2: Kejutan Di Perpustakaan

118 13 2
                                    

Revisi 1: 10 Mei 21
Revisi 2: 13 Nov 21

"Yuk kak, Ra udah selesai nih. Nanti keburu siang," ajaknya sambil membuka pintu mobil.

"Ke perpustakaan atau toko buku?" Tanya Azzam sambil fokus menyetir.

"Perpustakaan aja, nanti pinjam buku sekalian. Kalo di toko buku harus beli soalnya, hehe." Jawab Zahra sambil menunjukkan senyum pepsodent miliknya.

Setelah banyak jam mereka menyusuri jalan raya. Bunyi perut Azzam mengalihkan perhatian Zahra.

"Kak, laper ya?"

"Iya nih, kan tadi belum sempat sarapan."

"Bilang dong kak dari tadi, masa nunggu perutnya bunyi dulu sih." Ucapnya sambil mengeluarkan 2 bungkus roti dari dalam sling bag miliknya.

"Nih satu buat kakak satunya buat aku... hehe," ucapnya kembali sambil memberikan roti itu kepada Azzam.

"Wah... makasih adik," ucap Azzam sambil mencomot roti tersebut lalu mencubit gemas pipi Zahra.

"Ish... sakit! Ya Allah semoga jika kak Azzam sama mbak Salwa jadi nikah, semoga kak Azzam enggak cubitin pipi sama hidung mbak Salwa ya Allah, biar Zahra aja yang sering merasakannya." Duhh kok Zahra doanya gini sih, hehe.

Sekitar kurang lebih 2½ jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di depan perpustakaan tujuan Zahra.

"Dik, kakak tunggu di sini aja ya." Ucap Azzam sambil bersandar di kursi belakang, capek rasanya 2½ jam mengemudi tanpa berhenti.

"Iya... awas jangan zina mata sama pikiran gara-gara liatin kontak mbak Salwa mulu, awas aja kalau Ra tau!" Ujar Zahra menyipitkan mata dan menatap sinis disertai tubuhnya yang berbalik arah.

"mulu, inikan mobil cowok tadi." Batin Zahra sambil menebak-nebak.

Tanpa memikirkan siapa si empunya mobil tadi, Zahra pun langsung membuka pintu perpustakaan disertai tatapan manusia yang menatap ke arahnya.

Ceklek

Pintu berhasil menutup sempurna tanpa suara. Ia pun langsung menuju ke tempat dimana mbak Fitri mengawasi setiap sudut di perpustakaan, tanpa pikir panjang ia pun langsung menuju tempat tersebut.

"Assalamu'alaikum mbak Fit, Zahra mau cari buku ten---." Ucapnya terpotong ketika matanya berhasil melihat sempurna wajah yang tadi menemuinya.

"Selamat datang di perpustakaan daerah, ada yang bisa saya bantu mbak ZAH-RA?" Tanyanya dengan penuh penekanan di akhir nama Zahra.

"Eh, kok lo lagi lo lagi. Segitu sempitnya ya Allah menciptakan dunia ini, sampai-sampai yang saya liat sekarang wajah ANDA." Ucap Zahra penuh penekanan sehingga membuat seluruh pengunjung menatap sinis ke arah mereka.

"Ssst.. kalau mau berantem di luar aja mbak, mas!" Tegur salah satu pengunjung yang baru saja masuk.

"Mau pinjam buku apa?" Tanyanya sedikit halus (ingat hanya sedikit).

"Buku tentang perekonomian ada? Oh iya, soal tadi saya memanggil Anda dengan sebutan mbak saya minta maaf. Mata saya minus," ucap Zahra sambil menyodorkan kartu pengenal miliknya.

"Haha, tidak apa, oh ya saya juga minta maaf soal kejadian tadi pagi. Saya terlalu terburu-buru ketika mbak Fitri mengatakan hari ini absen dari kerja." Jawabnya yang balik meminta maaf.

"Sebelumnya perkenalkan nama saya Rayhan Widi Aditya. Panggil saja Ray, mungkin kamu sudah tahu nama saya karena kejadian yang tidak sengaja tadi pagi." Imbuhnya panjang lebar, padahal Zahra tidak mempertanyakan hal itu.

"Kalau begitu bukunya saya terima, saya pamit permisi dulu. Terima kasih." Ucap Zahra sambil membawa setumpuk buku tadi, jujur perasaanya saat ini sungguh membingungkan.

Zahra tak pernah merasa hal itu setelah 5 tahun berlalu, desiran itu hadir kembali. Yap desiran yang mengingatkannya pada peristiwa 5 tahun lalu ketika ia kelas 2 SMA, untuk pertama dan terakhir kalinya ia menyesal mengenal kata cinta sebelum saatnya tiba.

Dan kini kata tersebut hadir terngiang di kepalanya, akankah ia jatuh hati kembali? Ia tak tahu, namun yang pasti Zahra mencoba menepis pemikiran itu.

Di sisi lain laki-laki yang sejak mereka bertemu sudah kagum akan kecantikan gadis itu, walau tutur katanya sedikit aneh. Tetapi ia menyukainya, sifat polos masih ia rasakan pada gadis itu. Ketika senyum manisnya terukir, seolah dunia menyuruhnya untuk ikut tersenyum.

"Astagfirullah, apa-apaan sih Ray. Ingat bukan mahram, belum saatnya!" Yap Rayhan memiliki patokan yaitu lepaskan atau halalkan, namun terlalu singkat untuk melepas dan terlalu cepat untuk ....

"Lama banget sih Ra, bukunya gak ada ya?" Tanya Azzam meraih kunci di sampingnya.

"Hehe maaf kak. Ya udah ayo ke rumah mbak Salwa, nanti keburu sore lagi." Ajaknya mengalihkan topik pembicaraan.

Jam tangan Azzam sudah menunjukkan pukul 12.00, ada baiknya jika ia mengajak Zahra pergi ke masjid terlebih dulu.

"Ra, temenin kakak shalat dulu yuk. Udah masuk dhuhur nih," Ajaknya menarik tangan Zahra menuju masjid terdekat.

"Mana masjidnya?" Tanya Zahra yang masih celingukan mencari masjid.

"Itu loh di samping perpustakaan. Yuk temenin kakak dulu," Ajak Azzam yang masih menarik tangan Zahra yang sontak membuat Zahra lari spontan karena tarikan itu.

"Tungguin di teras sini aja, penting gak masuk ke dalam masjid." Pesan Azzam kepada Zahra yang sedang berhalangan masuk masjid.

"Hmm, iya." Jawabnya menatap lurus kearah parkiran.

Ketika Zahra sedang duduk di teras depan dekat pintu utama masjid sambil menikmati dedaunan yang mengayun-ayunkan rantingnya, ia terkejut ketika melihat ke sisi kiri tempat ia duduk.

"Astaghfirullah, kaget!" Teriak Zahra dengan spontan kaget.

"Loh, mbaknya kenapa?" Ucapnya yang mapah balik bertanya.

"Kok kamu lagi yang ketemu saya di sini? Dunia terlalu sempit untuk saya ternyata." Jawab Zahra dengan cemberut kesal.

"Jodoh mungkin." Jawabnya disertai tawa renyahnya, sementara Zahra masih bingung dan Rayhan malah sudah melenggang pergi.

"Hah jodoh?" Gumam Zahra bertanya-tanya, hingga ia terkejut dengan kedatangan Azzam yang menepuk pundaknya.

"Ngelamun apa sih? Kok kakak lihat penuh tanya gitu." Tanya Azzam sambil memakai kembali kaus kaki dan sepatunya.

"Enggak kok kak, udah ayo ke rumahnya mbak Salwa. Nanti keburu ashar lagi." Ajak Zahra sembari mengalihkan topik.

Sesampainya di dalam mobil, Zahra langsung mengirim pesan ke Salwa bahwa dia dan Azzam sedang menuju kerumahnya. Semua terjadi secara tiba-tiba dan mendadak. Bagaimana jika kedua insan tersebut disatukan dalam ikatan halal?

Azra's Love Story [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang