Revisi: 14 Juni 21
"Saya Rayhan, mengganggu ya?"
"Oh kamu, enggak kok cuman ini saya mau tidur. Ada apa?"
"Happy graduation ya, tadi saya lihat postingan kakakmu."
"Ah iya terimakasih Ray, kamu belum tidur?"
"Belum, ini saya masih pusing mikirin berkas kerja. Oh ya kamu sendiri kok belum tidur?"
"Kan saya lagi bales pesan kamu, gimana tidurnya?"
"Kalau begitu selamat tidur, jangan lupa mimpiin saya. Gak kok bercanda, peace ✌️."
"Iya kamu juga jangan lupa berdoa sebelum tidur." Balas Zahra yang diakhiri meletakkan teleponnya di atas meja kosong dekat tempat tidurnya.
Rayhan POV
Gue gak ngerti apa yang terjadi sama hati dan perasaan gue, yang pasti setiap ketemu dia ini hati langsung aneh gitu bawaannya. Terutama sekarang, ketika gue ngeliat senyum yang sama dengan sosok perempuan itu hati gue rasanya gak karuan.
Deg
Deg
DegMungkin suaranya seperti itu, kalian tahu rasanya lebih serem ketimbang ketemu guru penguji.
Dan sekarang gue sedang scroll scroll Instagram, kebetulan banget nongol tuh dua wajah yang sepertinya gue kenal.
"Azzam?"
"Iya bener ini Azzam," ulang ku dengan nada terkejut.
"Kok foto bareng nih cewek? Ada apa?" Dan saat itu juga gue langsung cek captionnya.
Happy graduation adik, semoga karirnya makin lancar ya. Tetep jadi adik yang baik dan gak usilin gua lagi. Lav u my little sister❤️❤️
Melihat caption itu seketika Rayhan manggut-manggut tanda paham. Langsung lah dia ngucapin happy graduation, padahal gak kenal. SKSD banget gak sih?
Jujur sebenarnya agak aneh juga sih gue ngucapin gitu ke perempuan yang belum benar-benar deket sama gue. Tapi setelah kejadian di toko buku beberapa Minggu lalu, Aisyah langsung bercerita ke gue bahwa sosok Zahra nangis pas liat gue jalan bareng Asyifa.
Gak ngerti kenapa hati gue ikut sedih dong, apa iya gue suka sama cewek itu? Tapi makin gue pikir rasanya makin aneh. Kayak deg-degan itu makin cepet gitu lho.
Ya kalo boleh jujur Zahra itu tipe perempuan masa depan gue juga sih, tapi masa iya kenal aja belom main lamar?
Author: Ta'aruf dong Ray, kan katanya tak kenal maka tak sayang. Kalo udah disayang tapi jangan dibuang ya, eits author bucinnya kumat.
Rayhan: Emang Zahra mau gitu thor ama cowok modelan kek gua?
Author: A'elah elu tong, apa sih susahnya nurunin ego terus tanyak langsung ke Zahra nya?
Rayhan: Kapan-kapan aja lah thor, biar gue tikung di sepertiga malam gue dulu. Beri gue waktu buat ngomongin masalah ati gue ama Tuhan dulu ya thor, please!!
Author: Okelah oke, kalo mau lo gitu author mah IYA aja.
Canggung aja gitu pas gue mulai pembicaraan sama Zahra. Mau langsung ke intinya takut dikira sok kenal, mau salam dulu kayak terlalu formal. Dan alhasil gue make salam dulu, sampai-sampai gak kerasa tuh jam udah jam 10 aja gara-gara gue kelamaan mikir balesan pesannya.
Author POV
Setelah membalas pesan terakhir dari Rayhan, Zahra memilih merebahkan tubuhnya. Capek rasanya hampir seharian ia berpergian. Belum lagi cerita dari Azzam tentang Rafael yang menjadi tamparan keras baginya.
Kalau ia boleh jujur, ia senang berada didekat Rafael. Entah itu faktor kedekatan mereka dari Zahra kecil atau memang ada something dengan hati dan perasaannya, ia bingung.
Belum lagi barusan ia mendapat notifikasi dari sosok yang diam-diam ia kagumi. Bukan sekedar kagum, namun sudah berada pada rasa suka. Hal itu yang terkadang membuat ia bingung sendiri, ia bingung akan perasaannya pada Rafael yang memang tak akan berujung pada kepastian dan juga perasaan terhadap Rayhan yang juga belum tentu diberi kepastian.
Ceklek
Pintu kamar Zahra terbuka menampilkan sosok Azzam.
"Zahra kok belum tidur?" Suara halus itu nyaris tak terdengar oleh telinga Zahra.
"Ndak bisa tidur kak, kak Azzam sendiri kok belum tidur?" Ucap Zahra balik bertanya.
"Kakak juga ndak bisa tidur, kepikiran adik kakak sama hubungan pernikahan kakak yang masih LDR." Jelas Azzam berjalan mendekati Zahra.
"Kak, rasanya kok aneh ya?"
"Aneh gimana sih Ra? Kamu ngerasain apa?"
"Ya aneh aja gitu kak, Zahra sebenarnya ada suka sama seseorang. Tapi disisi lain Zahra bingung sama perasaan Zahra, terutama setelah penjelasan kakak tadi sore."
"Tentang Rafa?" Zahra mengangguk ragu dan membuang nafasnya gusar.
"Ada masalah apa emang sama Rafael sampai-sampai adik kakak ini nda bisa tidur?" Sekali lagi Zahra membuang nafas gusar.
"Zahra takut jika rasa ini merupakan rasa suka kak, kan Zahra nganggep bang Rafael udah kayak kakak sendiri." Kini Azzam mengangguk tanda mengerti arah pembicaraan adiknya.
Dielusnya surai panjang menjuntai itu dan mulai menenangkannya.
"Udah jangan terlalu dipikirin, kakak mau tidur dulu kamu juga cepet tidur." Pungkasnya mengacak surai tersebut.
Selang beberapa menit Azzam keluar, kini ganti Athifa yang masuk kamar Zahra.
"Loh dik, kok kamu belum tidur juga?"
"Ah iya, tadi ummi barusan ke kamar mandi dan liat lampu kamarmu belum mati. Jadi ummi naik deh."
"Zahra nda bisa tidur ummi, kepikiran masalah hati." Terang Zahra memilin selimutnya.
"Udah jangan dipikirin terlalu dalam, ummi yakin besok pasti ada jalan keluarnya. Zahra cepet tidur ya, selamat malam dan mimpi indah sayang." Pungkasnya mengecup dahi Zahra.
Setelah sang ummi keluar dari kamarnya, Zahra menjadi lebih lega. Benar kata Athifa, pasti setiap masalah ada jalan keluarnya.
Semoga esok bisa lebih baik.
Selamat malam,
Mimpi indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azra's Love Story [Selesai]
Teen Fiction61 Bagian Dari 78 Semuanya berawal dari sebuah ketidaksengajaan. "Memang siapa yang ingin meminta saya?" Lagi-lagi Zahra kembali bertanya. "Kalau itu saya akankah kamu menerimanya?" Jawab Rayhan setelah sekian banyak MBULET dengan ucapannya. "Datan...