Revisi: 11 Mei 21
Hari ini adalah jadwal Zahra untuk sidang skripsi. Dan Alhamdulillah nya sidang berjalan lancar dan Zahra dinyatakan dapat wisuda sesegera mungkin. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Zahra memilih langsung mengirim pesan kepada kakaknya. Setelah mengirim pesan kepada Azzam, Zahra pun memilih menunggu di salah satu bangku taman hingga deru mesin mobil itu terdengar di telinga Zahra. Padahal gak cuman Azzam aja yang saat itu tengah mengendarai mobil, tapi banyak banget yang dateng pergi.
Setelah mobil Azzam sampai di depan kampus, Zahra pun segera menuju mobil dan membuka pintu dengan wajah murung. Mukanya di sedih-sedih in banget lah intinya.
"Kok udah pulang dik? Cepet banget?" Tanya Azzam memulai pembicaraan.
"Iya, udah selesai kok." Jawab Zahra dengan muka yang hendak menangis.
"Loh kenapa kok nangis? Skripsinya gagal?" Tebak Azzam sambil menjalankan mobilnya.
"Iya gagal." Jawab Zahra makin mau nangis.
"Yah, semangat ya adikku yang udah gede tapi belum lulus ini." Memotivasi tapi kek ngejek gitu kesannya.
"Iya, Zahra gagal buat ngulang skripsi lagi maksudnya," ucap Zahra dibarengi tawa yang pecah.
"Alhamdulillah, mau kakak beliin apa nih?" Tanya Azzam menepati perkataannya kala itu.
"Ice cream, belinya bareng mbak Salwa juga. Biar calon kakak ipar Zahra juga tahu kalo Zahra mau wisuda." Jawab Zahra spontan.
"Yaudah iya, hubungin mbak Salwa nya gih. Bilang kita mau kesana." Suruh Azzam menuruti permintaan Zahra.
"Siap, laksanakan, hihiy." Jawab Zahra sambil menunjukkan senyum pepsodent nya.
Setelah selesai menghubungi Salwa, Zahra kembali memasukkan ponselnya kedalam saku miliknya. Dan mengambil permen yang ia sediakan di dalam tas kuliahnya. Cuacanya panas, sangat panas, deru mesin mobil pun terdengar dimana-mana. Dan hal itulah yang membuat Zahra tidak terlalu suka kehidupan ramai, karena terlalu bising untuk di dengar. Belom lagi keadaan lalu lintas yang sedikit terhambat membuatnya semakin gerah di dalam mobil.
"Kok tumben tumbenan ya hari ini jalanan ramai banget. Biasanya juga lancar-lancar aja." Ucap Azzam yang niatnya hanya bermonolog pada dirinya sendiri, tapi hal itu disambut dengan tawa receh Zahra.
"Iyalah kak ramai, orang hari ini hari Senin kok. Makanya ramai kek gini." Celetuk Zahra disertai tawa recehnya.
"Oh iya, ummi sama abi udah kamu kasih tau belum soal skripsi mu yang udah disetujui?" Tanya Azzam dengan mata yang masih fokus ke area jalanan.
"Belum kak, niatnya nanti aja. Sambil bikin drama kecil-kecilan gitu, nangis-nangis gak jelas gitu. Hehe." Jawab Zahra yang hobi banget bilang "hehe" di akhir kalimatnya.
"Wisuda mu kapan dik?" Tanya Azzam kembali.
"Ini masih tak daftarin, insya Allah bulan depan." Jawab Zahra sambil mengecek notifikasi di layar handphonenya.
Tak lama setelah melihat notifikasi tersebut, tiba-tiba saja tawa Zahra pecah. Dan hal itu pula yang membuat Azzam selaku kakak yang baik jadi penasaran.
"Kenapa sih dik? Ketawa kek gitu? Bahagianya karena apa?" Tanya Azzam sambil memperhatikan jalanan yang mulai lenggang.
"Eum ini, Ra habis godain Hana. Mentang-mentang udah jadi budos aja ngambekan nya nambah tinggi." Jawab Zahra yang kini malah tertawa lebih keras.
"Udah ketawanya udah. Udah nyampek di rumahnya mbak Salwa itu lho, cepet turun trus panggil mbak Salwa nya." Titah Azzam yang dibalas anggukan kepala Zahra.
Azzam tuh kejem banget kalo mau tau. Masa iya dia nurunin Zahra di depan rumah berpagar besi tanpa menemaninya masuk ke dalam, udah gitu jarak antara pagar dan rumah masih kepisah oleh pos satpam, taman yang begitu luas, undakan rumah yang terhitung seperti tangga. Udah gitu jarak undakan dengan pintu selebar halaman masjid. Jauh banget pokok.
"Assalamu'alaikum mbak Salwa." Salamnya di depan pintu dengan nafas yang masih tidak beraturan.
"Wa'alaikumsalam, eh udah nyampek aja. Loh kok kamu ngos-ngosan gitu?" Tanya Salwa memperhatikan keringat yang membasahi hidung serta jidat Zahra.
"He'eh, capek." Jawabnya dibarengi dengan gerakan mengusap hidungnya.
"Abis darimana emang? Kok capek sampek ngos-ngosan gitu?" Tanya Salwa kembali.
"Abis jalan dari depan gerbang, melewati taman, naik undakan, melewati lebarnya teras rumahnya mbak." Polos banget duh, ucapannya bikin Salwa ngakak memikirkan sebegitu jauhnya letak gerbang dengan rumah yang ia tinggali.
"Lha mas Azzam nya kemana?" Tanya Salwa menahan tawa mendengarkan cerita dari adik calon suaminya ini.
"Ada di mobil, yaudah ayo mbak berangkat. Nanti keburu siang, panas banget. Nanti Zahra ceritain di dalam mobil aja." Ajak Zahra yang sudah kepanasan di luar ruangan ini.
"Yuk." Jawab Salwa sambil menggandeng tangan Zahra.
Sesampainya di mobil, Zahra masih setia uring-uringan dengan Azzam. Ia teramat kesal dengan pernyataan kakaknya yang dengan sengaja membuat Zahra berjalan kaki sebegitu jauhnya.
"Ih.... kakak mah gitu, lihat aja nanti tak bilangin ummi. Biar digetok tuh kepala pake entong nasi." Suka ngadu juga nih Zahra, hehe.
"Ya maap Ra, niatnya tadi gitu soalnya kaki kakak capek banget nginjak pedal rem sama gas melulu." Alibi Azzam dengan tawa yang tak bisa disembunyikan.
"Gak boleh gitu loh mas sama adiknya. Jahat banget ih, jangan-jangan kalo kita udah nikah aku bakalan disuruh gitu juga." Celetuk Salwa yang membuat Zahra dan Azzam memecahkan tawa bersamaan.
"Ihh.. kok Salwa diketawain sih." Ptotes Salwa sambil memanyunkan bibirnya.
"Abisnya calon kakak ipar Zahrara ini lucu banget." Jawab Zahra sambil menurunkan frekuensi tawa miliknya.
Setelah berhenti tertawa, Azzam pun memilih untuk mengangkat pembicaraan kembali dengan topik yang berbeda. Yaitu kedai ice cream.
"Dik, mau cari ice cream di mana? Ditempat biasanya atau yang lainnya aja?" Tanya Azzam melihat ke arah spion yang berada di depannya.
"Terserah kakak deh, yang penting Ra bisa makan dan minum ice cream gratis.... yeayy." Ucap Zahra sambil merentangkan kedua tangannya seperti ingin memeluk. Dan hal itu membuat Salwa gemas sehingga mencubit gemas hidung dan kedua pipi Zahra.
"Duh sakit mbak... kok semua hobinya nyubit hidung Zahra yang tambah mlesek ini sih." Gerutu Zahra melihat tingkah usil Salwa yang tak jauh beda dari kakaknya.
"Siapa suruh gemesin kek boneka beruang mbak." Jawab Salwa dengan muka tidak bersalahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azra's Love Story [Selesai]
Teen Fiction61 Bagian Dari 78 Semuanya berawal dari sebuah ketidaksengajaan. "Memang siapa yang ingin meminta saya?" Lagi-lagi Zahra kembali bertanya. "Kalau itu saya akankah kamu menerimanya?" Jawab Rayhan setelah sekian banyak MBULET dengan ucapannya. "Datan...