13 Nov 21

Kring
Kring
Kring

Ting

Suara jam weker disertai notifikasi itu sukses membuat Zahra bangun dari tidurnya.

Dilihatnya jam yang sedari tadi berbunyi.

"Astagfirullah sudah jam 6.... ih Zahra, makanya kalo abis shalat subuh jangan tidur lagi. Gini kan jadinya." Gerutunya menggambil handuk dan juga teman-temannya.

15 menit berlalu, kini Zahra telah siap dengan gamis abu-abunya dan jilbab instan senada. Diraihnya kunci motor dan tote bag tak lupa tas laptopnya.

Prak
Prak
Prak

Bunyi sepatu menuruni anak tangga terdengar hingga sudut-sudut rumah. Padahal yang dipakai flat shoes bukan high shoes maupun high heels. Lucu bukan, hihi garing

"Mbak Zahra kok buru-buru mau kemana?" Tanya bi Atun yang sedang menyapu di samping tangga.

"Kuliah bi' tun." Jawabnya sedikit berteriak karena ia kesiangan.

"Mau kuliah dik?" Tanya Aditya yang melihat putri bungsunya lari terburu-buru.

"Iya bi, Zahra mau kuliah. Pamit dulu assalamu'alaikum." Jawab Zahra sekaligus pamit untuk berangkat.

"Naik apa?" Tanya Aditya kembali.

"Motor bi, udah kesiangan biar cepat." Jawab Zahra mengambil kunci motor dari dalam tasnya.

"Udah bareng kakak aja. Kakak juga mau ke rumah Salwa buat planning baju dan temen-temennya." Kata Aditya sambil menyeruput secangkir kopi manis buatan istri tercintanya.

"Ya udah deh bi, mumpung searah. Ra pamit, assalamu'alaikum."Pamitnya sambil meraih punggung tangan Aditya.

Zahra harus berlari-lari kecil lagi untuk menuju musholla dekat rumah, karena saat ia mencari dimana Azzam muncullah satu notifikasi.

"Dik, jalan dulu ya. Kakak tungguin di musholla."

Ampun dah ni Azzam tega banget sama adiknya

"Kak... ayo buruan, kok malah ngelamun di situ." Teriak Zahra di bawah teriknya matahari.

"Eh, iya-iya."

Selama perjalanan menuju kampus, Zahra maupun Azzam saling diam. Canggung baginya untuk memulai bicara setelah apa yang kemarin terjadi. Hingga Azzam pun berdeham.

"Ekhm..." Deham Azzam yang didengar oleh Zahra, tetapi ia masih di posisi awal yaitu menatap layar hp.

"Dik!" seru Azzam melihat Zahra yang tampak anteng.

"Hmm, iya, kenapa kak?" Jawab Zahra tak luput dari layar handphone itu.

"Gak biasanya diem." Celetuk Azzam tak lama setelah mendapat sahutan dari adiknya.

"Kakaknya Ra yang ganteng, baik hati dan tidak sombong. Ra diem karena lagi ngumpulin niat buat ketemu dosen, biar kalo skripsinya revisi lagi enggak kaget." Ucap Zahra yang mulai  bosan dengan pembicaraan tersebut.

"Ya udah deh, kakak doain skripsinya enggak revisi lagi." Sambung Azzam sambil menepuk kepala Zahra sebelum turun dari mobil.

"Aamiin... Assalamu'alaikum kak, hati-hati di jalan yaaa." Ucap Zahra sedikit menyeru dan melambaikan tangan kearah mobil Azzam.

Kira-kira 15 menit berlalu dari depan pelataran kampus Zahra, notifikasi dari sebuah pesan singkat muncul dari layar hp Azzam.

Kini Zahra memilih menunggu di bangku taman seraya menanti kedatangan Azzam, tak lama kemudian ia pun melihat mobil putih yang tadi mengantarnya telah sampai di halaman depan kampus. Zahra pun langsung menuju ke depan kampus untuk segera masuk mobil.

"Yah... Kenapa bapaknya harus enggak ada coba?" kesal Zahra mengetuk-ngetuk layar handphone miliknya dengan kuku jarinya.

"Sabar dik. Kalo gitu ikut kakak aja ya, kerumah mbak Salwa terus temenin ngurus ini itu juga. Hehe, mau ya dik..." Pinta Azzam sambil melirik Zahra yang tengah fokus kepada layar handphone miliknya, entah sejak kapan hp itu telah jatuh di tangan usil adiknya.

"Loh... kok hp kakak ada di kamu, perasaan tadi udah kakak simpan deh," Tanya Azzam yang terus fokus ke jalan.

"Hehe, iya Ra buka... Ini buat main game yang ada di hp nya kakak." Jelas Zahra disertai kekehan kecil.

Dan respon pemilik handphone itu hanyalah tersenyum dan bergeming. Kira-kira 20 menit setelahnya mereka sampai di halaman rumah keluarga Abdul untuk menjemput Salwa menuju tempat yang ada di list tujuan mereka.

"Assalamu'alaikum, Salwa masuk ya mas, dik." Ucap Salwa setelah berlari-lari kecil menuju pintu depan kemudi.

"Eits..." Ucap Zahra sambil melihat wajah Salwa.

"Kenapa sih dik, kan Salwa mau masuk. Biarin aja lah," ucap Azzam sambil menengok Zahra yang berada di jok belakang.

"Mon maap, kalian belum sah. Jadi lebih baik calon kakak ipar ku ini duduk di belakang aja, sama Ra," ucap Zahra menepuk-nepuk jok mobil di sampingnya.

Menyadari hal itu, Salwa jadi tersenyum kikuk dan dibuat malu oleh ulahnya sendiri. Kini mereka menuju list tempat pertama yang akan dikunjungi calon manten ini. Yaitu butik yang berada di daerah perkotaan Jogjakarta ini.

"Alhamdulillah udah sampai di butik bunda." Seru Salwa membaca papan nama butik tersebut.

Butik itu tidak hanya menyediakan beberapa baju wanita, tetapi juga menyediakan aksesoris pelengkapnya. Di sudut kiri bawah, Zahra melihat beberapa gamis yang di susun berdasarkan warnanya. Ia tertarik pada sebuah gamis brokat tutu berwarna merah muda dan satunya lagi berwarna navy.

Setelah selesai dengan urusan pakaian, mereka pun segera menuju tempat dekorasi.Acaranya tidak di gedung, jadi keluarga memilih menyewa tenda untuk pernikahan. Segala urusan telah selesai, kini mereka menemani Zahra menuju toko baju dan alat-alat lain untuk membeli keperluannya. Selesainya itu semua, mereka mampir ke rumah makan untuk mengisi perut mereka yang telah bernyanyi ria sejak tadi.

"Kak, tadi Zahra lihat gamis bagus banget deh. Jadi pengen, tapi buat apa..." Ucap Zahra sambil memakan roti keju pemberian Salwa.

"Yang merah muda tadi ya," tebak Azzam yang pasti jawabannya 'iya'.

"Iya... hehe," jawab Zahra sambil tersenyum menunjukkan rentetan gigi putihnya.

Mobil terus melaju hingga mereka sampai di kediaman rumah perpagar yang tak lain adalah rumah tempat mereka tinggal.

Azra's Love Story [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang