Revisi: 21 Juni 21
“terkadang diam lebih baik ketika semuanya sedang memburuk.”
_author_
"Kalo Ditanya Tuh Jawab! Masih bisa denger ucapan gue kan. Ilhamsyah!!" Ucapnya dengan nada bicara yang naik satu oktaf.
"Maaf." Hanya kata yang mampu terucap dari mulut Ilham.
"Lo jahat bang, jahatnya pake banget. Gue gak sampai mikir bahwa sosok bang Ilham yang dulunya super perhatian ke gue ini cuma manfaatin gue buat pelampiasan. Bang Il, lo jahat." Ucapnya disertai tangis yang mulai pecah, rasa itu masih ada. Jujur masih ada, meskipun hanya sebuah titik kecil.
"Zahra, sekali lagi saya minta maaf. Jujur saya tidak ingin melakukan hal itu padamu, tapi tekanan dari hati saya lah yang mendorong untuk melakukannya. Sekali lagi saya minta maaf, maaf." Hanya kata itu yang bisa keluar untuk menenangkan Zahra.
"Sudah jangan menangis, jangan biarkan air matamu itu keluar hanya untuk menangisi orang seperti saya. Saya tidak pantas untuk sebutir berlian yang jatuh dari pelupuk matamu." Ucapnya sambil menyerahkan sebuah sapu tangan merah jambu.
"La--lantas apa yang membawa bang Il datang ke sini? Hanya untuk membuat hati saya sakit seperti waktu itu?" Tanya Zahra yang kini mulai bisa mengontrol emosi.
"Tidak, saya hanya ingin mengobati hati yang dulu pernah saya sakiti. Tanpa perlu singgah kembali." Jawabnya sambil mengeluarkan sesuatu dari saku jas miliknya.
Demi menjaga situasi di toko milik Zahra, Ilham memilih mengajak Zahra untuk pergi sebentar. Menyelesaikan sebuah masalah yang belum benar-benar usai.
Dan disinilah mereka sekarang, disebuah taman kecil dekat sebuah universitas tempat Ilham mengajar.
Sebelumnya, izinkan author menulis kembali kisah mereka di masa lalu ya!
Flashback on
8 tahun yang lalu, tepatnya ketika Zahra menginjakkan kaki di sebuah bangunan SMA yang menyimpan penuh kejutan baru. Saat itu pula ia mulai mengenal sosok yang membuatnya semangat untuk pergi menuntut ilmu. Ia adalah Ilhamsyah, ketua OSIS yang ia ketahui saat itu. Hari demi hari banyak perhatian yang diberikannya untuk Zahra yang tengah beradaptasi. Banyak hal, banyak sekali. Hingga suatu hari ia mendengar pembicaraan antara Ilham dan salah satu temannya. "Bukannya lo udah ada si Mikha anak MIPA 3. Terus itu si Zahra mau lo apain?" Dan yang membuat hati Zahra makin tercabik adalah "gue sama Mikha udah gak sama-sama lagi Ga, dan Zahra gue gak ada rasa sama dia. Gue cuman kasihan aja ngeliat dia yang sepertinya butuh teman beradaptasi, ngobrol dan berbagai cerita. Gak lebih---" sebelum perkataan Ilham selesai Zahra dengar, ia sudah keburu sakit hati. Ternyata apa yang ia pikirkan selama ini tidak seperti kenyataannya.
"Kemana dek?" Tanya salah satu senior cowok tersebut
"Ke perpustakaan kak." Jawab Zahra berhenti sejenak dan menunduk.
"Panggil gue bang aja, kenalin gue Ilhamsyah kelas 12 MIPA 1. Lo siapa?" Tanyanya di tangga menuju perpustakaan.
"Eum saya Zahra kak 10 MIPA 1." Jawab Zahra yang masih canggung
"Kan gue dah bilang. Panggil aja bang, bang Ilham. Gue kan bukan kakak lo." Ucapnya sambil tertawa sumbang.
"Iya kak, eh iya bang Il."
Dari situlah keduanya mulai dekat hingga terjadi kesalahpahaman yg sudah dijelaskan diatas.
Flashback off
Banyak kenangan yang dulu pernah terjadi diantara mereka, meskipun semua terjadi secara singkat. Mungkin banyak orang akan menyalahkan, mengapa mengambil keputusan sepihak tanpa mendengarkan penjelasan yang ada. Dan itulah yang pernah terjadi dengan Zahra, menyalahkan perasaanya sendiri hingga luka tersebut sembuh secara sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azra's Love Story [Selesai]
Teen Fiction61 Bagian Dari 78 Semuanya berawal dari sebuah ketidaksengajaan. "Memang siapa yang ingin meminta saya?" Lagi-lagi Zahra kembali bertanya. "Kalau itu saya akankah kamu menerimanya?" Jawab Rayhan setelah sekian banyak MBULET dengan ucapannya. "Datan...