8: Kejutan

47 6 0
                                    

Revisi: 11 Mei 21

Setelah acara haru di kamar Zahra, Azzam pun mengajaknya untuk turun kebawah menemui Aditya dan Athifa. Azzam menyuruhnya untuk memberitahu bahwa skripsi nya telah berhasil, dan bulan depan insya Allah akan wisuda.

Tepatnya di ruang keluarga, Aditya tengah menonton acara televisi dengan secangkir teh hangat buatan istri tercinta. Sedangkan Athifa sedang berada di dapur dengan suara dentingan sendok yang membentur dinding mangkuk.

"Ummi sini... ada yang mau Zahra omongin, katanya gak seru kalau ummi gak ikut ngumpul disini." Panggil Azzam dengan mata yang terfokus pada layar televisi.

"Iya, bentar dikit lagi nanggung." Jawab Athifa sambil memasukkan adonan kue ke dalam oven.

"Mau ngomongin apa dik?" Tanya Athifa dan Aditya bareng ketika Athifa telah duduk di antara mereka.

"Skripsinya adik berhasil dan sesegera mungkin adik bakal wisuda," jawab Zahra sambil berteriak senang.

"Wah... Alhamdulillah, kapan dik?" Tanya Athifa menatap putrinya dengan raut wajah tak tergambarkan.

"Bulan depan insya Allah mi, bi." Jawabnya sambil mencomot toples kue kering.

"Ngomong-ngomong kamu udah mau wisuda, terus kakak juga udah mau nikah. Jadi kapan kamu mau ajak calon menantu abi bertamu kesini?" Tanya Aditya yang langsung kena sikut oleh Athifa.

"Ih abi mah gitu, Ra kan mau membuka karir awal Ra yang sempet tutup gara-gara mikirin skripsi. Lagipula jodoh kan udah ada yang ngatur bi, jadi tinggal memantaskan diri aja. Insya Allah kapan-kapan juga kesini sama rombongan keluarganya." Jawab Zahra sambil fokus terhadap layar kaca televisi.

"Gitu ya dek, terus cowok yang waktu itu siapa?" Pancing Azzam sambil mengganti program televisi lainnya.

"Ih... Mana? Nda ada? Orang aku nda ada kenalan cowok yang deket kok" pembelaan Zahra sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Adik gak boleh mainan cowok dulu! Awas aja kalo ummi tahu adik di antar pulang cowok. Langsung ummi suruh lamar." Ucap Athifa sambil tertawa panjang setelahnya.

"Ih.... Ya Allah, kenapa ummi, abi sama kakak hobi ngerjain Zahra." Teriaknya sambil terus mengunyah kue kering.

"Dik, kalau semisal besok ada teman abi datang kesini sambil bawa putranya gimana?" Pancing Aditya yang langsung membuat Zahra tersedak.

"Becanda dik, anak temen abi udah pada nikah semua. Tinggal anak abi doang yang belum,"

"Kalau Allah memberi Zahra kesempatan buat memilih calon suami, Zahra mau yang kayak gimana?" Kini giliran Athifa yang mengajukan pertanyaan.

Mendengar pertanyaan tersebut Zahra langsung diam. Hampir tak bergerak. Dan untungnya Azzam melontarkan kata-kata yang sepertinya malah tidak mendukung.

"Mi, jodoh itu kan katanya cerminan diri, jadi ya semoga aja calon suami Zahra nanti memiliki pribadi yang lebih baik."

"Jadi Zahra jelek?" Protes Zahra mendengar ucapan kakaknya.

"Bukan gitu, makanya dengerin dulu jangan asal potong pembicaraan orang lain!"

Lanjutin, debatnya nanti aja.

"Jadi ya semoga saja calon suami Zahra nanti adalah pribadi yang bisa melengkapi kekurangan Zahra, membimbingnya ke arah yang benar, dan ya semoga memiliki stok sabar yang berlimpah."

"Mau memaksakan diri ah kalau gitu," celetuknya yang langsung mendapat cubitan dari Athifa.

"Becanda ummi nya Zahra tersayang,"

"Semoga habis lulus, putri ummi paling cerewet ini ada yang minta," ucap Athifa mengelus-elus lengan Zahra.

"Meminta gimana mi?" Tanya Aditya dan Azzam secara bersamaan.

"Ya ngelamar gitu, yang khitbah gitu," perjelas Athifa tersenyum menatap suaminya.

"Bentar mi, perasaan judul part kali ini kejutan deh. Ini kok jadi bahas ke jodoh sih," ucap Zahra sembari nyengir kuda.

Happy reading ^^

Azra's Love Story [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang