57: Hug Me

76 5 0
                                    

Revisi: 7 Juli 21

"Hubby, hug me please!" Rengek Zahra yang melihat suaminya begitu fokus akan pekerjaan.

Rayhan berbalik dan menatap lekat istrinya tersebut. "Sini-sini mas peluk," balas Rayhan merentangkan tangannya.

"Manja banget sih istrinya mas,." Celetuk Rayhan melihat perubahan pada diri istrinya.

"Manja juga sama suami sendiri mas, masa ga boleh?"

"Ngambek lagi, maap deh yang."

Zahra hanya menanggapi hal tersebut dengan gumaman pelan. Ia marah, tapi kesal juga. Moodyan banget sih si Zahra sekarang. Tak lama, terdengar sebuah ketukan pintu.

Tok
Tok
Tok

"Assalamu'alaikum Ra, Ray!" Salamnya dari luar sana.

Zahra bangkit, ia hafal sekali, pasti itu suara Azzam. "Wa'alaikumsalam, iya." Jawabnya berlari menuju pintu.

Ceklek

"Tuh kan kakak yang dateng, masuk kak, mbak." Suruhnya melihat Azzam yang juga membawa serta Salwa

"Eh, lagi kerja Ray?" Sapa Azzam yang melihat bahwa Rayhan belum sadar akan kehadirannya.

"Eh, udah dari tadi bang? Maaf gue terlalu fokus," ucapnya membetulkannya duduk.

"Mau dibuatin minum apa? Eh cemilan mau gak? Kemarin Zahra sempet ke toko buat beli roti,"

"Jual sendiri, dibeli sendiri, kalau gak istri lo gak ada Ray." Sindir Azzam melirik ke arah adiknya.

"Air putih aja Ra, lebih sehat." Jawab Salwa tersenyum kearah Zahra.

Tak lama kemudian, Zahra kembali membawa empat buah gelas berisi air putih dan beberapa camilan sehat. Ia meletakkannya di atas meja dan menyuruh mereka untuk menyicipinya.

"Silahkan di makan kak, mbak," suruhnya kembali duduk di samping Rayhan.

Terlihat Azzam tersenyum jahil menatap wajah adiknya itu. Senyumnya makin menjadi tatkala Zahra tanpa sadar menatap kearahnya.

"Ada apa kok tiba-tiba kesini?" Tanya Zahra to the point.

"Oh iya, ini mau nganter beberapa gamis mu yang kelihatannya masih bisa dipakai Ra, sayang kalau nanti gak kepakai dan malah dimakan rayap." Jawab Salwa dan menyerahkan dua buah paper bag.

"Harusnya gak usah repot-repot mbak, lihat aja tuh, badannya aja udah menggemuk kayak gitu." Celetuk Rayhan yang lagi-lagi membuat Zahra tidak terima.

"Ra gak gendut!"

Melihat suasana yang sepertinya kurang nyaman, akhirnya mereka berdua pamit undur diri.

"Ya udah, kalau gitu kita pamit pulang dulu. Assalamu'alaikum," pamit Azzam berdiri dan diikuti Salwa.

"Iya, hati-hati, wa'alaikumsalam."

Rayhan menatap kedatangan Zahra yang baru saja mengantar tamu mereka ke pintu depan. "Yang, jangan ngambek terus ih." Pintanya menatap penuh harap kearah Zahra.

"Zahra gak ngambek!"

"Kamu kenapa sih yang?"

"Gapapa,"

"Yaudah mas minta maaf,"

"Mas gak salah, ngapain juga minta maaf." Ketusnya pergi menuju kamar mereka.

"Yaudah, kalau gitu kamu mau apa? Biar mas beliin."

"Maunya mas gak bilang aku gendut lagi."

"Itu doang?" Tanyanya mengelus puncak kepala istrinya.

"Hmm,"

"Masih marah sama mas?"

"Enggak,"

Rayhan tersenyum, begitu susahnya membujuk perempuan cantik di hadapannya ini. Sungguh, kadang ia sampai kebingungan menghadapinya.

"Kok ngomongnya masih ketus kalau gak marah?" Tanyanya memeluk tubuh Zahra dari belakang.

Zahra mengembungkan pipinya. Apa Rayhan tidak sadar bahwa pernyataannya sebelumnya sangat sangat membuat Zahra tidak percaya diri. Bersyukur itu harus, tapi kan adakalanya manusia menjadi insecure.

"Mas sadar gak sih kesalahan mas dimana?" Tanya balik Zahra sambil menghadap ke arah Rayhan.

"Mas bilang kamu gendutan?"

"Iya, tapi ada lagi!"

"Apa lagi sih yang?"

"Pekerjaan penting ya mas?"

"Penting lah yang,"

"Kalau gitu kenapa kemarin gak nikah sama berkas-berkas kerja aja? "

"Gak gitu ih yang,"

"Gatau lah, aku capek,"

Zahra mengambil sebuah selimut dan boneka beruang yang ada di kamar mereka. Menuruni tangga dan masuk ke sebuah kamar, yang rencananya dijadikan kamar ketika Zahra hamil tua nanti.

"Yang, jangan ngambek terus ih."

Zahra hanya menanggapi ucapan Rayhan dengan bergeming saja. Ia rasa Rayhan belum mengenal lebih jauh tentang dia, tentang hubungan mereka. Dan lagi-lagi Zahra hanya cemburu tanpa sebab. Kesal yang tak berkepanjangan.

"Yang, aku minta maaf, jangan pergi ya." Ucapnya yang masih bisa melihat punggung Zahra.

"Harus ya mas? Bukannya abis itu mas ulangi lagi? Aku capek tau mas, capek harus kesel tanpa sebab kayak gini." Jawabnya menumpahkan segala rasa kesalnya.

"Yaudah mas sadar mas salah,"

"Nah gitu dong sadar, masa kodenya kudu keras dulu biar peka." Ejek Zahra mengembalikan barang yang sebelumnya ia bawa.

"Udah gitu aja? Gak ada yang lain gitu yang?" Tanya Rayhan yang melihat Zahra langsung berbalik arah.

"Hug me please!" Jawab Zahra yang rupanya belum terdengar oleh Rayhan.

"HUBBY!" Teriak Zahra membuat Rayhan langsung terjingkat.

"Apa sih sayangnya mas?"

Rayhan berjalan mendekati Zahra, senyumnya mengembang. Entah mengapa kali ini rasa kesal Zahra membuat dirinya sedikit terpukul. Ia sadar bahwa selama mereka menikah, ia hanya sibuk dengan beberapa pekerjaannya. Hingga lupa bahwa sudah ada wanita yang memerlukan dekapannya.

"Hug me!" cicitnya memainkan ujung kerudungnya.

"Mas gak denger yang," ucapnya menggoda Zahra yang masih setengah kesal.

"Hug me!" Ulang Zahra sedikit lebih keras.

"Coba ulang sekali lagi," suruh Rayhan mengelus puncak kepala Zahra.

"Hubby, hug me please, sekali aja," ulang Zahra merentangkan tangan berharap untuk dipeluk.

"Gak mau ah, istri saya tukang ngambek."

"Yaudah, nanti malem aku tidur dirumah bunda," ancam Zahra yang masih kesal.

"Iya iya, sini, ututututu istrinya mas yang rajin ngambek."

Sekali lagi Zahra mencubit keras perut Rayhan. Berharap si empunya tubuh menjerit kesakitan. Eh, malah si Rayhan yang main langsung nyosor tanpa aba-aba.

Azra's Love Story [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang