"Kenapa Mei? Kok melamun?" tanya Mbak Asti keheranan.
Lima menit telah berlalu, dan Mei masih ternganga di tempatnya berdiri. Gadis itu tak habis pikir dengan fakta yang dikatakan Mbak Asti. Jadi, pria muka datar itu namanya Kai. Pria itu seorang manajer penjualan dan merupakan calon CEO di perusahaan ini.
Mengetahui fakta itu Mei tertawa sendiri. Menertawakan kebodohannya. Aishh! Apa sebaiknya ia menghilang saja dari Bumi?
Mei menghela napasnya. Pertama, Mei telah membuat kesalahan yang begitu fatal. Kemarin malam ia muntah tepat di kemeja Kai. Kedua, ia membuat kesalahan lagi, dia telah mengira jika Kai berada di sini karna bekerja sebagai cleaning servis.
Bodoh!
Rasanya ia ingin tenggelam di laut saja.
*****
Hari berikutnya Mei selalu bertindak hati-hati. Berusaha berlaku sesopan mungkin saat berpapasan dengan Kai. Ya, meski Kai hanya memberi respon dengan menunjukkan ekpresi muka datar itu lagi dan lagi.
"Pagi Pak!" sapa Mei, kebetulan saja ia baru berpapasan dengan Kai.
Seperti biasa, Kai hanya balas menatap datar. Tak berniat sedikit pun untuk membalas sapaan Mei.
Hingga tiba-tiba Kai menatap Mei, Mei yang menyadari hal itu menautkan alis, "kenapa Pak?" tanya Mei.
Kai menunjuk ke bawah, menunjuk lantai koridor.
"Iya, lantainya kenapa Pak?"
Kai melipat tangannya ke dada "Masih kotor."
"Tapi keliatannya bersih kok Pak, lagian lantainya juga barusan di sapu."
"Sapu lagi!"
"Udah tadi," balas Mei.
"Saya bilang sapu lagi sekarang!"
"Tapi tadi kan udah," ujar Mei mencoba untuk bersabar.
Kai menatap jerih, "Bisa nggak sih, turuti saja kemauan saya?"
"O ... oke saya sapu lagi ya?"
"Dari tadi kek," ujar Kai dengan muka datarnya. Lalu segera pergi dari koridor itu.
Mei yang menatap punggung Kai itu berdalih jijik, "siyi biling sipi ligi sikiring, bisi nggik si tiriti siji kimiin siyi!"
Ampun dah! Mei tersenyum kecut ke arah punggung Kai. Ada ya orang muka datar yang sekalinya ngomong bawel banget.
*****
"Mei, kamu bersihin koridor sebelah sana ya, yang bersih jangan sampe Pak Kai marah-marah lagi kayak kemarin," titah Mbak Asti.
"Halah, baru jadi manager penjualan aja songongnya bukan main, udah songong, muka datar, suka marah-marah lagi. Ewww, jijik banget!" Mei pura-pura muntah di tempat.
Mbak Asti terkekeh melihat kelakuan Mei. "Husshh jangan ngomong sembarangan, entar kualat lho!"
"Iya deh, Mei minta maaf! Udah Mbak Asti pergi bersih-bersih sana, Mei juga pengen bersih-bersih di sini," ujar Mei membalikkan badan. Tidak tahu kalau Kai yang dari tadi ia bicarakan sudah berdiri menatap tajam di belakang punggungnya.
"Jauhkan hamba dari manusia seperti Pak Kai ya Allah." Mei yang belum sadar akan kehadiran Kai mengaminkan doanya.
Hingga akhirnya ...
"Eh copot ... copot ... aduh Pak Kai kok bisa tiba-tiba di sini?!" Mei mengelus dada, seketika gadis itu merutuk dalam hati. Kenapa Kai ada di sini? Mampus! Pasti Kai mendengar semuanya.
Kai mendengus pelan, gadis menyebalkan ini lagi. Tadi apa katanya. Ah ya, gadis itu mengatakan jika ia adalah manusia muka datar yang suka marah-marah. Kai berdecak, ya kalau menurut maunya, Kai sih, ingin sekali menendang gadis menyebalkan ini ke dalam tong sampah.
"Pak, omongan saya yang tadi jangan dimasukin ke hati, cuman bercanda kok, hehe ... jangan masukin ke hati ya, masukin ke jantung aja kalo bisa hehe."
Sudah salah, ngeles lagi. Kai menatap Mei tajam, bisa-bisanya gadis itu bercanda di hadapannya.
Mbak Asti yang menyaksikannya cuma bisa menepuk dahi. Perempuan itu ingin menolong Mei, tapi tidak tahu caranya bagaimana.
Demi melihat wajah Kai yang menatap tajam itu Mei menelan ludah. Mei ingin pergi dari sini, pergi secepatnya dari hadapan Kai. Namun, sepertinya hari ini adalah hari buruknya.
Naas, saat Mei ingin pergi, tali sepatunya yang tak terikat tanpa sengaja terinjak. Membuat Mei pada akhirnya terjatuh ke depan, dan sialnya hal itu membuat dirinya jadi menubruk Kai.
BRUK!
Ya tuhan! Demi celana dalam Patrick! Mei dan Kai sedang dalam posisi tak wajar.
Keduanya tumbang dilantai, dengan posisi Mei di atas dan Kai yang berada di bawahnya. Mbak Asti yang menjadi saksi mata terperangah.
Mei mematung, pandangannya terfokuskan pada satu objek yang membuat jantungnya berdetak begitu cepat.
Objek itu adalah wajah Kai. Wajah Kai yang berada di bawah wajahnya. Mei tersadar, apa yang barusan ia lakukan? Ahh sialnya, bagaimana mungkin ia bisa menindih tubuh Kai di sudut koridor begini?
*****
Ada bintang di pojok kiri bawah jan lupa di pencet.CMMIW
Koment yakFolow akun wp gue @El_Wahyuni
Sekian ...
~Kai~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)
General FictionKALO LU BAPER GUA NGGAK NANGGUNG! Judul : Dear, Bapak Muka Datar Genre : romance/slice of life Status : TAMAT Meski Kai disebut siluman es batu, tapi jangan salah, hatinya Kai itu kadang sehangat kompor gas. Disuruh ngebunuh nyamuk aja nggak tegaan...