Revisi: 6 Juli 21
"Kamu kenapa? Kok grusa grusu gitu,"
Zahra yang sedari tadi menyadari keberadaan dan pertanyaan Rayhan di sampingnya pun hanya memilih diam. Ia masih terus-terusan sibuk dengan dunianya, eh bukan, maksudnya menyibukkan diri untuk meredam rasa kesalnya
"Kalau marah sama mas itu bilang to dik, jangan diem aja."
"Ra gak papa," jawabnya dengan nada yang ketus.
"Apanya yang gak papa, kalau nada bicaranya ketus gitu." Ejek Rayhan disertai tawanya.
"Kalau mas salah itu ditegur,"
"Mas gak salah!" Jawabnya dengan nada yang sudah naik satu oktaf.
Rayhan tersenyum melihat tingkah istrinya. "Mas gemes deh sama istri mas ini, kan mas udah bilang kalau marah itu bilang. Atau kalau mas salah itu juga ditegur."
"Ih malah diem aja,"
"Apa sih mas? Kan Ra udah bilang,"
"Dik, suamimu ini bukan cenayang lho."
"Ya yang bilang mas cenayang siapa?"
"Gak ada sih,"
"Habisnya kamu mas tanya diem aja, sekalinya jawab ketus gitu."
Mendengar penjelasan Rayhan membuat Zahra merasa luluh kembali. Sepertinya bongkahan es dalam tubuhnya sudah mencair.
"Ya mas sendiri sih udah tau Ra lagi hari pertama dapet, ngapain masih usilin?"
"Oh, rupanya istriku lagi dapet tamu to, sini mas pijitin biar jinak."
"Jinak gundulmu kuwi mas," protes Zahra disertai dengan tawa yang meledak seketika.
Rayhan tersenyum melihat Zahra tertawa puas. Namun, disisi lain ia juga bersedih. Akankah yang Maha Kuasa belum menitipkan kepercayaan pada mereka?
"Mas, kok ngelamun sih. Katanya mau pijitin biar akunya jinak," celetuk Zahra yang melihat suaminya tengah menatap kosong ke arahnya.
"Mas gak ngelamun, cuma liat tubuhnya aja. Kok makin gendut? Tuh pipimu aja hampir tumpah,"
Seketika Zahra memegang pipinya sendiri. Dan apa yang barusan dikatakan oleh suaminya itu hanyalah bohong.
"Zahra gak gendut ih, mas mah gitu!" Oke Zahra, bagus ngambek lagi.
"Udah udah, sini duduk, biar mas pijitin."
"Yang, kamu beneran lagi dapet ya?" Tanyanya ngedusel di ceruk leher Zahra.
"Bohong kan dosa mas,"
"Iya juga ya, yaudah kamu kali ini mau minta apa? Biar mas beliin nanti sekaligus mas berangkat kerja." Tawar Rayhan yang membuat Zahra berpikir keras.
"Pentol boleh gak mas? Atau bakso gitu, mau seblak deh mas, eh jangan-jangan. Beliin roti tawar aja deh gapapa," Jawab Zahra meneguk liurnya sendiri.
"Kamu ngidam ya yang? Kok banyak banget yang pengen dibeli," Celetuknya disertai tawa ringan.
"Enggak ih!"
"Ngambek o terus dik, biar suamimu ini gak jadi berangkat kerja."
"Ih gak boleh gitu, udah sana cepet kerja!"
"Laksanakan istriku tercinta, suamimu ini pamit kerja dulu ya. Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam, hati-hati suamiku."
Jam menunjukkan pukul 16.30, itu berarti sebentar lagi jam pulang Rayhan akan tiba. Dengan sesegera mungkin, Zahra bangkit dan menuju ke dapur untuk menyiapkan makan. Dengan gerakan yang masih rada-rada ngantuk, Zahra tiba-tiba mengelus perutnya.
Kryuk
Oh, sungguh suaranya merdu sekali. Rupanya cacing-cacing diperutnya sudah kelaparan. Bersama dengan Zahra yang mengelus perutnya, Rayhan pun tiba di depan pintu.
"Yang, kamu kenapa?" Tanyanya panik melihat wajah pucat Zahra.
"Laper mas, hehe." Jawabnya yang malah nyengir kuda.
"Ya udah yuk makan dulu, itu mas udah beliin pesenan mu," ucap Rayhan menyisihkan sebagian lengan kemejanya.
Matanya langsung tertuju pada beberapa bungkus plastik yang tergeletak di atas meja.
"Mas, kok banyak banget? Kan aku nitipnya cuman roti tawar aja," Tanyanya membuka satu persatu bungkusan tersebut.
"Abis siapa suruh bikin mas bingung. Mana di tanya lewat whatsapp deliv mulu," tuturnya menangkup wajah istrinya.
"Ya maap ih, gitu aja ngambek!"
Zahra kok sensitif banget ya hari ini? Rayhan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bingung, kenapa hari ini istrinya seperti orang lain saja.
"Ya udah, mas minta maaf. Besok-besok mas beliin pesenan yang kamu inginkan saja,"
"Kan aku mintanya hari ini mas, ih mas mah gitu."
"Kamu kenapa sih?" Tanyanya heran menatap manik mata istrinya.
"Dibilang laper juga,"
"Ya udah ayo makan, keburu dingin ntar." Ajaknya mengambil piring dan sendok.
"Sini biar tak ambilin nasi," ucap Zahra mengambil alih piring di tangan Rayhan.
Rayhan terkekeh, istrinya ini ternyata kadang lucu juga. Bisa-bisanya ia ngambek hanya karena masalah yang Rayhan sendiri tidak ketahui. Zahra yang sedari tadi masih ditatap Rayhan itupun balik menatap. Dan sedetik kemudian mereka tertawa bersama.
Entah kamu yang lucu atau selera humor ku yang kelewat receh? :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Azra's Love Story [Selesai]
Teen Fiction61 Bagian Dari 78 Semuanya berawal dari sebuah ketidaksengajaan. "Memang siapa yang ingin meminta saya?" Lagi-lagi Zahra kembali bertanya. "Kalau itu saya akankah kamu menerimanya?" Jawab Rayhan setelah sekian banyak MBULET dengan ucapannya. "Datan...