Senin siang, saat jam makan siang tiba. Kala itu Kai tengah berkutat sibuk bersama laptopnya. Pria itu mengabaikan jam makan siang, tidak peduli dengan kesehatannya.
Hingga ... tak sengaja mata pria itu menemukan kotak bekal warna merah yang tergeletak bisu di dekat meja kerjanya. Entah milik siapa, Kai penasaran, menyentuh kotak bekal tersebut. Ada sebuah kertas kecil tertempel di sana.
"Perut lapar, konsentrasi ambyar!"
Begitu tulisan di kertas kecil itu, bersertakan emot senyum dibawahnya.
Kai tersenyum kecil, meninggalkan ruang kerjanya. Di dekat pintu ia melirik sekitar, pandangannya jatuh pada seorang gadis riang yang baru saja meninggalkan ruangan kerjanya. Dari punggungnya Kai tau itu adalah Mei.
Kapan gadis itu masuk ke ruangannya? Kai tak habis pikir. Sefokus itukah ia melesaikan pekerjaan, hingga ia tidak menyadari kedatangan orang lain di ruangannya.
"Kai!" panggil seseorang. Kai membalikkan badan, ternyata itu adalah suara Sofi, sekretaris Papanya.
"Kamu udah makan siang?" tanya Sofi.
Kai menggeleng.
"Nih aku bawain salad buah."
"Nggak, aku udah punya makan siang sendiri," tolak Kai. Ia menunjukkan kotak bekal warna merahnya.
Sofi menatap kecewa. "Trus ini gimana?" Perempuan itu menunjukan dua bungkus salad buah di tangannya.
"Kasih ke orang lain aja, atau kamu makan sendiri," ujar Kai. Detik itu juga Kai pergi mengikuti punggung Mei, meninggalkan Sofi sendirian.
Sofi mendengus, membuang salad buah itu ke dalam tong sampah. Memalukan sekali, ia ingin tahu apa isi kotak bekal warna merah itu. Seberharga apakah isinya? Sehingga Kai menolak salad buah darinya.
*****
"Hei!" sapa seseorang dari arah belakang.
Mei yang tengah berjalan sambil bernyanyi-nyayi tak jelas itu segera membalikkkan badan.
Siapa lagi? Suara itu berasal dari Kai. Pria berpostur tinggi yang berdiri dibelakangnya sambil membawa sebuah bekal warna merah. Kai tersenyum menatap Mei.
"Ini dari kamu?" tanya Kai, sambil menunjukkan bekal itu kepada Mei.
Apa makanan di bekal merah itu tidak enak? Mei menunduk, ia harus bagaimana? "Maaf Pak. Mei nggak tau makanan kesukaan bapak. Jadi yang Mei bikin ya ... cuman itu."
Kai tersenyum ke arah Mei, berarti benar jika kotak bekal itu berasal dari pacarnya. Refleks saja, tangan Kai mengandeng lengan Mei. Membawa gadis itu ke suatu tempat.
Mei mengerutkan dahi, bertanya bingung, "Kita mau ke mana?"
Tak mengubris ucapan Mei, Pria itu justru membawanya naik ke tangga darurat. Ah, Mei tau pasti mau ke rofftop.
Pintu berderit saat mereka berdua sampai di ujung tangga. Berjalan perlahan di lantai rofftop, menikmati semilir angin, meski cuaca di jam segini cukup terik.
Kai mengajak Mei duduk lesehan di lantai rofftop. Keduanya duduk berhadapan. Dengan kotak bekal merah sebagai pembatas.
"Maaf Pak, Mei nggak tau makanan kesukaan Bapak," cicit gadis itu.
"Kesukaan saya?" tanya Kai.
"Iya, kesukaan Bapak apa nih?"
"Kamu," ujar Kai pendek namun jelas.
Terdiam sesaat, Kai menatap manik mata gadisnya lamat-lamat. Mei tersenyum, Kai balas ikut tersenyum.
"Udah, sekarang kita makan yuk!" ajak Kai, membuka kotak bekal tersebut.
Aroma lezat menguar dari kotak bekal tersebut. Kai terkesima takjub saat melihat isinya.
Itu adalah makanan berbahan dasar taoge dengan sedikit tahu dan kupat sebagai pelengkapnya. Di tambah siraman khas yang berbau lezat.
"Tauge goreng?"
Mei mengangguk patah-patah. Ia menyempatkan diri untuk membuat kuliner khas Bogor itu tadi pagi.
"Maaf, tauge gorengnya mungkin nggak panas lagi, soalnya Mei bikinnya tadi pagi,"
"Kamu yang bikin ini?"
"I-ya,"
Tak sabaran, Kai segera menyendok makanan di bekal merah tersebut. Sekejap, muka Kai berubah.
"Kenapa Pak?" Mei yang menyadarinya segera bertanya.
"Kayaknya kurang ..." Kai sedikit berpikir.
"Kurang apa Pak?"
"Kurang banyak." Kai tertawa sendiri.
"Ini enak kok, lebih enak dari yang dijual di pinggir jalan," ucap Kai.
Sejurus kemudian, Kai menyodorkan bekal merah itu ke arah Mei. Mei mengambilnya, lagi-lagi ia dibuat bingung dengan tingkah Kai. Kali ini apa yang Kai lakukan ?
"Suapin saya," kata Kai.
Mei mendengus. Aishh! Manja sekali. Namun, meski begitu ia tetap menuruti permintaan Kai.
Perlahan menyuapi Kai seperti bayi. Satu persatu sendok suapan dimakan pria itu dengan lahap. Makanan di bekal merah itu mulai tandas. Mei mengelap mulut Kai yang belepotan kuah. Kai tersenyum manis ke arah Mei.
Kotak bekal merah itu tandas isinya. Kai kini merebahkan kepalanya ke pangkuan Mei. Menatap langit.
"Kalo dipikir-pikir kamu mirip langit ya."
"Maksudnya?" tanya Mei tak mengerti.
Kai tersenyum. "Langit itu nggak perlu warna warni agar terlihat indah, cukup biru dan putih. Sama seperti kamu, kamu nggak perlu make up mahal, atau pakaian mewah agar terlihat cantik, cukup tampil sederhana dan bersahaja saja kamu sudah lebih dari cantik."
Mei menelan ludah, sedikit salah tingkah. Pipinya merah, sesekali gadis itu memperbaiki posisi rambutnya yang tidak berantakan.
*****
Acara makan siang itu selesai, Kai dan Mei sama-sama turun dari rofftop. Kai berbisik terima kasih kepada Mei. Mei mengangguk, balas tersenyum ke arah Kai.Perlahan Mei pergi meninggalkan Kai, gadis itu sempat melirik ke belakang. Terlihat Kai, tidak bergerak sedikitpun dari tempat semula ia berdiri.
Mei memberhentikan langkah.
"Mei, ini buat kamu," Kai mengambil sesuatu dari saku celananya. Lalu, mengeluarkan jari jemari yang membentuk lambang finger heart ala Korea. Di arahkan kepada Mei.
Mei diujung sana tertawa melihatnya, balas juga memberikan finger heart ala Korea ke arah Kai.
*****
Tbc ...
Stop baper!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)
General FictionKALO LU BAPER GUA NGGAK NANGGUNG! Judul : Dear, Bapak Muka Datar Genre : romance/slice of life Status : TAMAT Meski Kai disebut siluman es batu, tapi jangan salah, hatinya Kai itu kadang sehangat kompor gas. Disuruh ngebunuh nyamuk aja nggak tegaan...