Entah ada angin lewat apa, Erik tiba-tiba saja ingin berbicara empat mata dengan Kai. Bingung dengan Papanya, Kai tak habis pikir. Aneh sekali, tidak biasanya Papa seperti ini.
Lantas menyadari keberadan Kai, Erik meminta anak semata wayangnya itu untuk duduk bersebelahan dengannya. Lalu kemudian menatap Kai dalam.
"Kai, Papa mau mundur dari perusahaan."
Baru saja Kai duduk tenang di sebelah Papanya, kini pria itu mendadak dibuat kaget oleh penyataan dari Papanya.
"Hah? Tap-tapi kenapa?" Kai dengan muka setengah kaget bertanya.
"Papa nggak mau menghabiskan waktu tua Papa di kantor. Papa juga ingin bebas sepenuhnya dari kesibukan kantor," jelas Erik.
"Dan Papa juga ingin kamu jadi penerus perusahaan."
Mata Kai terbelalak. Secepat ini?
"Tapi dengan satu syarat," kata Erik.
"Syaratnya cuma satu, kamu harus bikin acara pernikahan klien kita yang diadakan lusa itu sempurna. Tanpa ada masalah sedikit pun," lanjut Erik.
Kai ternganga. Cuma itu syaratnya?
*****
Hari berikutnya, Kai sibuk mengatur acara resepsi pernikahan klien. Tanpa bantuan Erik atau Sofi. Pria itu berusaha mengaturnya sesempurna mungkin dengan ide kreatifnya sendiri.Berbeda dengan pernikahan klien sebelumnya. Kali ini pernikahannya digelar indoor, di dalam gedung. Karna tempatnya sudah ditemukan kini tinggalah menghias pelaminan dan vendornya.
Rangkaian bunga kemudian terjalin rapi di sisi pelaminan. Kursi dan meja ditata rapi. Diberi hiasan bunga plastik setiap satu meja. Karpet merah tergelar anggun di tengahnya, menjadi jalannya calon pengantin menuju kursi pelaminan.
Masalah gaun dan catering sudah Kai tuntaskan awal-awal. Kini tinggalah masalah hiburan. Tidak perlu risau, seperti klien sebelumnya saja, berikan hiburan orkestra biola dan piano, maka pasti klien dan tamu undangan akan menatap takjub.
Kai berencana akan bermain piano, berkolaborasi dengan pacarnya yang bermain biola. Ya, siapa lagi jikalau bukan Mei.
Kai menatap pacarnya yang kini tengah menyapu sisa-sisa kekacauan di dekat pelaminan tersebut. Menatap gadisnya yang sesekali menyeka keringat di dahi. Sungguh, mau bagaimana pun gadis itu tetap terlihat imut.
Mungkin katamu lebay. Tapi begitulah jalannya sebuah cinta.
*****
Sore, pulang dari kantor. Mei dan Kai berjalan beriringan, pria itu sedang ingin jalan kaki bersama pacarnya. Sambil sesekali manatap jingganya matahari yang hampir saja akan tenggelam.Mei berhenti sekejap, duduk di halte salah satu bus yang sepi. Kai mengikutinya, keduanya duduk bersebelahan.
"Bapak calon CEO sebaiknya jangan duduk bersebelahan sama strata rendah kayak saya," sindir Mei, gadis itu tau sebentar lagi Kai akan menjadi CEO.
"Bilang kayak gitu sekali lagi kamu saya kutuk ya?!"
Mei menatap remeh. "Kutuk jadi apa?"
"Jadi istri," goda Kai.
Sempurna pipi gadisnya itu memerah. Kai tertawa puas melihatnya. Sungguh menyenangkan membuat muka Mei merah.
"Eh, besok kamu jangan datang telat ya?"
Tangan Mei membentuk simbol hormat. "Siap, Mei nggak akan datang telat. Mei akan bermain biola dengan baik."
Kai mengacak rambut Mei. Gadis baik. Batinnya dalam hati.
"Oh iya, Mei punya sesuatu buat Pak Kai," kata gadis itu.
"Apa?"
Mei mengeluarkan dua benda berwarna putih dari dalam tasnya.
"Tada ... ini adalah hadiah perayaan keberhasilan karna Pak Kai bentar lagi jadi CEO."
Kai tertawa melihatnya, Mei selalu bisa membuat dirinya tertawa. Lihat saat ini, gadis itu memberinya sebuah topi kepala kelinci.
Mei memakai topi kepala kelinci miliknya. Dua telinga kelinci itu bergerak-gerak imut. Kai ikut memakainya, keduanya seperti pasangan kelinci yang manis.
"Maaf karna hadiahnya kelewat murah. Ini akhir bulan jadi Mei nggak bisa beli hadiah yang mahal."
Kai mendekap bahu Mei. "Makasih ya udah selalu ada buat saya."
*****
Hari esok menyapa cerah. Acara pernikahan klien itu sebentar lagi dimulai. Semuanya sudah rampung sembilan puluh sembilan persen.Sisanya, tinggal menunggu Mei. Mei yang akan memainkan biola berkolaborasi dengan Kai. Gadis itu belum datang, tidak seperti biasanya, gadis itu datang terlambat. Kai melirik ponselnya, Mei tidak bisa dihubungi. Dikirimi pesan pun tidak dibalas.
Kemana Mei pergi?
Sementara di pintu masuk itu, para tamu undangan mulai masuk berdatangan. Kedua calon mempelai masuk.
Tidak ada cara lain, Kai harus tetap memainkan piano. Mengiringi jalannnya pengantin. Meski tanpa kehadiran Mei.
*****
Tbc ...
Hehe, akhirnya setelah sekian lama ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)
Fiction généraleKALO LU BAPER GUA NGGAK NANGGUNG! Judul : Dear, Bapak Muka Datar Genre : romance/slice of life Status : TAMAT Meski Kai disebut siluman es batu, tapi jangan salah, hatinya Kai itu kadang sehangat kompor gas. Disuruh ngebunuh nyamuk aja nggak tegaan...