"Mas, tolong ngebut, ya?" pinta Mei pada tukang ojek yang ia naiki untuk yang kesekian kalinya.
"Tapi ini kan udah ngebut, masa iya harus ngebut lagi?" keluh tukang ojek itu.
"Pokoknya ngebut aja mas," pinta Mei, pasalnya saat ini Mei tengah dalam perjalanan. Gadis itu segera saja menuju rumah Kai begitu sambungan telfon dari Kai mendadak putus.
Mei tidak tahu apa yang telah terjadi di kolam renang. Yang pasti saat ini jantung Mei berdetak begitu cepat. Ia khawatir sekali dengan keadaan Kai. Memangnya Kai kenapa? Mengapa menyuruh datang ke rumahnya? Jangan-jangan ... ah Mei menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir pikiran buruk itu.
Perasaan Mei sungguh tak enak, mengingat telfon dari Kai itu sangat mendadak. Suara Kai terdengar begitu tercekat. Apa yang sebenarnya telah terjadi?
Tak berselang lama, ojek yang ditumpangi Mei akhirnya sampai ke rumah Kai. Setelah membayar, Mei segera bergegas masuk ke dalam rumah itu.
Seperti sebelumnya, satpam rumah Kai yang tengah menjaga gerbang menyuruh Mei untuk menuju ruangan kolam renang.
Mei menurutinya, meski sebenarnya gadis itu ingin bertanya lebih banyak tentang mengapa ia mendadak disuruh datang ke sini.
Ruangan penuh guci-guci mahal, beserta lampu gantung berkilauan itu akhirnya Mei kunjungi lagi. Mei melihat ruangan sekitarnya, tidak ada siapa-siapa di sini. Selalu sepi.
Melewati ruangan itu, Mei pun mengarahkan kakinya ke arah ruangan kolam renang.
Begitu masuk ke dalam ruangan itu, entah kenapa jantungnya berdegup begitu cepat. Ada apa sih, sebenarnya dengan Kai? Mei menghela napasnya. Rasa penasarannya sekarang mulai bercampur dengan rasa khawatir.
Perlahan, Mei menghampiri area kolam renang. Gadis itu teramat penasaran dengan Kai. Memangnya apa yang terjadi dengan Kai? Pertanyaan itu berulang kali memenuhi benaknya.
Namun, hal itu segera terjawab saat Mei sampai di tepi kolam renang. Tidak, di sana tidak ada Kai. Mei menatap bingung. Apa maksudnya? Kolam renang itu kosong. Kai tidak ada di sini. Di mana pria itu berada?
Mei menatap sekelilingnya. Ruangan sekitarnya begitu sepi, begitu sunyi.
Hingga tanpa sadar suara langkah kaki terdengar dari arah belakang. Dan sejurus kemudian dari arah belakang sebuah tangan tiba-tiba melingkar erat di pinggang Mei.
Mei terkejut, segera melirik ke belakang. Gadis itu merasakan tubuh bagian belakangnya agak basah.
"Jangan bergerak, Tetap dalam posisi seperti ini," ujar oknum yang memeluk Mei dari belakang.
Oknum itu pasti Kai, Mei amat mengenal suaranya. Mei mendengus, pacarnya ini sungguh sangat tidak punya kerjaan ya. Bisa-bisanya Kai memeluknya dari arah belakang. Terlebih dengan tubuh basah itu. Basah? Kai pasti barus saja selesai berenang.
"Bapak lagi gabut ya?" tanya Mei sebal.
Tentu saja sebal, tadinya Mei pikir sesuatu yang buruk terjadi pada Kai. Namun, kenyataannya pria itu baik-baik saja.
"Pak Kai kenapa, sih?"
Bukannya menjawab, Kai justru merebahkan dagunya ke atas pundak Mei. Refleks saja jarak wajah keduanya terpangkas begitu dekat.
Kai mengalungkan tangannya ke pinggang Mei erat. Lalu dengan santainya pria itu berkata, "Ayo menikah!"
Mei terperangah mendengarnya. Lagi-lagi jantung gadis itu berdetak begitu cepat. Apa yang barusan kai bilang. Menikah? M-E-N-I-K-A-H? Ia tidak salah dengar kan?
"Ayo menikah, punya anak, dan menua bersama," ujar Kai mengulangi kalimatnya.
Jantung Mei berdetak cepat. Ia tidak bisa membayangkan jika kalimat itu keluar dari mulut Kai. Bagaimana mungkin? Secepat ini?
Kai meregangkan pelukannya, mengarahkan Mei yang kini diam membisu itu agar menghadap ke arahnya. Sial! Kai tak bisa menahan diri. Lihatlah wajah gadis itu sekarang, mukanya memerah. Persis seperti tomat.
"Ayo menikah!"
Mei masih membisu. Mukanya jadi memanas mendengar ucapan Kai itu. Kenapa? Kenapa kalimat itu begitu mudah keluar dari mulut Kai? Astaga! Apa yang harus ia lakukan?
Sekilas, Mei melirik penampilan Kai. Astaga! Mei baru sadar jika Kai bertelanjang dada. Pria itu hanya memakai celana pendek selutut. Sedangkan dadanya dibiarkan terlihat, sungguh sangat memamerkan perut kotak-kotak yang ia punya.
Mei tak habis pikir. Dengan tubuh basah sehabis berenang itu Kai nekat memeluknya dari belakang. Huftt ... semua ini membuat pipinya semakin memerah.
"Mei, ayo menikah, hidup bersama, dan menua bersama?" Bertepatan dengan keluarnya kalimat itu sebuah cincin permata berkilau keluar dari saku celana Kai.
Mei menganga, ternyata Kai tidak bercanda. Mei menetralkan detak jantungnya. Berusaha menatap manik mata Kai lamat-lamat.
"Maaf Pak ... Mei tidak bisa ..."
Tidak bisa? Mendengarnya, raut muka Kai langsung berubah. Kenapa? Kenapa tidak bisa? Kai menatap Mei penuh kekecewaan.
Sial! Ini semua Tidak ada gunanya, Kai menghela napas. Menatap Mei sekejap lalu berbalik arah meninggalkan gadis itu.
"Pak Kai tunggu!" teriak Mei.
Sia-sia, Kai mengabaikan teriakan Mei.
"Pak Kai tunggu!"
Lagi, Kai mengabaikan teriakan Mei. Pria itu berjalan cepat, segera keluar dari ruangan kolam renang.
"Pak Kai, sebenarnya yang Mei maksud itu Mei nggak bisa ... nggak bisa nolak permintaan itu."
Sempurna saat kalimat itu keluar, Kai segera menghentikan kakinya. Pria itu berbalik, menatap Mei--gadisnya yang kini nyengir tak berdosa. Sial! Gadisnya ternyata bisa nakal juga.
Kai berlari, menghampiri gadisnya yang kini tengah tersenyum jahil ke arahnya. Kai mendengus, lalu tanpa persetujuan pria itu memeluk gadisnya erat. Terlalu erat, hingga tanpa sadar Mei yang kebetulan berada di tepi kolam renang itu kehilangan keseimbangan.
Byur!
Keduanya jatuh ke dalam kolam renang, seperti sebelumnya Kai cepat-cepat menggendong Mei dari atas air.
Kai menatap Mei yang sedikit tebatuk begitu baru keluar dari air. Sialan! Batuknya saja menggemaskan.
"Dasar gadis nakal!" sungut Kai mengingat kejadian tadi.
"Gitu aja Baperan," balas Mei.
Kai mendekatkan wajahnya. Lalu pria itu berbisik, "hai, calon istri!"
"Hai juga calon suami!" balas Mei yang membuat Kai ingin pingsan saja.
*****
Tbc ...
Koment lh woi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)
General FictionKALO LU BAPER GUA NGGAK NANGGUNG! Judul : Dear, Bapak Muka Datar Genre : romance/slice of life Status : TAMAT Meski Kai disebut siluman es batu, tapi jangan salah, hatinya Kai itu kadang sehangat kompor gas. Disuruh ngebunuh nyamuk aja nggak tegaan...