PART 16

8.4K 707 4
                                    

Hatsyi! Hatsyi!

"Mei, kamu kan nggak enak badan. Apa nggak sebaiknya kamu ke rumah sakit?" tanya Alex cemas.

Mei menggeleng. "Nggak usah Pak Alex, Mei nggak apa-apa kok."

Sebenarnya Kai dan Mei sedang berada dalam situasi canggung. Setelah kejadian barusan itu Kai menjauh. Mei merasa bersalah, ingin minta maaf tapi gadis itu takut Kai akan marah. Jadilah, sekarang hanya Alex yang mengajak Mei bicara. Sementara Kai hanya diam.

Hatsyi! Hatsyi!

Hidung Mei merah, ia bersin berkali-kali. Tampaknya berjalan-jalan di Kebun Raya Bogor saat badan tidak sehat adalah ide buruk.

Alex mendengus, makin khawatir dengan kondisi kesehatan Mei. Lagian ide Kai itu sama sekali tidak berguna. Lihatlah sekarang, bukannya tambah baik, kondisi Mei jadi tambah buruk.

"Mei, kamu istirahat dulu ya. Jangan jalan-jalan dulu," kata Alex setengah khawatir.

"Nggak papa Pak Alex, saya nggak papa kok," tolak Mei. Ia masih ingin berjalan-jalan mengelilingi Kebun Raya.

"Ya udah kalo gitu, saya ke parkiran mobil sebentar, saya mau ambil masker," ujar Alex.

"Buat apa Pak?"

"Buat kamu, kamu kelihatannya dari tadi bersin terus. Sebaiknya kamu pake masker," jelas pria itu.

Mei melirik Alex lamat-lamat, tampak raut muka khawatir di wajahnya. Sangat berbeda dengan Kai yang jelas hanya menampilkan raut muka datar di wajahnya.

"Oke Pak, makasih banyak. Maaf ngerepotin," ujar Mei sambil tersenyum setulus mungkin.

Melihat hal itu, Kai yang berdiri disebelah Mei jadi sebal. Dasar Mei tidak peka, tidak bisakah gadis itu mendeteksi jika sekarang ia tengah marah. Kai Mendengus.

Mei menatap punggung Alex yang perlahan menghilang, lantas beralih menatap Kai. "Pak Kai, Mei minta maaf ya," ujarnya penuh penyasalan.

Kai diam, pandangannya datar. Tidak menanggapi ucapan Mei.

"Pak, maafin Mei karna bersin di muka Bapak." Mei tidak menyerah, ia sungguh menyesal atas kejadian tadi.

"Nggak!" jawab Kai pendek.

"Ya maafin Mei dong Pak."

"Ada syaratnya," kata Kai.

"Apa?"

Kai melirik sekitar. "Ikut saya," ajak Kai, pria itu cepat-cepat mengandeng tangan Mei, segera membawa gadis itu pergi. Bahkan, melupakan Alex yang tengah berjalan menghampiri Mei.

"Pak, kita mau ke mana sih?" tanya Mei heran dengan tingkah absurd Kai.

"Udah kamu diam, jangan banyak bicara!" tegas Kai.

Dirasa sudah cukup jauh dari tempat semula, Kai akhirnya melepaskan tangan Mei. Ehem ... ya sebenarnya ini hanyalah alibi agar Alex tidak dekat-dekat dengan Mei. Iya, biarlah pria itu berkeliling mencari Mei.

Kai kemudian berujar, "besok-besok kamu tau syaratnya apa!"

"Kenapa nggak kasih tau sekarang Pak?" tanya Mei polos.

"Udahlah itu bisa dibicarakan nanti-nanti. Sekarang, coba kamu liat ke sana!" Telunjuk Kai mengarah ke sebuah pohon yang menjulang tinggi. Dan ... lihatlah di sekeliling pohon itu, serbuk-serbuk kapuknya berjatuhan lantas perlahan turun di atas rerumputan hijau.

Bagai salju turun dari langit, pohon kapuk randu yang kini sedang meranggas itu terlihat indah. Lihatlah kapuknya yang berguguran di atas rumput hijau, itu bagai salju ajaib yang baru saja turun di negara tropis.

Mei berlarian ke arah pohon kapuk tersebut. Melupakan Alex yang mungkin tengah sibuk mencari-cari keberadaannya. Melihat sekitar, gadis itu bagai berada di negara musim dingin. Riang melihatnya, Mei meraih kapuk kapuk yang tengah berterbangan itu, terasa lembut di tangan.

"Ada salju Pak, liat sini ada salju," ujar Mei riang, Kai tersenyum melihatnya. Senang sekali melihat 'gadis riangnya' kembali tersenyum.

"Ini namanya salju lokal," ujar Kai sembari merebahkan dirinya ke atas rumput hijau yang kini dipenuhi 'salju lokal'.

Mei ikut merebahkan diri. Bersebelahan dengan Kai, Mei ikut menatap antusias. Berlatarkan langit biru, Mei kembali menatap kapuk-kapuk yang sedang berguguran ke bawah. Indah sekali.

"Pak, Mei boleh nanya?"

"Apa?"

"Bapak serius ..." Mei tidak melanjutkan kalimatnya.

"Serius apa?"

"Itu loh ... yang tadi Pak"

"Yang mana?"

"Ituloh ..."

"Yang mana?"

"Yang itu ... aduh masa Bapak nggak paham sih?"

"Yang saya bilang saya suka sama kamu?"

Mengetahui hal itu muka Mei memerah. Siaal! Kenapa juga ia harus membahas masalah itu.

Kai tersenyum. "Iya saya serius suka sama kamu," jawab Kai lantang.

*****
Tbc ...

Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang