PART 7

12.1K 1.1K 16
                                    

"Kamu mau jadi istri saya?"

Mei yang mendengar kalimat Kai sontak terkejut.

"Eh? Bapak pasti becanda kan?" Mei mengerjapkan mata, ia sama sekali tidak menyangka kalimat itu akan keluar dari mulut Kai.

Kai menggeleng, lantas mengalungkan tangannya ke pinggang Mei, jarak wajahnya dengan Mei hanya terkikis jarak lima senti. Netra keduanya bertemu, Kai menyeringai. Katakanlah Kai sudah gila. Iya, Kai gila karna gadis dihadapannya.

Mei berusaha menjauh dari Kai, tapi semakin Mei bergerak semakin kuat pula Kai menahan pinggang Mei. Lenggang. Keduanya sama-sama diam, hanya semilir angin sore yang sesekali mengibaskan rambut Mei dan Kai.

Senja makin redup, tatkala Kai mendekatkan bibirnya ke bibir Mei. Mei menjauhkan wajahnya, berusaha lepas dari Kai.

Hingga akhirnya ...

"PAK KAI BRENGSEK!" teriak Mei sembari sekuat tenaga melepaskan diri dari Kai.

Kai terjatuh seketika, dan pria tampan di ranjang king size warna biru tua itu juga terjatuh. Memaki-maki pelan saat merasakan kepalanya benjut menghantam lantai.

Apa itu tadi? Mimpi? Kai mimpi buruk! Kenapa dia bisa berbuat seperti itu? Kenapa ia bisa sebrengsek itu? Sial! Ia jadi merasa bersalah terhadap Mei. Dasar mimpi sialan!

*****

Taman yang biasanya selalu dikunjungi bersama itu tidak lagi terlihat indah. Meski ini hari minggu, meski bunga-bunga di taman itu bermekaran, pria tampan blasteran surga itu sama sekali tidak menampakkan raut muka bahagia.

Perlahan langkahnya menyusuri bangku-bangku taman yang tersusun rapi, melewati beberapa pasang sejoli yang tengah berbincang mesra dengan kekasihnya.

Kai merutuk, seharusnya ia tidak ke sini. Hingga akhirnya langkahnya terhenti. Ia baru saja mendengar alunan biola yang pelan merambati telinga. Kai menautkan alis, siapa? Siapa yang memainkan biola?

Nada naik-turun, gesekan dawai yang sempurna mencabik-cabik. Kai mengepalkan tangan, rasa sakit yang dulunya ia pendam dalam-dalam kini keluar bersamaan dengan alunan biola yang merambat ke telinganya.

Berusaha mencari, langkah kaki Kai terhenti tatkala ia menemukan seorang gadis dengan rambut terkucir rapi tengah menggesekkan biola di antara kerumunan orang yang menatap takjub permainan biola gadis tersebut.

Kai juga menatap takjub. Postur tubuhnya yang tinggi, memudahkannya untuk menatap gadis manis tersebut dari tempat ia berdiri, tanpa harus menerobos kerumunan barisan paling depan.

Lihatlah, gadis berkulit pucat itu. Gadis yang sialnya tadi pagi menjadi mimpi buruknya. Gadis yang kini sedang riang menggesek biola.

Berselang menit, permainan biola itu selesai. Menyisakan kerumunan orang yang sukarela memasukkan uang recehan ke dalam tempat yang telah disediakan. Gadis itu nampak tersenyum riang, mengucap satu dua kata terima kasih lalu perlahan pergi dari tempat tersebut.

Kai mengikutinya, tersenyum jahil saat satu tangannya meraih kucir rambut gadis riang itu. Menariknya hingga seperkian detik sempurna gadis itu menghadap ke arahnya.

"Pak Kai?! Pak Kai ngapain di sini? Itu ikat rambut saya kenapa Bapak ambil?!" Sempurna Mei yang tadinya bermuka riang kini menggelembungkan wajah, menatap Kai marah.

Kai tersenyum miring. "Ambil kalau kamu bisa." Kai mengangkat kucir rambut warna biru muda itu tinggi-tinggi. Mei yang tingginya hanya sedada Kai menatap jengkel.

"Aduh Pak, kembaliin sini!" Mei berjinjit-jinjit meraih ikat rambut miliknya.

"Kalau saya nggak mau gimana?"

"Sini kembaliin!"

"Emang enak jadi orang pendek?"

Mei menggelembungkan muka, "Pak Kai ngapain ke sini sih?"

"Kamu juga ngapain main biola di sini?"

"Suka-suka saya lah."

"Ya udah saya ke sini suka-suka saya juga dong."

"Pak Kai ngikutin saya ya?"

"Apa? Ngikutin kamu? Orang sibuk kayak saya ngikutin kamu? Heh, kamu jangan kegeeran saya ke sini cuma jalan-jalan kok."

Belum sempat Mei Membalas perkataan Kai, sepasang kekasih yang membuat Kai mendadak mengepalkan tangan erat, itu tiba-tiba datang. Kai mengenal yang perempuan. Namanya Viona, mantan pacarnya.

"Kai?" panggil perempuan yang bernama Viona.

Kai yang merasa dipanggil segera menatap Viona.

"Kamu?" Kai menatap Viona, kemudian beralih menatap laki-laki di sebelah Viona.

"Siapa dia?" tanya Kai dengan tangan terarah pada laki-laki di sebelah Viona.

"Oh kenalin namanya Radit," kata Viona pendek.

Laki-laki yang bernama Radit itu mengenalkan diri. "Kenalin, saya Radit pacarnya Viona. Anda siapanya Viona ya?"

"Dia temen lamaku," jawab Viona cepat.

Teman? Apa kata Viona, teman? Semudah itukah ia melupakan? Kai balas menatap Radit dan Viona tajam. Semudah itukah? Kai tidak percaya Viona bisa mencari pengganti dirinya secepat itu.

"Eh dia siapa?" tanya Viona kemudian, tangannya menunjuk gadis berkulit pucat yang tengah memegang biola.

Kai tersenyum miring. "Namanya Mei, dia calon istri saya."

Viona seketika terdiam, matanya sibuk menelisik penampilan Mei.

Mei yang dibilang begitu, rusuh menyikut perut Kai. Apa maksud Kai coba? Kai tidak bisa sembarangan bicara. Iyuuhh emang siapa juga yang mau jadi istrinya Kai?

"Eh gimana kalo kita ngobrol-ngobrol dulu?" usul Radit yang dibalas gelengan kepala oleh Viona.

"Sayang, bukannya kita mau nonton bareng ya?" kata Viona dengan nada manja.

"Ohh iya Mei, bukannya kita mau ngukur baju pengantin ya?" kata Kai pula.

Mei melotot ke arah Kai. Apa-apaan ini?

"Yaudah kalau sekarang nggak bisa, gimana kalo nanti malam. Kita bisa sekalian ngedate bareng kan?" tanya Radit yang nampak tidak kehabisan akal.

"Oke, tapi sekarang saya nggak bisa. Saya harus nyari baju pengantin paling cantik sedunia untuk calon istri saya yang paling cantik sedunia." Kai sengaja menekankan kalimatnya, membuat Viona menatap mengkal.

"Oke, sampai jumpa nanti malam," balas Radit. Lantas pergi meninggalkan Kai dan Mei.

Kai menatap Mei yang bermuka masam. "Kamu harus pura-pura jadi calon istri saya!"

*****

To be continued ...

Vote+koment

Vote+koment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang