Sore ini Kai dan Mei, tengah berada di ruangan kolam renang. Mei tidak bisa berenang, jadi perempuan itu hanya duduk di sisi pinggir kolam. Sambil sesekali memainkan air. Sedangkan Kai, pria itu sedang asyik berenang.
"Ayo ke sini berenang!" ajak Kai.
Mei menggeleng. "Nggak ah, yang ada Mei nanti tenggelam." ujar Mei.
"Ayo ke sini!" Kai mendekati Mei, menarik-narik tangan istrinya.
"Ih jangan, Mei kan nggak bisa berenang!"
"Nggak peduli, pokoknya harus turun." Kai menarik kuat tangan Mei.
Hingga ...
Byur!
Mei masuk ke dalam kolam. Tidak! perempuan itu tidak tenggelam. Ada Kai yang dengan sigapnya menangkap tubuh Mei.
"Ihhh udah dibilangin jangan, masih juga dilakuin." Mei mengomel disertai dengan muka cemberutnya.
Kini Kai menggendong Mei ke atas air. Posisi wajah mereka terpangkas begitu dekat. Hidung keduanya hampir bersentuhan.
Kai menatap wajah istrinya lamat-lamat. Sejenak, pria itu menghela napasnya.
"Kenapa?" tanya Mei, mengernyitkan dahi.
"Maaf, mungkin bulan madunya kita undur dikit ya? Kemungkinan beberapa minggu lagi, soalnya kedepannya mungkin kita akan sibuk." ujar Kai dengan nada sedihnya.
Mei menggeleng. "Nggak perlu minta maaf, Mei juga kedepannya sih, kayaknya akan sibuk. Sibuk jadi guru biola."
"Iya, kita sama-sama sibuk, mungkin pas akhir pekan atau libur panjang kita bisa gunain waktunya untuk ke Bali," usul Kai.
"Yang penting kita harus semangat!" seru Mei riang.
Kai melebarkan garis senyumnya. Menatap istrinya intens, lalu detik berikutnya, dengan gerakan cepat, pria itu segera mencium bibir ranum istrinya.
Mei terhenyak, ia benar-benar terkejut setengah mati. Tubuhnya membeku, mukanya memanas. Hanya tangannya yang perlahan mencengkram pundak Kai.
Kai makin mempererat tautan bibir itu, membuat Mei makin tersudut. Dengus napas Kai hangat menerpa wajah sang istri. Mei balas menangkup pipi Kai, dan pada akhirnya juga membalas ciumam itu. Lembut ... menghangatkan.
*****
Senin, hari sibuk. Pagi ini Mei membantu suaminya memakaikan dasi. Menyiapkan segala keperluan suaminya. Mulai dari sarapan, Pakaian, dan ... kasih sayang. Ah tidak! Maksudnya semangat.
Hari ini mereka berdua sepakat untuk bekerja. Kai akan kembali kerja di Sean-Organizer dan Mei mulai hari ini akan mengajar sebagai guru biola.
Sebagai informasi, Kai sudah diangkat menjadi CEO sejak dua hari yang lalu. Iya, Erik tidak mau lagi berkutat dengan kesibukan kantor. Pria tua itu sudah lelah.
Alhasil, kesibukan Kai sudah pasti akan meningkat. Mei juga, di samping menjadi istri, perempuan itu juga sudah pasti akan sibuk menjadi seorang guru biola.
"Wuihh suami Mei ganteng banget," puji Mei setelah memakaikan dasi warna hitam bergaris putih ke kerah kemeja Kai.
Perempuan itu lalu beralih menuju lemari pakaian. Mengambil beberapa pakaian yang akan ia pakai untuk mengajar nanti.
"Kamu nggak boleh dandan terlalu cantik ya, dandan yang biasa-biasa aja. Jangan sampe ada orang lain yang suka sama kamu," peringat Kai dengan nada bicara yang serius.
"Perasaan kamu udah bilang kayak gitu berkali-kali deh, malah bilangnya udah dari kemarin lusa lagi," balas Mei.
Kai menatap istrinya penuh keseriusan. "Kamu harus nurut, jangan disukai dan menyukai orang lain! Jangan dandan terlalu cantik, dan jangan bertingkah terlalu manis," titah pria itu.
Mei menghela napasnya. "Iyaaa sayang! Nggak akan!" ujar perempuan itu gemas.
*****
Singkat saja, ini adalah hari pertama Mei mengajar sebagai guru biola. Perempuan itu merasa semangat sekali. Ia membawa kotak biolanya dengan riang.
Rumah Mily--murid yang akan ia ajar tak begitu jauh. Untuk berangkat ke sana, cukup berangkat bersama suaminya.
Sampai di sana, Mei dipersilahkan masuk ke dalam rumah Mily. Rumah itu besar, rumah khas orang kaya.
Mei masuk ke dalam salah satu ruangan. Kata salah satu pembantu yang mengantarkannya tadi itu adalah ruangan khusus belajar biola.
Mei perlahan membuka pintu ruangan, masuk ke dalamnya.
Di sana, Mei menemukan Mily, gadis kecil manis itu tengah menungguinya. Mei tersenyum ke arah Mily.
"Yeeeyy kakak akhirnya datang!" seru Mily riang.
"Mily, kamu udah siap untuk belajar main biola?" tanya Mei.
Gadis kecil itu mengangguk mantap.
"Anak pinter. Pertama-tama kita belajar cara megang biolanya dulu ya?"
Mily mengangguk antusis, mengambil biola miliknya dengan semangat.
Pertama-tama, Mei memperaktekan bagaimana cara memegang biola yang benar. Perempuan itu mengajarkan dengan betul-betul sabar. Mily antusias menyimaknya.
Hingga tak berselang lama pintu ruangan biola itu berderik pelan, menandakan seseorang masuk ke dalam ruangannya.
Seorang pria masuk ke dalam. Mily bersorak girang saat menyadari kehadiran pria tersebut.
"Papa," sambut Mily, sambil berlari ke arah pria itu.
Pria yang dipanggil dengan sebutan "Papa" itu mengembangkan senyumnya.
"Mily lagi belajar main biola ya?" tanya pria itu.
"Iya Pa."
"Belajar sama siapa?"
"Kakak Mei." Mily menunjuk Mei yang berdiri tak jauh darinya.
Pria itu menoleh ke arah Mei. Lantas matanya membulat, saat melihat perempuan yang kini di matanya terlihat begitu manis.
"Cantik," puji pria itu.
*****
Tbc ...Gimana? Bagian ini agak monoton gk sih?
Next?PENGUMUMAN:
Cerita ini mulai part selanjutnya ganti judul ya. Jadi, mulai selanjutnya itu judulnya berubah jadi "Dear, Bapak Muka Datar"Kenapa ganti judul? Ga papa sih, pengen aja.
Oke?
Vote & komen
Follow akun gw :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)
General FictionKALO LU BAPER GUA NGGAK NANGGUNG! Judul : Dear, Bapak Muka Datar Genre : romance/slice of life Status : TAMAT Meski Kai disebut siluman es batu, tapi jangan salah, hatinya Kai itu kadang sehangat kompor gas. Disuruh ngebunuh nyamuk aja nggak tegaan...