27: He Is Back (1)

48 7 0
                                    

Revisi: 21 Juni 21

Banyak hari, minggu, bulan, serta tahun yang telah berlalu. Dan pagi ini Zahra kembali ke toko kue miliknya seperti biasa

"Ummi, Ra berangkat dulu ya, assalamu'alaikum." Pamitnya menyalami Athifa yang tengah membereskan baju.

"Iya, Zahra bawa mobilnya hati-hati. wa'alaikumsalam," jawab Athifa sambil mencium pipi gembil Zahra.

Ia segera menuju garasi untuk mengeluarkan mobil miliknya dan berlalu meninggalkan rumah. Kira-kira 30 menit ia menempuh perjalanan untuk sampai ke toko kue miliknya, sesampainya di pekarangan toko ia segera turun dan mulai memasuki toko.

Dengan tangan kanan membawa buku-buku besar dan tangan kiri menenteng tas, ia pun langsung masuk ke dalam toko dan terlihat Rakha sudah menunggu kedatangannya.

"Assalamu'alaikum mas Rakha," ucap Zahra sambil menduduki kursi di depan Rakha.

"Wa'alaikumsalam,"

"Ada apa, kok mas Rakha pagi-pagi udah nungguin Ra di sini? Kan bisa ke rumah, sekalian ketemu ummi." Tanyanya yang mulai bergelut dengan buku-buku dihadapannya.

"Ini mas mau tanya,"

"Tanya aja mas Rakha, ndak usah basa-basi terus, kayak sama siapa aja." Ucapnya yang diakhiri dengan tawa kecil.

"Mas mau nitipin Kayla sama kamu sama ummi, tapi uang kebutuhan Kay tetep mas yang kasih. Boleh ndak kira-kira?"  Ucap Rakha harap-harap cemas pada gadis dihadapannya.

"Iya boleh, kan kemarin ummi udah pernah bilang,"

Sepersekian detik berlalu, kini tinggallah Zahra dan Kayla beserta beberapa karyawati toko Zahra. Saat ini ia tengah disibukkan oleh permintaan yang melambung tinggi, sedangkan barang dapur sedang mengalami penurunan.

"Neni, bisa kesini sebentar?" Panggilnya yang saat ini tengah duduk di sofa pojok toko dengan Kayla di pangkuannya.

"Iya mbak, sebentar." Jawab Neni (salah seorang karyawati)

Kini toko kue Zahra bukan lagi seperti toko kuenya dahulu, setelah 3 tahun berlalu toko kue ini berubah menjadi tempat nongkrong bareng serta tempat mengerjakan tugas bagi para mahasiswa ataupun mahasiswi. Hal itu terjadi karena letak toko kue Zahra memang tidak jauh dari lokasi perkuliahan.

Ting

Bunyi pintu terbuka membuat Zahra langsung mengangkat pandangannya menuju pintu. Ia melihat sosok yang 8 tahun lalu ia kenal di sebuah tempat belajar, ada apa kaitannya ia kesini?

"Benarkah ini toko Azzahra Khairunnisa?" Tanya pemuda menatap ke arah Zahra.

"Iya benar, ada perlu apa ya?" Tanya Zahra sambil meletakkan pulpen yang sedari tadi ia pegang.

"Bisa tolong panggilkan dia?" Pinta pemuda itu kembali yang masih melihat Zahra.

"Dengan saya sendiri, ada perlu apa?" Tanya Zahra sambil mencoba menguatkan hatinya.

"Zahra masih inget saya?" Tanyanya sedikit basa-basi.

"Masih jelas terukir bang." Jawab Zahra sambil menunduk.

"Apa yang membawamu datang kemari?" Tanya Zahra sambil terus menunduk

1 menit, 2 menit. Hingga banyak detik pemuda itu masih diam dan beralih ke Kayla di pangkuan Zahra.

"Dia putrimu?" Tanyanya tersenyum pada Kayla kecil.

"Bukan,"

Sebelum hal yang tidak Zahra inginkan terjadi, ia pun memanggil Neni kembali untuk membawa Kayla bermain di taman belakang toko.

"Zahra, saya minta maaf." Ucap pemuda itu.

"Kamu enggak salah bang, ngapain minta maaf?" Tanya Zahra yang lagi-lagi menahan tetesan air mata.

"Saya salah. Saya salah telah membiarkanmu jatuh cinta sendiri, saya salah telah memberikan jutaan harapan padamu saat itu. Maafkan saya Zahra." Tuturnya disertai tatapan yang mendalam.

"Udahlah bang, itu bukan salahmu. Memang takdir yang mengharuskan kita seperti itu." Jawab Zahra kian tak karuan memendam banyak tusukan dari benaknya sendiri.

"Lantas kenapa kamu pergi saat saya ingin menjelaskan semuanya. Ana uhibbuki fillah." Celetuknya tanpa panjang lebar.

Hal tersebut membuat Zahra kaget, sepersekian detik ia masih terdiam di tempatnya melihat cincin yang melingkar di jarinya. Akankah ia harus mengkhianati kepercayaan Rayhan padanya, tidak. Tidak mungkin itu terjadi. Hal tersebut membuat Zahra kini semakin tak tahan hingga kalimat itu muncul.

"Lo, lo jahat bang. Jahat banget, seenak jidat ya lo datang ke hati ini terus pergi, dan sekarang apa? Lo berucap tanpa merasa bersalah, ana uhibbuki. Maksud lo apa hah? Kurang ya lo bikin hati ini sakit, hah? Kurang?" Ucap Zahra panjang lebar sampai sesekali mengambil nafas.

Azra's Love Story [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang