52: Pergi Untuk Tinggal

46 5 0
                                    

Revisi: 6 Juli 21

Pipi Zahra merah merona, antara malu dan terpesona. Dengan inisiatif sendiri, ia langsung bersembunyi di balik selimut dan mematikan lampu kamar mereka.

"Heh, kamu kenapa sih?" Tanya Rayhan kebingungan melihat tingkah Zahra.

"Hayo ketahuan, pikirannya pasti lagi jalan-jalan tuh," ledeknya mengikuti Zahra masuk ke dalam selimut.

"Ih enggak!" Elak Zahra menutup rapat-rapat selimut yang ada di dekapannya.

"Masa?"

"Abis mas negurnya pakek makna yang ambigu sih, kan malu kalo udah ketauan gini." Jawabnya yang sudah tak mampu membendung rasa malu tersebut.

Rayhan hanya bisa tertawa dan keluar dari dalam selimut. Ia memiringkan tubuhnya menghadap arah Zahra dan menumpukan kepalanya di atas tangan kanannya.

"Pillow talk yuk yang, buat ngenal lebih jauh apa yang belum kita berdua tahu." Ajak Rayhan yang menunggu jawaban Zahra.

"Pillow talk?"

"Iya, pillow talk."

"Bantal bicara dong?" Tanya Zahra yang sama sekali tak mengerti makna sebenarnya.

"Bukan,"

"Terus apa?" Tanyanya kembali yang kini sudah berhadap-hadapan dengan Rayhan.

"Kayak sharing gitu, ya ngobrol-ngobrol aja deh yang," jelas Rayhan yang gemas dengan tingkah istrinya.

"Mulai dari mana?" Tanya Zahra yang lagi-lagi membuat Rayhan ingin memakannya kali itu juga.

"Seterah, mas gemes sama kamu, pengen tak makan."

Zahra tersenyum puas dalam hati setelah berhasil membuat Rayhan ngambek. Ia pun menggodanya dengan cara menoel tangan kanan Rayhan yang posisinya ada di sampingnya. Sedangkan Rayhan yang diperlakukan seperti itu, langsung saja mengambil kesempatan dengan cara memeluk tubuh kecil Zahra dari samping.

Zahra yang diperlukan seperti itu tentu saja kaget. "Ih, mas... lepasin," rengeknya tapi tak didengar Rayhan.

Kini posisi keduanya adalah Rayhan yang memeluk Zahra dari belakang. Dan Zahra yang tidak bisa lepas dari dekapan maupun pelukan Rayhan. Ia bisa merasakan hembusan napas teratur sang suami.

"Gak mau, maunya kamu jawab pertanyaan mas dulu, sejujur mungkin. Mas gak menerima penipuan!"

"Iya apa? Tapi longgarin dikit, sesek ini."

"Kenapa tadi pas kamu salim sama mas kok gak ada grogi groginya gitu? Padahal ekspetasi mas, kita bakal ngelakuin hal itu di depan keluarga besar bakal malu-malu gitu," tanya Rayhan menyembunyikan kepalanya di tengkuk istrinya

"Karena ekspetasi enggak akan sama dengan realitanya," jawab Zahra yang masih terasa asing dengan perilaku mendadak yang dilakukan Rayhan.

"Mas serius yang, kalau gak jujur makin mas peluk nih!" Ancam Rayhan yang langsung mengeratkan pelukannya.

Okay, kali ini Zahra yang mengalah. "Orang Zahra aja kebiasaan malu-maluin mas, tapi masih punya batas malu sih." Jawabnya yang kali ini serius.

"Tapi sebenarnya kamu gugup gak sih yang?"

"Ya kalau boleh jujur sih iya, soalnya itu pertama kalinya aku salim sama tangan laki-laki baru selain abi sama kakak,"

Rayhan perlahan melepaskan pelukannya dan kembali membawa Zahra mendekat dengannya. Rayhan tersenyum, setelah penantian panjang akhirnya usahanya terbalaskan.

Azra's Love Story [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang