PART 1

25.3K 1.8K 39
                                    

Ada ekspresi yang selalu tampil di wajah manis itu. Ekspresi yang hampir selalu mendominasi perasaannya. Meski terkadang perasaannya adalah kebohongan sungguhan. Ekspresi itu namanya ekspresi muka riang.

Mei, gadis riang yang sejak tadi bersemangat sekali membersihkan kantor perusahaan. Ya, Mei bekerja. Dia tidak lagi sekolah ataupun kuliah. Jangankan kuliah, dulu untuk tamat SMA saja gadis itu mati-matian mencari biaya. Jadi sekarang Mei memutuskan untuk bekerja saja. Sebagai seorang yang hidup sebatang kara dia harus kuat menjalani kerasnya kehidupan.

Mei bekerja di Sean Organizer--perusahan yang membantu merencanakan dan mengorganisir pesta pernikahan. Tidak, sebenarnya sih, pekerjaannya bukan pekerjaan penting di perusahaan itu. Ia hanya seorang cleaning servis biasa.

Pekerjaan Mei pagi ini cukup mudah, sebagai seorang newbie, Mei diperintahkan Mbak Asti--rekan kerjanya untuk membersihkan semua jendela kantor.

Dengan senang hati Mei melakukannya, ia rasa pekerjaan ini cukup mudah dan seru.

Namun, rasa seru itu mendadak luntur saat matanya mendadak melihat ...

Pria muka datar kemarin malam?

*****

Kai berjalan memasuki kantor dengan ekspresi andalannya. Ekspresi muka datar. Setiap pagi memang selalu seperti itu. Memamerkan muka datar.

Langkah Kai berhenti sejenak, saat merasakan getaran handphone di saku celananya. Kai segera mengambilnya, lalu mengentuk layarnya. Sejenak, pria itu mendengus malas. Ternyata nada panggil itu berasal dari Viona, pacarnya.

Kai malas-malasan mengangkat panggilan telfon itu. Dan saat panggilannya tersambung, Kai menyesalinya, seharusnya ia mengabaikan telfon Viona.

Mulai lagi, wanita menyebalkan yang menelfon dari seberang sana itu akan mulai mengomel lagi.

["Kai! Semalam itu kamu kemana? Kok kamu nggak datang? Tau nggak? Aku nunggu kamu lama banget di pasar malam! Kamu bilang katanya kita mau ketemuan, mau jalan-jalan di pasar malam? Kamu janji malam itu bakal datang kan? tapi kenapa kamu malah nggak datang?!"]

Siapa sih, yang sebenarnya harus marah? Hei, jangan salah! Tadi malam Kai sudah menungui Viona selama berjam-jam. Hingga pada akhirnya pulang dengan bertelanjang dada akibat insiden muntah itu. Apa sih, yang ada di pikiran Viona? Kenapa perempuan itu malah menyalahkan dirinya.

Baru saja Kai ingin membalas omelan Viona, mendadak saja panggilan telfon itu diputuskan dengan sengaja oleh penelepon di seberang.

Sialan! Perempuan menyebalkan itu bahkan tidak memberinya waktu untuk berbicara.

"Pasti lagi berantem sama pacarnya? Iya kan?"

Kai menilik sumber suara yang baru saja memasuki indra pendengarannya. Berbalik badan untuk menatap siapa orang itu. Begitu melihatnya Kai menghela napas. Hari ini begitu menyebalkan. Terlebih saat tahu jika sumber suara itu berasal dari gadis tukang muntah kemarin malam.

Benar, Kai mengingat wajah manusia yang muntah di kemejanya kemarin malam. Entahlah, Kai juga tak tau kenapa gadis itu ada di kantor perusahaannya. Sial!

Gadis itu menatap Kai dengan tatapan penuh tanya. "Eh, ini Bapak yang kemarin malam ya? Yang di dekat pasar itu malam kan?"

Baiklah, Kai akan mencoba abai. Mencoba menganggap jika tak ada manusia hidup di sekitarnya. Ia terlalu malas menanggapi ocehan gadis aneh itu.

"Eh Pak, bapak kerja di sini juga ya? Jadi cleaning servis juga ya?" tanya Mei dengan polosnya.

Kai berdecih, cleaning servis katanya? Itu sebuah candaan atau justu hinaan? Memangnya siapa gadis ini? Orang baru kah? Apa gadis itu tidak mengenal siapa dirinya yang sebenarnya?

"Sebaiknya kamu jangan ganggu saya!" ketus Kai, seperti biasa muka pria itu masih datar, tapi nada bicaranya terdengar tajam.

Mei terpelongo, tanpa menunggu izin Kai sudah duluan pergi dari hadapan Mei. Mei menautkan alis, memangnya siapa sih, dia? Kenapa sikapnya sangat tidak ramah?

"Eh, Mei udah selesai bersihin jendelanya?"

Mei menoleh ke sumber suara. Terlihat Mbak Asti tengah berjalan menghampirinya.

"Udah Mbak, udah selesai," jawab Mei yang dibalas dengan acungan jempol oleh Mbak Asti.

"Eh, Mei boleh tanya gak Mbak?"

"Kamu mau nanya apa?"

"Bapak yang ekspresi mukanya selalu datar itu siapa sih? Kok dia nggak ramah banget?" tanya Mei penasaran.

Datar? Mbak Asti segera tau dari kata kuncinya. Pasti yang dimaksud Mei adalah Kai.

"Itu namanya Pak Kai, dia manajer pemasaran. Anak CEO dari Sean Organizer. Dan dia itu calon CEO juga sih," jelas Mbak Asti runtut.

Mendengarnya, Mei langsung membelalakkan mata.

*****
Tbc ...
Bintangnya jangan lupa ngab.

Bintangnya jangan lupa ngab

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~si muka riang~

Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang