Acara ulang tahun sekolah telah selesai. Mei, Mily, dan Marcel berjalan keluar dari aula. Mereka bertiga pulang, lekas saja menghampiri mobilnya yang terparkir di luar sekolah.
Mei menatap muridnya miris. Mily terlihat berjalan lesu, tak ada secercah semangat di matanya. Padahal tadi permainan biolanya keren.
"Mily?" Mei berhenti sebentar, memanggil Mily pelan.
Mendengar panggilan itu Mily dan Marcel berhenti di tempat. Keduanya berbalik arah menatap Mei.
"Kenapa Kak?" tanya Mily.
"Maafin Kakak ya," ujar Mei merasa bersalah.
"K-kenapa minta maaf?"
"Ide Kakak buat bikin Mama kamu datang ke acara sekolah gagal. Maaf ya," ujar Mei lagi.
"Eh, kamu nggak salah kok Mei." Itu jawaban dari Marcel.
"Iya, Kakak nggak salah, yang salah itu Mama!" cemberut Mily dengan muka masamnya.
"Jangan pernah benci Mama kamu," pesan Mei.
"T-tapi kenapa Mama nggak datang ... hiks ..." Mily mulai terisak.
Ah, Mei jadi merasa bersalah. Bodohnya dirinya, kenapa harus membahas ini lagi? Padahal tadi niatnya cuma ingin minta maaf karna idenya semalam gagal. Kenapa jadi seperti ini?
"Mily?"
Bukan, itu bukan suara Mily maupun Marcel. Jika melirik ke asal suara, panggilan itu berasal dari ...
Sari, Mamanya Mily.
"Eh nak, itu Mama lho," ucap Marcel menunjuk istrinya.
Sebagai balasan, Mily segera saja mengusap air matanya. Cepat-cepat mengarahkan pandang ke arah yang ditunjukkan oleh ayahnya.
"Mily, acara sekolahnya udah selesai?" Sari tampak berjalan mendekati Mily. Sementara Mily sendiri membuang mukanya. Ia sedang marah pada ibunya.
"Mily, gimana penampilan kamu?" tanya Sari lagi.
"Maaf Mama terlambat datang," lanjut Sari dengan muka murung.
Sejenak diam, tidak ada respon dari Mily, gadis kecil itu dengan muka cemberutnya, tanpa sedikitpun mau memandang wajah Sari.
"Maafin Mama ya," ujar Sari memohon.
"Mama jahat ..." kata Mily dengan suara parau. Mata gadis itu mulai berkaca-kaca.
"Kenapa ... Ma ... mama selalu gak da ... datang?" ujar Mily tersendat-sendat.
"Maaf."
"Mama bisanya maaf terus? Bisa nggak sih, sekali aja Mama kayak Kak Mei? Selalu hibur aku tiap hari!" tekan Mily.
Tak tahan lagi, Sari segera saja memeluk anaknya. Mendekap bahu Mily erat-erat. Menangis terisak di ceruk kecil anaknya. Hingga Marcel yang melihatnya juga mengikuti gerakan Sari. Mereka berdua memeluk anak semata wayangnya dengan hangat.
"Maafin Mama sayang, Mama memang salah, Mama minta maaf," mohon Sari lagi.
"Mama nggak akan ulangi kesalahan Mama lagi!"
Mei tersenyum ke arah keluarga kecil itu. Tampaknya keluarga kecil itu sudah kembali utuh lagi.
*****
Masuk ke dalam rumah, Mei dibuat terkejut. Ya ... padahal ini hari kerja, tapi kenapa suaminya ada di rumah?
Lihat di sana, kini Kai sedang berdiri dengan muka cemberutnya. Kedua tangannya diletakkan ke dada, mulutnya mengerucut. Melihat ke arah Mei dengan tatapan tak sukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)
Fiction généraleKALO LU BAPER GUA NGGAK NANGGUNG! Judul : Dear, Bapak Muka Datar Genre : romance/slice of life Status : TAMAT Meski Kai disebut siluman es batu, tapi jangan salah, hatinya Kai itu kadang sehangat kompor gas. Disuruh ngebunuh nyamuk aja nggak tegaan...