1: Genangan Air

271 17 0
                                    

Revisi 1: 9 Mei 21
Revisi 2: 13 Nov 21

Kring
Kring
Kring

Suara alarm menggema ke seluruh sudut rumah karena sang pemilik tak kunjung bangun dari mimpi indahnya. Dan lagi-lagi mimpi itu harus buyar hanya karena dentingan alarm miliknya.

"Ya Allah, ini alarm ya, gak ngenakin tidur aja!" Omelnya seraya mematikan alarm tersebut.

Lantas ia pun segera menuju ke lemari besar berwarna merah muda disisi paling selatan kamar dan mulai mencari sesuatu.

"ASTAGHFIRULLAH, HANTU." Teriaknya tatkala melihat rupanya sendiri dengan rambut acak-acakan.

Karena mendengar teriakkan dari kamar adiknya, Azzam pun segera menuju kamar Zahra, diputar lah kenop pintu. Dan mulai masuk.

"Ada apa sih dik? Pagi-pagi sudah teriak hantu," tanya Azzam kepada Zahra.

Dan ketika Zahra mulai berbalik pun, Azzam juga kaget. Pasalnya adiknya berdiri dengan rambut terurai berantakan.

"Astaghfirullah, kamu!!" Ucap Azzam melempar bantal putih di atas ranjang milik adiknya.

"Duh kak, sakit tauk, hish." Balasnya sambil melempar bantal itu kembali ke kakaknya.

"Kak, abis ini temenin aku ya. Temenin pergi ke toko buku atau perpustakaan gitu, buat cari buku referensi," pintanya yang tengah sibuk memilah-milah baju di dalam lemarinya.

"Hmm, jam berapa?" Tanya Azzam sambil mendekati adiknya bersikap usil untuk menyentil jidat Zahra.

Dan

"Aduh, sakit, ih kakak, jam sembilan aja yah. Ra mager kalo pagi-pagi banget," jawabnya sambil mengelus jidatnya sendiri.

"Oke jam 09.00, tapi nanti kakak mau pergi ke toko kue dulu. Gimana?" Tanya Azzam duduk di tepian ranjang adiknya.

"Loh? Kan toko kue milik Ra udah libur kak. Masa iya kakak tetep mau ke sana, buat apa?" Jawab Zahra yang malah tanya balik ke kakaknya.

"Bukan toko kue kamu cantik, tapi ke toko kue ujung jalan sana." Jawab Azzam sambil mencubit gemas hidung adiknya.

"Aww, usilnya kumat deh, terus kuenya mau dibawa kemana?" Tanya Zahra dengan wajah lugunya.

"Dikasih ke Salwa, kamu ikut ya." Pinta Azzam membujuk Zahra agar mau menemaninya.

Mendengar nama Salwa disebut, sang ummi pun meluncur ke kamar putrinya. Dengan langkah yang tergopoh-gopoh dan masih membawa sebuah sendok sayur ditangannya.

"Kak, kamu mau ke rumah Salwa ya?" Tanya Athifa yang tiba-tiba sudah di belakang Azzam.

"Eh, iya ummi, kata Salwa kemarin sama bunda disuruh ke sana." Jawab Azzam yang masih duduk di ranjang adiknya.

"Jam berapa ke sana? Enggak usah beli kue. Tadi ummi udah buat brownis spesial kesukaan adik, ummi yakin Salwa sama keluarga juga suka. Ke sana sama adik kan?" Ucap Athifa panjang lebar disertai beberapa pertanyaan.

"Iya ummi, nggih. Nanti kakak ke sana sama Zahra, ya udah kalo gitu ummi sama kakak keluar dulu ya. Zahra mau bersih-bersih dulu, udah hampir pukul 8 tuh." Ucap Zahra sambil mendorong lembut kedua punggung orang tersayangnya untuk menuju luar pintu.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.15, namun Zahra juga tak kunjung menemukan baju pilihannya. Sampai akhirnya dia menyerah dan mengambil gamis merah muda kesukaannya dan jilbab instan warna senada. Tak lupa flat shoes hitam dan sling bag navy.

Tok
Tok
Tok

Suara ketukan di kamar Zahra pun menandakan bahwa Azzam sudah selesai dan siap berangkat.

"Masuk aja kak, bentar Ra kurang dikit nih." Ucap si empunya kamar sambil menatap pintu kamarnya.

Ceklek

"Dik kok pakai baju itu lagi sih, ganti gih! Minggu kemarin ketemu mbak Salwa juga pakai baju itu lho, ih jangan-jangan belum kamu cuci ya!" Omel Azzam disertai gurauan hambar miliknya.

"Ih... apa sih kak, orang udah rapi tinggal berangkat juga. " Jawab Zahra cemberut kesal.

Dengan rasa yang masih kesal, ia melanjutkan bicaranya, "terus Ra harusnya pakai baju yang mana?"

"Kakak pilihkan ya. Pakai rok tutu abu-abu sama t-shirt putih. Ditambah cardigan hitam yang kemarin kamu beli, sling bag putih terus flat shoes hitam." Ucap Azzam yang memang menyukai warna abu, putih dan hitam.

"Kok gelap semua ya kesannya." Ucap Zahra sambil menimang-nimang ucapan kakaknya.

"Enggak ah, aku pakek ini aja. Lagipula enggak akan lama kan?" Tanyanya sembari melenggang keluar kamar.

Setelah ia keluar dari kamar dan turun melalui tangga, terlihat ummi tercintanya sedang membungkus beberapa brownies untuk Salwa.

"Loh adik? Udah mau berangkat?" Tanya Athifa yang sedang membungkus brownies yang untuk diberikan kepada Salwa.

"Loh adik sama kakak mau kemana? Kok tumben udah rapi gini." Tanya Aditya mendekat ke arah istrinya untuk mengicip brownies.

"Iya nih bi. Mau beli buku sekalian ke rumah mbak Salwa bi, abi mau ikut?" Tanya Zahra disambut gurauan recehnya.

"Ah adik bisa aja, emang boleh tuh sama kakakmu?" Tanya Aditya melirik sekilas ke arah Azzam.

"Udah ah bi, Azzam sama Zahra berangkat dulu. Assalamu'alaikum, brownis nya udah Azzam ambil." Pamit Azzam meraih kunci mobilnya dan berlalu menuju pintu garasi.

"Wa'alaikumussalam."

"Dik, tolong bukain gerbangnya ya. Kan pak Amir lagi enggak ada." Suruh Azzam yang dibalas anggukan oleh Zahra.

Grek

Gerbang pun terbuka dan Zahra pindah ke kiri gerbang untuk menunggu mobilnya keluar dan menutup gerbang kembali.

"Dik, kakak tunggu di depan musholla ya." Ucap Azzam yang lagi-lagi dibalas anggukan Zahra.

"Kebiasaan tuh kakak, tiap ngajak ke rumah Mbak Salwa selalu aja suruh jalan dulu. Dikiranya deket apa?" Omel Zahra sambil terus berjalan dan melihat beberapa genangan air di sekitarnya.

Dan ketika ia sedang asyik menyusuri jiplakan dari ban mobil kakaknya membuat dia tidak sadar bahwa ada genangan air di depannya.

Dan

Jret

Air di genangan tersebut sukses membuat gamis yang ia kenakan basah hingga ke jilbabnya. Sadar akan adanya wanita yang terkena cipratan genangan yang ia lalui, ia pun turun dari mobil.

"Eh, lo tuh ya. Bisa nyetir gak sih?" Omelnya sambil menunjuk penuh amarah.

"Kalo ditanya tuh jawab, jangan diem aja sambil liatin kaki!" Bentak Zahra dan sukses membuat orang itu melihat wajah Zahra.

"Maaf, saya enggak sengaja. Saya tadi buru-buru, sekali lagi maaf." Ucapnya kembali menundukkan pandangan.

"Oh... namanya Rayhan ternyata, gue catet ya. Lo pernah bikin gue basah kuyup ketika gue mau pergi ke perpustakaan." Ancam Zahra kesal dan melenggang pergi dengan menghentakkan kakinya.

Sedangkan laki-laki tersebut hanya bersikap bodo amat dengan hal itu, namun ia merutuki kenapa ia harus memakai name tag di jas kerjanya. Sesampainya di depan musholla, Zahra masih tetap menghentakkan kakinya sebelum ditegur oleh sang kakak.

"Loh Ra kok baju sama jilbabmu basah gitu? Abis ngapain kamu?" Tanya Azzam yang dibalas tatapan sinis yang artinya tidak ingin ditanya dan tidak mau menjawab.

"Ya udah ambil paper bag di kursi depan tuh, terus ganti. Untung tadi kakak bawain." Ucap Azzam yang langsung diangguki oleh Zahra.

Ia pun pergi mengambil paper bag tersebut dan beralih ke kamar mandi musholla.

"Dasar ya tuh cowok, awas aja kalo sampai ketemu sama lagi." Ucapnya kesal sambil sibuk berbenah diri.

Azra's Love Story [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang