PART 3

14.4K 1.3K 18
                                    

Waktu seakan terhenti, Mei dan Kai saling tatap. Wajah mereka hanya berkisar jarak lima sentimeter, Mei bisa merasakan dengus napas Kai sekaligus debar jantung laki-laki tersebut.

"Mei, kamu nggak kenapa-kenapa?"

Demi mendengar suara Mbak Asti Mei segera tersadar, cepat-cepat gadis itu menjauhkan diri dari tubuh Kai yang masih terbaring di lantai. Mei menunduk, wajahnya sempurna merah padam.

Kai yang ikut berdiri, segera menatap Mei tajam. Dasar gadis tidak tahu malu! Batinnya jengkel.

"Pak, yang tadi itu saya nggak sengaja lho Pak. Sumpah! Saya sama sekali nggak tau kalo Pak Kai ada di belakang saya," ucap Mei memberanikan diri, wajah gadis itu masih tertunduk menatap lantai.

Kai tidak menjawab, laki-laki itu malah menarik tangan Mei, membawa gadis itu pergi dari sudut koridor.

"Eh, Pak ini kita mau kemana? Itu Mbak Asti masa ditinggalin sendirian disana?"

"Kamu nggak usah banyak tanya, ikutin aja mau saya!"

Mei diam, terseret-seret mengikuti langkah kaki Kai yang panjang. Entah kemana Kai membawanya. Tapi, saat langkahnya menginjak anak tangga, sepertinya Mei tahu jika Kai akan membawanya ke ruang kantor Manajer Ketenagakerjaan.

"Pak, kenapa kita nggak naik lift? Ruang Manajer Ketenagakerjaan kan masih jauh?"

Memberhentikan langkah, Kai membalikan badan."Kenapa kamu tau, saya akan bawa kamu ke sana?"

Mei terkekeh, "yaiyalah, Mei kan bisa baca pikiran orang!" ujar gadis itu riang, tak ada muka cemas sama sekali.

Kai kembali melanjutkan langkah, tidak memperdulikan Mei yang sibuk berseru riang.

"Pak jalannya bisa dilambatin dikit nggak? Saya capek!"

Tidak ada jawaban, Kai tetap berjalan cepat menaiki anak tangga.

"Pak!"

Tidak ada jawaban.

"Pak Kai!"

Kai tetap berjalan cepat.

"Pak Kai goblok!

Sempurna saat kalimat itu diucap, Kai membalikkan badan. Mei terkejut setengah mati, kakinya yang belum sempat menginjak anak tangga membuat badannya sedikit terhuyung ke belakang. Refleks cengkraman tangan Kai lepas. Membuat gadis itu jatuh terjengkang ke belakang.

"Arghhh!"

Kai melotot melihat Mei yang jatuh di anak tangga. Beruntung tubuh Mei yang tadinya menggelinding akhirnya berhenti di anak tangga kedua. Demi apapun! Tangan Mei mati-matian menahan tubuhnya agar tidak menggelinding lagi.

Kai datang menghampiri Mei, tangannya terjulur membantu Mei. Namun, sia-sia, saat tangan kiri Mei terjulur menggapai tangan Kai, tangan kanan Mei yang hanya bertahan tidak kuasa menahan hukum newtoon. Finalnya, Mei tetap terjatuh di lantai dasar.

Badan terasa remuk, kepala, leher, siku, lutut, semuanya sangat sakit. Mei memaksakan duduk, walau siku dan lututnya lecet-lecet.

"Udah jangan sok-sokan sakit! Sekarang kamu harus ikut saya ke ruang Manajer Ketenagakerjaan!" Kai dengan muka datarnya kembali berjalan cepat.

Mei merutuk dalam hati, tertatih-tatih mengikuti langkah Kai yang panjang. Mei mengernyit, langkah Kai kali ini mengarah ke lift yang berada di samping lantai dasar.

"Pak, kita naik lift?"

Kai tidak menjawab, langsung masuk ke dalam. Meninggalkan Mei yang masih termenung diam di depan pintu lift.

"Nunggu apa lagi? Ayo cepet masuk!" Kai dengan muka datarnya memerintah. Mei segera menurut.

Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam lift, mengabaikan plang di dekat pintu lift yang berbunyi "lift sedang macet!"

Mei ndlosor duduk di lantai lift. Tidak memperdulikan Kai. Persetan dengan manusia muka datar itu! Sekujur tubuhnya sekarang sedang sakit.

Berselang lima menit, lampu lift berkedip dua kali, lantas tak beberapa lama lampu lift sempurna padam.

"Liftnya kenapa Pak Kai? Kok lampunya tiba-tiba mati? Jangan-jangan di dalam lift ini ada han--"

"Tutup mulut kamu!" Kai memotong kalimat Mei.

Mei mungkin tidak tahu, jika saat ini tubuh Kai bergemetar, keringat dingin mengalir, jantung berdebar kencang, sementara telinga berdenging.

Tidak! Kai menggeleng tegas. Tidak mungkin phobianya terhadap gelap  kambuh lagi. Bukankah phobia itu sudah sembuh? Sial! Bagai ditusuk sembilu, dadanya terasa nyeri sementara napasnya perlahan sesak.

Tidak tahan, Kai akhirnya tumbang di samping Mei. Napasnya yang sesak membuat laki-laki itu kesulitan bernapas.

"Pak ... Pak kai! Pak kai kenapa?"

Dalam gelap Mei berusaha membangunkan Kai yang pingsan di sebelahnya.

"Pak!"

"Pak Kai!"

"Pak Kai goblok!"

Tidak ada jawaban, dada Kai naik turun, nafasnya semakin sesak.

Mei merogoh saku, berusaha mencari handphone. Sial! Mei baru ingat jika ia meningalkan handphonenya di dalam ransel.

Tombol darurat! Ya, Mei bisa menggunakan tombol darurat untuk meminta pertolongan. Gadis itu tertatih, segera  bergerak meraba-raba dinding lift. Dapat! Akhirnya Mei menemukan panel tombol darurat.

Panel tombol darurat ditekan. Berselang setengah menit tidak ada sesuatupun yang terjadi. Sial! Mei menghentakan kaki, tombol darurat itu pasti rusak.

Mei kembali menghampiri Kai, apa yang bisa ia perbuat sekarang?

"Pak ... Pak Kai jangan pingsan ya! Masa cuma karna kejebak di lift gini pingsan. Nggak malu apa sama Mei?"

Kai tetap bergeming, badannya bergemetar, napasnya semakin sesak. Dengan sisa tenaga laki laki itu menarik tangan Mei.

"Eh, kenapa Pak Kai?"

"Ok ... sii ... gen!"

"Ha? Gimana? Gimana?"

Jika situasinya berbeda Kai ingin sekali menjitak kepala Mei. Tidak bisakah Mei merasakan jika ia butuh pertolongan?

"To ... lo ... long!"

Mei menggaruk tengkuk, perlahan canggung mendekati Kai. Laki-laki ini sesak napas, bagaimana cara menolongnya? Haruskah ia memberi napas buatan?

Tidak ada waktu, tangan Kai mencengkram kuat pergelangan tangan Mei. Final, Mei menempelkan bibirnya ke mulut Kai, memberikan laki-laki itu napas buatan.

Menempelkan bibir? Ah jangan berpikir yang aneh-aneh! Ini kondisi darurat. Tapi ... ahh! Mei merutuki dirinya. Bukankah itu ciuman pertamanya? Ciuman pertamanya yang diberikan kepada laki-laki paling menyebalkan sedunia.

Kai merasakannya, merasakan napas buatan Mei, juga bibir Mei yang terasa  manis. Sial! Bukankah itu adalah ciuman pertamanya?

*****

~Mei~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Mei~

Follow akun wp gue
N

ext?

Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang