9: Kelupaan

46 7 0
                                    

Revisi: 11 Mei 21

K

ring
Kring
Kring

Suara alarm lagi-lagi menggema di telinga Zahra, itu tandanya pagi telah tiba. Segeralah dia bangun, mematikan alarmnya, menyibak selimutnya dan berjalan menuju jendela kamar. Dibukanya gorden jendela itu agar sinarnya dapat masuk.

24 Mei (pengembalian buku ke perpustakaan daerah). Catatan di kalender miliknya itu membuat Zahra teringat bahwa buku yang ia pinjam beberapa hari yang lalu belum ia kembalikan.

Tok
Tok
Tok

"Kak Azzam, bangu.." Ucapnya sambil menggoyangkan tubuh Azzam setelah mencoba membuka pintu kamar yang ternyata tidak dikunci.

"Hmm... apasii dik, kakak ngantuk. Kemarin malem abis lembur pekerjaan bahan rapat. Kakak hari ini nda bisa temenin kamu kemana-mana dulu, mau tidur." Jawab Azzam yang masih setengah sadar.

Dan dengan badan yang lemas tak berdaya, Zahra pun akhirnya turun menemui Aditya.

"Abi... Bisa anterin Ra ndak hari ini?" Tanya Zahra yang sudah menduga pasti jawabannya "tidak".

"Yah... bungsunya abi, abi hari ini ada rapat lagi. Jadi ndak bisa antar kamu, sama kakak aja." Jawab Aditya yang masih sibuk dengan berkas-berkas ditangannya.

"Kakak ndabisa juga, katanya capek abis lembur pekerjaan. Kalo pak Amir bisa ndak bi?" Tanya Zahra yang lagi-lagi tidak ingin pergi sendirian.

"Kan pak Amir libur dik, hari ini pak Amir mau jenguk anaknya yang lahiran." Jawab Aditya yang kini menutup berkasnya dan beralih menatap Zahra.

"Terus Ra gimana dong bi perginya?" Tanya Zahra sambil mengeluarkan raut kesedihan.

"Udah pergi sendiri aja, abi izinin kok." Jawab Aditya tersenyum simpul ke arah Zahra.

Dengan sorak senang, Zahra pun lantas berteriak. "Yeay, makasih abi..." Berteriak sambil memeluk erat tubuh Aditya.

"Eh, apa ini kok rame-rame gini. Gak biasanya lho abi sama bungsunya akur." Tegur Athifa sambil tertawa kecil.

"Abi ngizinin Ra pakek mobil sendiri lagi dong mi,"

"Eh, bentar bentar. Kalo mau berangkat ummi nitip ini nasi goreng ya." Ucap Athifa sebelum Zahra naik ke kamarnya.

"Nasi goreng? Buat siapa mi?" Tanya Zahra yang kini sudah menginjakkan kaki di anak tangga paling bawah.

"Iya, nasi goreng buat Rakha. Katanya dia suntuk hari ini, ndak ada kerjaan dan minta di buatin nasi goreng deh." Ucap Athifa sambil menyerahkan sebuah kotak makan.

"Oalah buat mas Rakha, yaudah taruh situ dulu aja mi. Zahra mau ganti baju." Jawab Zahra sambil menaiki tangga menuju kamarnya.

Grek

Dibukanya lemari pakaian dan mulai memilah bajunya, jujur lemari itu hanya berisi gamis dan beragam rok panjang miliknya. Lalu diambilnya gamis biru laut dan pasmina sedana.

Setelah selesai berganti pakaian, ia pun sedikit memoleskan lip tint pada bibirnya agar tidak terlihat terlalu pucat. Setelah selesai semuanya, barulah ia mengambil sling bag hitam dan beberapa tumpuk buku diatas meja belajarnya.

Lagi, lagi, dan lagi. Suara flat shoes itu menggema di seluruh penjuru rumah ketika menuruni anak tangga.

"Bi, Ara berangkat. Assalamu'alaikum." Ucapnya sambil menyalami punggung tangan Aditya.

"Iya, hati-hati wa'alaikumsalam." Jawab Aditya sambil menatap heran bungsunya.

"Eh dik, ada yang ketinggalan nih!" Panggil Aditya sambil berjalan menghantarkan tumpukan buku yang ditinggal Zahra sebelum bersalam dengannya.

"Eh iya, astaghfirullah lupa." Ucapnya sambil  mengambil buku yang ada di tangan Aditya dan langsung menuju garasi untuk mengeluarkan mobilnya.

Sedangkan di ruang keluarga, Athifa sedang menunggu Zahra turun dari kamarnya. Dan ketika melihat suaminya yang baru masuk dari teras, Athifa pun bertanya.

"Mas, Zahra udah turun?" Tanya Athifa sambil meraih kotak makan yang ingin ia berikan untuk Rakha.

"Udah, barusan masuk garasi tuh." Jawab Aditya sambil duduk kembali.

Dengan cepat, Athifa keluar dan menemui Zahra yang tengah membuka pagar rumah.

"Adik... ini kotak makan buat Rakha ketinggalan." Tegur Athifa sambil menepuk pundak Zahra.

"Eh iya mi, Zahra lupa. Berangkat dulu ya, assalamu'alaikum." Jawab Zahra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil meraih kotak makan dan bersalaman.

"Iya wa'alaikumsalam, hati-hati!!"

Setelah memasukkan semuanya ke dalam kursi samping kemudi, Zahra pun segera berangkat dan ditengah jalan ia pun bingung sendiri.

"Perpustakaan atau mas Rakha dulu ya? Ish bingung." Monolog Zahra sambil melihat lalu lintas yang terpantau sepi (udah kek reporter aja, maaf).

Dan akhirnya ia pun memutuskan untuk menuju perpustakaan terlebih dahulu.




See you next part ✨✨✨

Azra's Love Story [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang