PART 37

5.6K 400 3
                                    

Mobil Kai berjalan pelan meninggalkan pelataran kantor perusahaan. Hari ini ia pulang sedikit cepat, sudah tidak sabaran untuk menjemput istrinya agar bisa pulang bersama.

Namun, di tengah jalan, entah ada angin apa mata Kai mendadak saja melihat seorang wanita tengah menangis di pinggir jalan. Ia mengenali postur tubuhnya.

Bukankah itu?

Viona?

Kai memberhentikan mobil, melihat lebih dekat. Ternyata benar, wanita itu adalah Viona. Kenapa dia ada di sini?

Sebagai informasi saja, meski ketika di-interview  tadi siang Viona selalu menjawab pertanyaan dengan baik, Kai tetap tidak menerimanya. Tidak! Pria itu tidak mau Viona menjadi sekretarisnya.

Di ujung jalan itu Viona nampak tersedu. Wanita itu menangis dengan  posisi berjongkok memeluk lutut. Entah kenapa pula rasanya ada setitik rasa iba pada diri Kai. Kai turun dari mobilnya, menghampiri Viona.

"Kenapa?" tanya Kai saat menghampiri wanita itu.

Tak ada jawaban, Viona justru makin memeluk lutut erat.

"Kalau nggak mau jawab, saya pergi!" seru Kai, pria itu membalikkan badan mulai meninggalkan Viona.

Sungguh! Sebenarnya Kai sangat malas melakukan hal ini. Ya, jika saja bukan karna teringat istrinya yang suka menolong orang, Kai sudah dari tadi  mengabaikan Viona.

"Tunggu, Kai."

Kai membalikkan badannya, melihat seorang Viona yang kini berdiri tegak di hadapannya. Tidak lagi menangis dengan memeluk lutut seperti tadi. Muka Viona terlihat sembap, hidung dan matanya kelihatan merah.

"Kenapa?" tanya Kai dengan muka datarnya.

"Bisa tolong anter ke rumah sakit," cicit wanita itu.

Dahi Kai mengernyit. "Kenapa?"

"Aku barusan dapet telfon kalo Mama masuk rumah sakit. Aku shock banget, ak-aku ha-rus ... hiks ... ke sana se-sekarang ..." parau Viona dengan suara tersendat-sendat.

Sebenarnya Kai ingin bertanya lebih jauh. Dia ingin tahu kenapa Viona masih ada di sini? Bukankah wawancara kerja itu sudah berakhir sejak tadi siang? Lantas kenapa Viona tidak pulang? Kenapa wanita itu ada di sini?

Urung bertanya, telfon Viona mendadak saja berdering nyaring. Viona segera saja mengangkatnya. Tak berselang lama mulut Viona ternganga, mata wanita itu berkaca-kaca.

"Kai tolong ... tolong anter ke rumah sakit ... Mama aku ... hiks, aku mau ketemu Mama sekarang," mohon Viona dengan seiring isak tangis yang tak dapat ia bendung.

"Mama kamu kenapa?" tanya Kai.

"Mama ... Mama kritis."

Demi mendengar kalimat itu Kai terbelalak.

"Yaudah, sekarang kamu masuk mobil!" perintah Kai.

Viona mengangguk, dengan langkah tertatih wanita itu masuk ke dalam mobil Kai.

Kai segera saja menghidupkan mesin mobil, menjalankan mobil itu dengan kecepatan maksimal.

Melupakan istrinya yang memandang penuh tanya dari sudut jalan.

*****

"Serius kamu nggak mau makan duluan? Masih kukuh nungguin Kai pulang baru mau makan malem?" tanya Erik, pria itu baru saja menyelesaikan makannya. Duduk berhadapan dengan Mei yang sedari tadi menunggu kepulangan Kai.

Mei menggeleng pelan. "Nggak Pa, nanti aja biar makannya bisa bareng."

Erik mengangguk-angguk. "Ya udah kalo gitu Papa masuk kamar dulu ya. Malam ini, masakan kamu enak banget." Erik mengancungkan dua jempol ke arah Mei.

Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang