PART 57

7.1K 414 7
                                    

Ternyata Kai tidak berbohong dengan ucapannya kemarin sore. Iya, pria itu benar-benar menepati janjinya.

Dan sekarang sepasang suami-istri itu tengah berada di kursi tunggu bandara. Tepatnya, di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Keduanya datang ke Tangerang sejak pagi. Ya, ini kali kedua Mei datang ke sini, setelah sebelumnya sempat mengantar Erik, ayah mertuanya yang berangkat ke Australia.

Semua persiapan dan koper sudah di urus kemarin malam. Kali ini Kai benar-benar ingin menghabiskan waktu hanya bersama istrinya. Melupakan segala kisruh dan konflik beberapa hari ini.

Mengenai Viona, iya benar wanita bekas sekretaris Kai itu ditahan polisi. Wanita itu ditahan atas gugatan percobaan pembunuhan. Ya, mengkin itu hukuman yang setimpal untuknya.

Drrttt ...

Ponsel Mei bergetar, Mei merogoh saku roknya, ia mendapati panggilan video dari ayah mertuanya.

Mei mengangkat panggilan video  tersebut, terpampanglah wajah ayah mertuanya di layar ponselnya.

"Papa!" sapa Mei riang.

Kai melirik ke layar ponsel Mei, terlihat wajah Papanya di sana.

"Heh, kalian berdua beneran mau pergi hari ini?" tanya Papa di seberang sana.

"Iya, Pa. Kenapa?" itu suara Kai yang bertanya.

"Rumah kita nggak ada yang nungguin dong," balas Erik.

"Papa jangan khawatir, kita perginya gak lama kok," ujar Mei menenangkan.

Mendengar ucapan Mei, Kai seketika menggeleng. "Siapa bilang kita perginya nggak lama? Kita harus pergi lama-lama, mumpung ada kesempatan liburan gini kita harus manfaaatin baik-baik."

Di seberang sana Erik tampak tertawa kecil saat mendengar ucapan Kai. "Terserah kalian, Papa kayaknya bakal tinggal di Australi lebih lama lagi," sahut Erik.

"Lah, kenapa Pa?" tanya Mei pula.

"Hmmm ... Papa cuma pengen liburan lebih lama lagi," ujar Erik

Perhatian, para penumpang pesawat Lion 656 dengan nomor penerbangan GA328 tujuan Lombok dipersilahkan naik ke pesawat melalui pintu A12.

Mendengar announcement itu Kai dan Mei segera beranjak berdiri.

"Papa kita sambung nanti ya, ini bentar lagi kita mau berangkat," ucap Mei.

Di ujung telfon Erik nampak mengangguk-angguk. Mei dan Kai segera pamit pada Erik. Mengakhir perbincangan singkatnya hari ini.

Kai menatap ke arah istrinya. "Siap bulan madu?"

Muka Mei langsung memerah begitu mendengar kalimat itu, tapi pelan-pelan Mei pada akhirnya mengangguk juga.

*****

Pesawat yang dinaiki Kai dan Mei mendarat satu jam kemudian. Tujuan keduanya adalah Gili Trawangan, rute yang harus ia tempuh terlebih dahulu adalah lewat penerbangan dari Bandara Internasional Soekarno Hatta sampai ke Bandara Internasional Lombok. Waktu tempuh penerbangannya kurang lebih satu jam lima puluh lima menit.

Dari Bandara Internasional Lombok barulah menyewa mobil untuk sampai ke Pelabuhan Teluk Nara. Nah, dari sini barulah mulai menyebrangi Teluk Nara untuk sampai menuju ke Gili Trawangan. Perjalanan menuju Gili Trawangan ini melalui penyeberangan privat, menggunakan speed boat.

Sedikit cerita, sebenarnya speed boat itu bisa di isi maksimal sampai delapan orang. Tapi ya dasarnya Kai itu posesif, tukang cemburuan, plus suka parno. Jadilah, dia  ngotot ke pengendara speed boat agar naik berdua saja dengan istrinya. Ya, pengendara speed boat itu mengiyakan saja asal bayarannya lebih.

Mei yang melihatnya cuma bisa mendengus geli akan kelakuan suaminya.

Cuaca hari ini cerah, pemandangan laut biru tampak indah. Tadi perjalanan dari Bandar Udara Internasional Lombok menuju Pelabuhan Teluk Nara membutuhkan waktu kurang lebih satu jam dua puluh empat menit. Dan sekarang, perjalanan naik speed boat menuju Gili Trawangan katanya bisa ditempu dengan waktu singkat saja, cukup lima menit.

"Kamu ingat peraturan yang kita buat pas di rumah kan?" tanya Kai saat Mei tengah asyik memandang sekeliling lautan.

"Peraturan apa?" tanya Mei mengernyitkan dahi.

"Tuh kan lupa!"

Mei mengingat-ingat maksud Kai. "Oh peraturan yang itu, iyaaa aku ingat!"

"Coba sebut satu persatu peraturannya," pinta Kai.

Mei menghela napasnya. Namun, tak lama perempuan itu segera menyebutkan satu persatu peraturannya. "Satu, nggak boleh pake pakaian yang terbuka. Dua, nggak boleh dandan terlalu cantik. Tiga, bersikap biasa aja sama orang lain. Empat, jangan senyum terlalu manis ke orang lain. Lima ..."

"Udah cukup!" Kai menempelkan jari telunjuknya ke bibir istrinya.

Mei seketika diam.

Kai mencium puncak kepala istrinya. "Pinter kamu, ingat sama peraturan yang aku buat di rumah."

Sebagai responnya Mei tersenyum lebar.

Tak lama, Gili Trawangan mulai terlihat, hamparan pasir putih menenangkan bersamaan dengan batang pohon kelapa tinggi tegak mulai tampak. Gili Trawangan mulai menampakkan wujudnya.

*****

Tak ada yang lebih indah dari senja di Gili Trawangan.  Seperti saat ini, rasanya waktu singkat sekali berjalan.

Kali ini entah ide dari mana, Kai mendadak saja menyewa kuda penduduk untuk berjalan-jalan di sepanjang bibir pantai.

Benar, Kai kini mengendarai kuda. Mei duduk di depannya. Otomatis tangan Kai melingkar ke pinggang Mei untuk mencapai tali kemudi.

Kuda yang dinaiki Kai dan Mei berjalan perlahan. Kaki kuda itu berjalan tenang di atas pasir putih lembut, Gili Trawangan.

Suasana Gili Trawangan tampak tenang, matahari mulai tenggelam dari cakrawala. Menggoreskan garis-garis berwarna oranye kejinggaan dari arah langit barat. Desir lembut pasir pantai dan semilir angin yang menggoyang-goyangkan pucuk pohon kelapa membuat susana damai.

Seperti senja yang tenggelam. Namun, rasa sepasang kekasih itu tak pernah tenggelam.

*****

Dahlah:v

Ke-uwu an apalagi ini miska.

Alay banget dah!

Oke, gw minta maaf kalo dari segi rute perjalanan dari bandara sampai ke Gili Trawangan banyak yang rancu. Atau mungkin ambigu banget.

Jika banyak salah, silahkan koreksi.

Maklum lah, gue ngetik cuma modal kuota+mbak goggle.

Di part ini pada happy yah :')

Oke, sekian.

Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang