Revisi: 6 Juli 21
Sekarang keduanya tengah menuju ke butik tempat mereka fitting baju. Tak ada pembicaraan di antara mereka, hanya ada hembusan nafas yang teratur pelan. Perjalanan kali ini cukup melelahkan, di luar sana keadaan bisa dibilang cukup macet.
"Ra," panggil Rayhan menatap kearahnya.
Zahra terdiam, ia masih belum menyadari akan panggilan dari Rayhan.
Sekali lagi, "Zahra!" Ulangnya.
Zahra tergagap, "i-iya i-ya kenapa?" Tanyanya menetralkan degup jantung yang berpacu antara kaget dan gugup.
"Kamu haus?" Tanya Rayhan.
"Atau lapar?" Lanjutnya yang fokus pada jalanan di depan sana.
Sekali lagi Zahra hanya bisa menjawabnya dengan gelengan. Sungguh kalau boleh jujur, kini Zahra yang tengah bimbang. Pernikahan mereka sudah hampir dekat. Tapi perasaan gundah gulana itu terus menghantuinya.
Dengan perasaan yang harap-harap cemas, Zahra memberanikan diri mengutarakan pertanyaannya.
"Ray,"
"Hmm, iya."
"Kamu--,"
"Saya kenapa?" Potong Rayhan.
"Kamu yakin ingin menikah dengan saya?"
Sejenak terlihat Rayhan terdiam. Entah tidak ingin menjawab atau malah sedang menyiapkan jawabannya.
"Kenapa tidak?"
"Karena saya tidak sesempurna perempuan lain di luar sana,"
"Coba beri tahu saya alasan yang lainnya!"
"Saya tidak bisa memasak seperti perempuan lainnya, saya juga tidak terbiasa dengan pekerjaan rumah."
"Saya tahu Zahra, kamu manusia seperti saya dan kamu bukan malaikat. Jadi saya tidak mempermasalahkan itu,"
"Satu lagi, saya memaklumi semua itu karena saya tahu kamu adalah wanita karir. Dan saya harus siap dengan segala resiko yang ada,"
Terakhir, hati Zahra berpacu begitu cepat ketika tatapannya tak sengaja menangkap senyuman manis itu. Oh, sungguh kapan ia bisa membalas senyuman itu?
Tak terasa, kini mereka sudah berada di butik tempat mereka fitting baju. Dengan segera keduanya memasuki tempat di mana baju-baju cantik itu sudah menunggu untuk di pungut. Becanda ihh,
Tanpa menunggu waktu lama, akhirnya Zahra terpikat dengan dua buah gaun cantik berwarna putih cerah. Setelah itu ia menunggu Rayhan dengan setelan jas pilihannya. Matanya menelusur ke seluruh penjuru butik.
"Ray," lagi dan lagi Zahra memangilnya.
"Iya Ra, ada apa?"
Zahra tak menjawab, ia memilih menatap beberapa tiara cantik di hadapannya.
"Pilihlah," perintah Rayhan mengerti maksud pandangan Zahra.
Zahra yang mendengar ucapan itupun mulai berjalan menuju tempat dimana tiara tiara cantik itu berjajar. Tanpa menunggu waktu lama, Zahra berhasil menemukan tiara paling cantik yang memikat hatinya.
Semua keperluan telah terselesaikan. Dan kini mereka menuju arah jalan pulang. Jam menunjukkan pukul 15.30, karena mereka takut waktu mereka akan terbuang di perjalanan. Maka mereka memutuskan untuk berhenti dan menunaikan shalat di salah satu masjid.
Zahra duduk dengan mukena merah jambu miliknya. Sedangkan Rayhan sedang mempersiapkan diri untuk menunaikan shalat.
"Ra, kok nggak lekas shalat. Nungguin apa?" Tanyanya melihat Zahra yang masih terduduk dengan mukenanya.
"Nungguin kamu," jawab Zahra dengan tatapan yang masih mengarah pada Rayhan.
Entah apa yang sedang menghantui pikirannya. Tapi sungguh itu seperti bukan Zahra yang menjawabnya. Setelah mengutarakan jawabannya, Zahra pun tersadar sendiri.
Plak
Dasar Zahra ya!
Lo mikirin apaan siiii?
Rayhan yang melihat tingkah Zahra itupun lantas tersenyum. Ia tak menyangka bahwa Zahra sendiri tidak sadar dengan jawabannya.
"Iya nanti kalau udah halal bakal saya imam in kok," ujar Rayhan yang langsung membuat pipi Zahra bersemu merah.
Setelah menunaikan shalat, mereka langsung kembali menuju rute rumah Zahra. Zahra tak menyangka sedikit lagi ia akan menjadi istri dari seorang Rayhan Widi Aditya. Oh, sungguh ternyata tidak ada yang mustahil di dunia ini. Rayhan yang dulu hanya mampu dicintainya secara diam-diam, kini sudah hampir menjadi kekasih halalnya.
Bonus, baju pilihan Zahra
Ini gaun pertama pilihan Zahra
Dan ini gaun kedua pilihan Zahra
Ini tiara pilihan author sendiri
Dan ini adalah heels pilihan Zahra
Sumber pinterest 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Azra's Love Story [Selesai]
Teen Fiction61 Bagian Dari 78 Semuanya berawal dari sebuah ketidaksengajaan. "Memang siapa yang ingin meminta saya?" Lagi-lagi Zahra kembali bertanya. "Kalau itu saya akankah kamu menerimanya?" Jawab Rayhan setelah sekian banyak MBULET dengan ucapannya. "Datan...