Revisi: 14 Juni 21
Rafael yang melihat hal itu panik ditempat, bagaimana tidak panik ditempat? Orang Azzam aja udah keburu lari duluan pas baru nyampe.
"Zam adik lo pingsan nih. Ini gimana!?" Teriak Rafael berjongkok mendekati tubuh Zahra.
"Udah gak ada cara lain ini mah. Tuhan maafin Rafael, Rafael kepaksa ngelakuin ini. Andai Azzam masih di sini Rafael gak akan ngelakuin ini kok," monolog Rafael dalam batinnya.
Tak lama setelah membatin, Rafael perlahan mulai mendekati tubuh Zahra yang pingsan dan mulai mengangkatnya ala bridal style. Dibawanya tubuh mungil itu menuju tempat yang dijanjikan Azzam. Setelah dirasa nyaman, Rafael membaringkan tubuh Zahra di atas kursi dengan jas miliknya sebagai bantal kepala Zahra.
"Zam, Zahra Zam!" Ucap Rafael menghampiri Azzam yang posisinya masih membelakangi mereka.
"Zahra kenapa sih Raf? Kenapa lo panik gitu?" Tanya Azzam yang pandangannya belum teralih dari kue dan kado itu.
"Zahra pingsan," lanjut Rafael dengan nada pasrah.
"Kok bisa? Ya Allah Zahra, gue lupa dia tadi pagi cuman makan dikit. Ngapain gue teledor banget sih, sekarang dimana Zahra?" Tanya Azzam yang tak kalah panik.
Setelah menunjukkan tempat ia menaruh Zahra (barang kali thor ditaruh), Rafael ikut berjongkok di depan kursi itu.
"Zam, si Zahra kenapa? Kenapa bisa pingsan?" Tanya Rafael yang terlihat cemas.
"Gue lupa kalau dia punya riwayat maag, dan kalo telat makan dia suka pingsan kaya gini," jelas Azzam sambil memangku kepala Zahra.
"Lo kenapa kelihatan panik gitu Raf?" Tanya Azzam yang melihat raut kepanikan dan rasa cemas dari wajah sahabatnya.
"Ya-- ya gue ngerasa panik boleh kan, secara adik lo udah gue anggap kayak adik gue sendiri. Dan gue juga minta maaf Zam, gue udah tanpa izin sentuh tubuh Zahra." Jelas Rafael dengan wajah sendunya.
"Gak apa-apa, gue malah harusnya makasih karena lo udah nolongin Zahra." Tutur Azzam memperhatikan Zahra yang mulai membuka matanya.
"Zahra udah baikan belum? Mau makan? Tadi abang ada bawa roti di mobil, biar bang Rafa ambilin ya." Tawar Rafael ketika melihat Zahra siuman dengan wajah pucatnya dan Zahra pun hanya bisa mengangguk.
Tak lama setelah Rafael hilang dari pandangan, Azzam mulai mendudukkan Zahra dan menyandarkannya pada bangku taman.
"Dik, kamu ada bawa obat?" Tanya Azzam menatap sedih wajah yang ketara pucat itu.
"Ada kak, di tas Zahra. Ambilin ya," pinta Zahra dengan nada lemasnya.
"Abis makan roti nanti minum obat ya, biar agak mendingan. Lain kali kalau Zahra laper bilang dulu sama kakak. Sebelum ada laki-laki yang berani memintamu, kakak masih punya kewajiban buat jaga dan ngelindungin kamu." Nasihat Azzam menatap penuh sayang kedua manik mata tersebut.
"Iya kak, maafin Zahra untuk hari ini." Sahut Zahra yang dibalas senyuman Azzam.
20 menit berlalu dari kepergian Rafael menuju mobilnya, kini dia kembali dengan beberapa kantung kresek di tangannya. Berjalan mendekat, kian dekat dan mulai sedikit berlari.
"Bang Rafa bawa apa kok banyak banget?" Tanya Zahra menatap beberapa kantung kresek itu.
"Ini beli stok cemilan adik abang sama beli air mineral buat kita minum. Nih buat Zahra, dan ini teruntuk sahabat gue. Terakhir untuk gue." Jawab Rafael tersenyum hangat.
Setelah mengganjal perutnya, kini kondisi Zahra sudah mendingan. Ia pun dituntun berjalan oleh Azzam menuju kejutan yang sebelumnya telah ia siapkan.
"HAPPY GRADUATION KESAYANGAN KAKAK." Teriak Azzam yang seketika membuat Zahra menitihkan air mata.
Azzam menyerahkan buket bunga mawar dan sekotak coklat, tak lupa sebuah kue yang niatnya ingin ia berikan pada hari ulangtahunnya tapi tidak jadi.
"Maaf ya, gara-gara acara kejutan dari kakak kamu sampai pingsan. Ini kue untuk adik kakak yang hari ini wisuda. Semoga karirnya makin bagus." Celetuk Azzam dan menyerahkan kue tersebut.
"Senyum dong, cemberut mulu nanti jelek lho." Goda Azzam dan Rafael yang seketika membuat Zahra tersenyum lebar.
Setelah acara tersebut, Azzam meminta Rafael untuk mengambil foto menggunakan ponsel Azzam. Hasilnya terdapat beberapa picture yang lolos koreksi (lainnya buriq). Niat hati hanya ingin sebentar, kini sampai berjam-jam.
Dan kini mereka tengah berada diperjalanan pulang, tak lama mobil itu berhasil mencapai pagar depan rumah Aditya.
"Thanks buat bantuannya Raf, gak mau mampir dulu?" Tanya Azzam yang dibalas gelengan pelan serta senyuman kecil khas Rafael.
Kini malam tiba, Azzam yang tadi niatnya ingin beranjak ke dapur untuk sekedar mengambil minum tergugah untuk melihat Zahra. Di langkahkan kaki itu menuju kamar Zahra.
Tok
Tok
Tok"Kakak boleh masuk Ra?" Tanya Azzam setelah beberapa kali mengetuk.
Zahra yang saat itu tengah menata buket bunga ke dalam vas kaca untuk menunggunya mengering mendengar ketukan pintu. Setelah itupun ia segera membenarkan duduknya dan mempersilahkan Azzam masuk.
"Belum tidur Ra?"
"Belum kak, lagian masih setengah 8."
"Kakak mau cerita boleh?"
Zahra mengangguk tanda setuju dan Azzam pun mulai menceritakan hal tentang Rafael pada adiknya. Awalnya Zahra sedikit tersentak kaget ketika mendengarnya, namun makin ia dengarkan makin membuatnya ingin tahu.
"Lantas akankah kamu juga mempunyai rasa yang sama Ra?" Tanya Azzam yang dibalas ekspresi bingung Zahra.
"Zahra bingung kak, tadi sewaktu bang Rafa ngacak jilbab Zahra. Zahra ngerasain ada hal aneh, dan Zahra enggak ngerti itu rasa apa."
Azzam tersenyum miris, "kalau semisal keluarga kita seiman, akankah kamu mau menerima pinangannya?"
"Andai itu terjadi kak," kini yang ditanya mulai berangan-angan. "Tapi Zahra lebih senang nganggep bang Rafa kakak Zahra sendiri, kayak Zahra nganggep mas Rakha gitu. Zahra nda mau terlibat urusan hati dengan sahabat kak Azzam. Tar dikepoin mulu." Jawab Zahra yang seketika membuat keduanya tertawa kecil.
"Yaudah cepet tidur ya, kakak mau keluar dulu." Pesan Azzam yang diakhiri acakan pelan di puncak kepala Zahra yang sedang tidak berkerudung.
Jam menunjukkan pukul 21.00, setelah Azzam keluar dari kamarnya Zahra pun segera memberitahu Salwa. Dan sekarang percakapan mereka telah berakhir, Zahra yang selepas mengambil wudu untuk bersiap tidur itu terkejut ketika melihat notifikasi pesan dari Instagram miliknya.
"Assalamu'alaikum Zahra."
"Wa'alaikumsalam, maaf ini siapa ya?" Tanya Zahra karena profil tersebut tidak menampakkan nama pengguna asli.
(mengetik)
KAMU SEDANG MEMBACA
Azra's Love Story [Selesai]
Teen Fiction61 Bagian Dari 78 Semuanya berawal dari sebuah ketidaksengajaan. "Memang siapa yang ingin meminta saya?" Lagi-lagi Zahra kembali bertanya. "Kalau itu saya akankah kamu menerimanya?" Jawab Rayhan setelah sekian banyak MBULET dengan ucapannya. "Datan...