Revisi: 21 Mei 21
Hari berikutnya.
Jam menunjukkan pukul 06.30 WIB, tapi yang ditunggu untuk makan pagi belum juga turun.
"Kak, bangunin Zahra gih. Bilangin udah waktunya makan." Ucap Athifa sambil menyajikan sarapan pagi
"Iya mi... laksanaken."
Setelahnya Azzam bergegas naik ke lantai atas dimana terdapat kamar Zahra di sana. Dan dengan sesegera mungkin ia mengetuk pintu kamar yang masih tertutup rapat-rapat tersebut.
Tok
Tok
TokMerasa yang punya kamar tidak menjawab, akhirnya Azzam langsung membuka pintu kamar Zahra.
Ceklek
Pintu terbuka menampakkan keadaan kamar yang masih gelap kek masa lalu, GA DENG CANDA.
Cring (anggep aja suara lampu ya, hahaa)
"Astaghfirullah masih molor."
"Zahra bangun." Serunya menggoyangkan kaki Zahra.
Dan kalian yang baca mesti udah mikir ga bakal bangun kan. Yap betul Zahra kaga bangun juga dan jurus terakhir sebelum menyerah pun hadir. Satu-satunya cara yaitu TERIAK
"ZAHRA BANGUN UDAH PAGI. GA PEGEL APA MOLOR TERUS, BANGUN HEH CEWEK KOK HOBINYA BANGUN SIANG." Dan ini juga ndak berhasil.
Ting (bohlam lampu Azzam pun keluar ketika ia kehilangan akal)
"Yak, Azzam ada ide." Ucapnya melangkah menuju kamar mandi Zahra.
Ia pun menyatukan kedua telapak tangannya untuk mengambil air secukupnya. Dan air yang telah ia ambil langsung ia teteskan sedikit demi sedikit di atas wajah Zahra.
"Ya ampun hujan ya ampun banjir ~AAAA tenggelam." Ucapnya ketika meneteskan air itu.
Dan akhirnya Zahra bangun teman-teman.
Engh
Bugh
"Ya Allah banjir, sakiiiit" Ucapnya yang masih diluar sadar.
"Dik elu ngapain goleran di situ? Nggak dingin emang?" Tanya Azzam menahan tawanya.
"Sakit loh, bukannya nolongin adiknya malah diketawain. Awas ya tak bilangin ummi." Ancam Zahra sambil mencoba bangkit kembali setelah aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, eh kok nyanyi.
"Turun dik... udah pagi sarapan!!! Udah ditungguin dari tadi itu," ucap Azzam sambil menarik Zahra untuk mengikutinya.
"Iya-iya, bentar tak ambil jilbab dulu. hih main tarik-tarik aja." Seru Zahra melepaskan genggaman Azzam dan beralih menggambil jilbab instan di nakas.
Di ruang makan Aditya dan Athifa sudah duduk rapi untuk menunggu Zahra turun. Sudah hampir setengah jam juga mereka belum turun untuk makan pagi.
"Bi', kalo nanti Zahra udah nikah gitu gimana ya?" Tanya Athifa sambil menyiapkan piring makan untuk semuanya.
"Gimana apanya mi?" Ucap Aditya yang malah balik bertanya.
"Ya kalau kayakk gini. Apalagi dia kalo weekend selalu bangun siang." Resah Athifa menatap raut wajah suaminya yang ikut bingung sendiri.
Belum sempat Aditya menjawab, Zahra dan Azzam sudah turun dengan cuitan Zahra pagi ini.
"Acieee, ummi sama abi lagi pacaran. Harusnya tadi turunnya agak lama kak." Cuit cuit cuit si bungsu udah berkicau aja.
"Apa sih dik, udah sini makan." Jawab Athifa malu-malu tapi mau kulihat sayang, eh kok nyanyi lagi.
"Abis ini abi sama ummi mau pacaran berdua, kalian gaboleh ikut. Zahra fokus ke acara pembukaan toko kue lagi dan kamu Azzam gaboleh males kerjanya." Ucap Aditya disertai tawa ringannya.
"Udah bi makan dulu, kasian lauknya udah nunggu masuk kedalam perutnya Zahra nih." Celetuk Zahra ketika melihat ikan goreng buatan Athifa yang masih stay rebahan diatas piring.
Makan pagi telah selesai dan mereka memutuskan untuk berbincang sedikit di tengah-tengah rasa kenyang yang cukup tersebut.
"Mi, bi, Azzam hari ini ndak kerja dulu ya, capek kemarin abis nlembur tugas kantor." Pinta Azzam pada Aditya dan Athifa.
"Boleh sih, tapi sebagai gantinya kamu kudu nemenin Zahra seharian di rumah. Gimana sanggup?" Tanya Athifa sambil mengedipkan mata pada Aditya.
"Yaudah deh mi, demi istirahat."
Matahari telah tenggelam sejak beberapa jam yang lalu. Dan kini terangnya pagi sudah digantikan oleh gelapnya malam. Setelah seharian dirumah aja, akhirnya Athifa dan Aditya pulang dari kencan panjangnya.
"Zahra, Azzam ada martabak manis mau enggak?" Tanya Athifa sambil meletakkan kantong berisi martabak manis itu diatas meja depan televisi.
"ZAHRA MAU" Teriak Zahra berlari menuju ruang keluarga.
"Eit, kakak dulu." Ucap Azzam sambil mencomot martabak di tangan Zahra.
"IH KAKAK, PUNYA ZAHRA ITU. KOK DIAMBIL, UMMIIIIIIII." Teriaknya yang mengalahkan toa masjid.
"Kak, gak boleh gitu sama adiknya. Kasian kalo Zahra gajadi makan martabak yang manisnya kaya gula." Tegur Aditya berusaha sedikit menghibur.
"Udah, nih buat Zahra martabak manis yang masih utuh."
"Yeay, makasih abi."
"Ih, abi mah gitu sama Zahra. Azzam aja ndak dikasih sebanyak itu." Ucap Azzam tak terima.
"Udah udah Azzam sama Zahra kan masing-masing udah gede. Satunya udah mau nikah dan satunya udah mau wisuda, masa kayak gini terus?" Nasihat Athifa yang seketika membuat keduanya bungkam.
Pukul 20.30 (ruang keluarga otw tidur)
"Mi, bi Zahra tanya boleh?"
"Iya mi, Azzam juga mau tanya."
"Kalian mau tanya apasih? Hmm, mau tanya apa?" Tanya balik Athifa sambil membenarkan posisi duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azra's Love Story [Selesai]
Jugendliteratur61 Bagian Dari 78 Semuanya berawal dari sebuah ketidaksengajaan. "Memang siapa yang ingin meminta saya?" Lagi-lagi Zahra kembali bertanya. "Kalau itu saya akankah kamu menerimanya?" Jawab Rayhan setelah sekian banyak MBULET dengan ucapannya. "Datan...