32: Bertanya-tanya

44 7 0
                                    

Revisi: 4 Juli 21


Pagi ini rasanya berat sekali bagi sosok Rayhan, bagaimana tidak jika saat ini ia dihadapkan dengan 2 pilihan (tinggal atau pergi). Dan di sinilah ia sekarang, sedang membereskan kamarnya untuk persiapan siang nanti.

"Ri tolong dong kamu kirim pesan ke mbak Zahra," suruh Rayhan melihat Rikha yang sedang asyik dengan telpon genggamnya.

"Okey kak," jawab Rikha dengan penuh antusias.

Mbak calon ipar

Assalamu'alaikum calon kakak ipar Riri

Wa'alaikumsalam Ri, ada apa nih? Kok tumben chat mbak

Ini mbak, Riri disuruh kak Ray chat mbak. Katanya nanti mbak jangan lupa datang ya!

Oh, okey Riri... mbak ingat kok, masih ada lagi?

Alhamdulillah itu aja mbak, sampai jumpa di rumah wahai calon kakak ipar. Wassalamu'alaikum.

Iya, wa'alaikumsalam.

Setelah selesai mengirim pesan sesuai instruksi Rayhan, kini Rikha menaruh handphonenya dan mulai membantu kakaknya merapikan kamar.

"Udah di chat mbak Zahra nya?" Tanya Rayhan sekilas menatap adiknya dan mendapat anggukan dari Rikha.

"Udah kakakku paling baik," jawab Rikha berlalu meninggalkan kakaknya dan turun menemui bundanya.

-.-

Sedangkan disisi lain.

Ting (bunyi notifikasi)

Zahra yang sedari tadi sibuk dengan adonan kue itupun langsung cepat-cepat membuka handphonenya.

Tertera: Rikha 08.30

Assalamu'alaikum calon kakak ipar Riri

(......)

Ini mbak, Riri disuruh kak Ray chat mbak. Katanya nanti mbak jangan lupa datang ya!

(Menepuk jidat)

"Astaghfirullah hampir aja lupa," ucap Zahra sembari mengetikkan pesan.

Selang beberapa waktu ia pun membereskan adonan kue tersebut dan berpamitan kepada Neni.

"Neni, saya mau keluar sebentar. Nitip toko ya, oh iya itu adonannya tolong dimasukkan oven." Ucap Zahra sebelum pergi.

"Iya mbak, hati-hati." Jawab Neni berjalan mendekati tempat dimana Zahra menaruh adonannya.

Zahra tengah menyetir mobilnya dan mendengarkan siaran radio kesukaannya. Namun, tiba-tiba lampu merah muncul dan membuat Zahra memberhentikan laju mobilnya.

"Astaghfirullah," pekik Zahra menepuk jidatnya.

"Kenapa Zahra lupa lagi sih, kan harusnya ngajak kakak dulu." Monolognya sembari menepikan mobilnya setelah dari lampu merah.

Tut
Tut
Tut
Tut

Bunyi dering suara sambungan ponsel itu masih sama, setelah dicoba 2 kali baru tersambung.

"Ada apa adikku?" Tanyanya diseberang telepon.

"Kak, Zahra mau ke rumah tante Renata buat menepati perkataan Zahra kemarin, kakak jadi temenin Zahra?" Tanya Zahra sesekali menengok keluar jendela mobil.

"Jadi, kamu sekarang dimana?" Tanya Azzam dibalik telepon pintar tersebut.

"Didekat ruko perwari kak," jawab Zahra membaca papan nama ruko tersebut.

Tidak ada jawaban dari seberang sana, itu menandakan bahwa Azzam mengerti dan tengah meluncur menuju tempat Zahra berada. Tak membutuhkan waktu lama, 15 menit kemudian Azzam telah sampai ditempat Zahra berada. Di saat perjalanan menuju rumah keluarga Akbar, tiba-tiba pertanyaan Azzam membuat Zahra panik seketika.

"Kamu ada bawa kue gak Ra?" Tanya Azzam sedikit menoleh ke Zahra.

"Hah?" Tanya Zahra dengan nada sedikit teriak dan Azzam mengulang pertanyaan yang sama.

"Hah kue? Bentar bentar, buat apa kak? Oh iya astaghfirullah," reflek Zahra menepuk jidatnya karena lupa.

Melihat tingkah kebingungan adiknya, Azzam malah tertawa puas. Seolah ia lupa bahwa sedari pagi Zahra telah memasukkan brownies kukus buatan Athifa ke jok mobil belakangnya.

"Orang kuenya udah kok bawa lho Ra," ucap Azzam menghela nafas karena tawa panjangnya.

"Ih, kakak mah gitu. Hobi banget usil ke Zahra," protesnya memanyunkan bibir.

"Dih ngambek, kakak teriak nih." ledek Azzam dengan muka tak bersalahnya.

"Ih bodo, Zahra ngambek. Awas ya kalau udah pulang tak bilangin ummi." Ancamannya menjulurkan lidah pertanda memulai pertarungan sengit dengan kakaknya.

"Ngambek terus sampai gak sadar kalau udah sampai di pekarangan rumah om Akbar. Cepet turun, ih kamu mah." Ucap Azzam menekan tombol kunci pintu untuk membukanya.

"Hmm," jawab Zahra dengan gumaman singkatnya.

Setelah turun dari mobil, baik Zahra maupun Azzam mendapat sapaan hangat dari keluarga Akbar. Tak lupa Zahra yang mendapat pelukan mendadak dari Rikha, sesampainya di ruang tamu Renata membuka pembicaraan diantara mereka.

"Itu kenapa calon mantu cemberut aja sih?" Tanya Renata kepada Zahra dan Azzam lah yang akhirnya menjawab.

"Biasa tante, bungsu mah suka ngambek kayak gitu." Celetuk Azzam menoel pipi Zahra yang menggembung.

"Ngomong-ngomong ada apa ya tan, kok waktu itu Rayhan nyuruh Zahra datang ke rumah?" Tanya Azzam melihat adiknya yang tak kunjung bicara.

"Oh itu, jawabannya ada di kamar Rayhan. Kalian naiklah ke kamar Rayhan," jawab Renata berdiri hendak menghampiri Zahra.

"Oh iya tan, Azzam izin buat naik ya. Dik, ikut gak?" Celetuk Azzam berdiri menatap Zahra.

"Zahra biar disini saja sama tante, kamu naik aja Zam gak apa-apa." Jawab Renata yang kini sudah duduk di samping Zahra.

Azzam mengangguk tanda paham dan perlahan menaiki tangga menuju lantai atas. Dan sekarang diruang tamu hanya tinggal Zahra dan juga Renata di sampingnya.

Zahra menatap wajah Renata memberanikan bertanya. "Rayhan mau kemana tan? Kok Zahra lihat di sini sudah banyak kardus-kardus sama tas besar gitu," tanya Zahra menatap wajah Renata.

"Maafin tante ya Ra, tante belum bisa jawab sekarang. Tante gak dibolehin bilang ini ke kamu sekarang, oh iya ini ada sesuatu buat kamu." Ucap Renata sembari mengambil paper bag yang diletakkannya di atas meja.

"Apa ini tan?" Tanya Zahra yang sudah memegang paper bag tersebut.

"Hadiah kecil dari Rikha, semoga kamu suka!" Jawab Renata tersenyum hingga menampakkan kerutan disekitar matanya.

"Makasih tante, Zahra terima ya," ucap Zahra

Rayhan POV

Gue sekarang lagi apa hayo? Ya lagi bersih-bersih dong! Dan tiba-tiba ketukan pintu ngebuat gue kaget, kan tadi si Rikha keluar mau kerkom sama temennya. Terus ini yang ngetuk siapa?

"Masuk, pintu gak dikunci!" Seruku  menatap pintu tersebut dan masih setia melipat beberapa baju.

"Eh lo bang ternyata, masuk bang." Seru Rayhan menatap Azzam yang kini tengah berjalan masuk.

Singkat cerita Rayhan menjelaskan maksudnya pada Azzam. Siang pun datang, dan kini Rayhan turun dengan sebuah koper besar juga tas kerja yang dibantu oleh Azzam.

"Loh udah selesai Ray?" Tanya Renata menatap putra sulungnya itu.

"Alhamdulillah udah bun," jawab Rayhan tersenyum menampakkan gigi berseri miliknya.



Azra's Love Story [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang