"K-kai? Kamu apa-apaan?!" Viona berteriak marah. Menatap Kai dengan kening yang mengerut.
"Jangan sok bodoh Viona! Dari awal saya tau kalo kamu itu berbohong!" balas Kai tak kalah marahnya.
Viona diam sejenak, mulai mencerna ucapan Kai. Kai tertawa kecil melihat Viona. "Ternyata dari dulu kamu nggak pernah berubah ya Viona!" cerca Kai.
Atmosfir dalam ruangan itu terasa berubah. Mei hanya bisa diam. Ia tak tau harus berbuat apa. Di sisi lain ia kasihan dengan Viona yang diperlakukan kasar oleh suaminya. Di sisi lain pula, ia cukup kaget karena Kai, tiba-tiba percaya jika Viona berbohong.
"Saya mau kamu keluar dari rumah ini sekarang!" bentak Kai, mengusir Viona.
Mata Viona terbelalak saat Kai melontarkan kalimat itu. Harga dirinya nyaris terinjak-injak. Apalagi ia diusir saat berada tepat di hadapan Mei.
"Apa maksud kamu Kai? Aku nggak ngerti?"
"Terserah, saya tidak butuh kamu mengerti, yang saya mau saat ini adalah kamu pergi dari rumah ini sekarang. Ah, dan satu lagi ... kamu saya pecat jadi sekretaris."
Viona membelalakkan matanya. Ia tak menyangka Kai bertindak sejauh ini.
"Kai! Salah aku apa? Kenapa aku diusir dan dipecat?"
"KAMU MASIH NANYA SALAH KAMU APA? APA KAMU BODOH?!" Kai berteriak kalap, membuat Viona terlonjak kaget.
Mei yang berada tak jauh dari Kai berusaha menenangkan, perempuan itu mengelus bahu Kai lembut. Berbisik menenangkan ke telinga suaminya.
Sejenak Kai menghembuskan napas, mencoba menetralkan emosinya. Setelahnya barulah pria itu kembali membuka suara. "Kamu itu munafik Viona! Kamu lihat istri saya!" Kai menunjuk Mei. "Karna istri saya, saya rela mengizinkan kamu tinggal di sini! Dia punya niat yang baik, tapi kenapa kamu membalas dia dengan niat jahat?!"
Tak ada lagi yang bisa ia harapkan sekarang. Rasanya Viona ingin menghilang saja, ia ingin pergi sejauh-jauhnya. Tapi kemana? Ia tak punya siapa-siapa lagi? Kenapa hidupnya begitu bengis? Bahkan ia tak dapat merasakan bahagianya hidup bersama satu-satunya orang yang ia sayang.
Viona mulai menundukkan wajahnya. Wanita itu menangis sesegukan. "Kenapa kamu bilang aku munafik Kai? Kenapa kamu bilang aku pembohong?" tanya Viona dengan suara terisak.
"Karna kamu ... rendahan ..." Mei cepat-cepat mencengkram lengan Kai, membuat Kai tak lagi meneruskan kalimatnya.
"Kamu tau aku bohong?" tanya Viona lagi dengan suara terisak.
"Iya, saya tau kamu bohong. Saya terpaksa membiarkan itu terjadi dan pura-pura tidak percaya dengan istri saya agar saya bisa tau kamu akan bertindak sejauh mana," jelas Kai panjang lebar.
"Ternyata dengan diamkan begitu saja kamu makin melunjak. Saya tidak tahan lagi ... dan sekarang kamu lihat sendiri akibatnya," ujar Kai membuat Mei yang berada di sebelahnya menutup mulut tak percaya akan hal yang diucapkan suaminya.
Hening sejenak.
"Aku ngelakuin itu semua karna KAMU KAI!" Viona menekan kalimat akhirnya.
"Cukup! Lebih baik kamu pergi! Jangan menampakkan muka lagi!"
Dengan segala harga diri yang ia jatuhkan, Viona segera berlutut di lantai. Ia memeluk kaki Kai. Berbisik memohon.
"Aku minta maaf Kai hiks ..."
"Mbak Viona udah, jangan sampe segitunya," ucap Mei menarik tangan Viona agar kembali berdiri. Namun, Viona segera menghempaskan tangan Mei.
Kai tak peduli lagi, pria itu berusaha melepaskan kakinya dari Viona. Namun, hasilnya nihil. Viona memeluk kakinya terlalu erat.
"Aku nggak peduli Kai! Kalo kamu nggak bisa aku milikin, maka kamu yang harus aku hancurin!"
Detik itu Viona beranjak berdiri, melepaskan pelukan di kaki Kai. Segera saja setelahnya Viona mengambil beling kaca yang tak jauh darinya.
Viona menodongkan beling kaca tersebut di arah leher Kai. Mei menutup mulutnya, ia kaget dengan kejadian tak terduga ini.
"Mbak Viona! sadar ... sadar Mbak!" peringat Mei. Namun, tak digubris oleh Viona sama sekali.
Beling kaca itu terus saja mengarah ke depan. Sontak Kai yang berada di hadapannya memundurkan langkah. "Kamu gila Viona!"
Viona sudah kehilangan akal. Ia tak peduli lagi, jika Kai tak bisa dimiliki maka ia akan menghancurkannya.
Seperkian detik kemudian, Kai dengan gerakan kilat memiting tangan Viona. Membuat beling yang dipegang oleh Viona itu terjatuh di lantai.
Gerakan Viona nyaris terkunci. Dengan sisa-sisa tenaga wanita itu berusaha melepaskan diri.
Namun, tak semudah itu. Kai telah mengunci gerakan wanita sialan itu.
Sekilas Kai melirik ke arah istrinya.
"Telfon polisi sekarang!" perintah Kai kepada istrinya.
Mei segera mengangguk. Cepat-cepat mengambil ponselnya.
*****
Minggu ini keadaan rumah memang tidak seperti biasanya. Terlalu banyak kisruh, drama, dan segala konflik rumah tangga yang harus dilewati oleh Kai dan Mei.
Sore ini, di kolam renang. Kai tengah berenang. Sementara Mei duduk di tepi kolam renang, sambil sesekali memainkan air.
Tiba-tiba Kai muncul mendekat ke arah Mei. Pria yang hanya memakai celana pendek selutut itu menarik-narik tangan istrinya.
"Sekarang kamu masih cemburu?" tanya Kai sambil menarik-narik tangan Mei.
"Ih apaan sih narik-narik! Lagian tadi kamu bilang apa? Cemburu? Hahaha sejak kapan aku cemburu? Cemburu sama siapa?" Mei justru balik bertanya.
"Ya, sama si "V" itulah!"
"V?"
"Aku males nyebut namanya!"
"Mbak Viona?" tanya Mei.
Kai balas mengangguk seperti anak kecil.
"Aku nggak cemburu, aku justru kasihan sama Mbak Viona." jawab Mei.
"Kasihan gimana? Dia itu udah jahat sama kamu! Kamu itu bisa-bisanya ya kasihan sama orang sejahat dia! Aku nggak paham sama kamu! Kamu itu terlalu baik atau terlalu bodoh sih?!" omel Kai.
"Ihh tapi kan kasian aja Mbak Viona masuk penjara."
"Biarin itu hukuman untuk dia!"
Mei mengangguk-anggukkan kepalanya. Perempuan itu mencoba untuk mencari topik pembicaraan lain.
"Eh, minggu ini kamu sibuk gak?" tanya Mei mengganti topik pembicaraan.
"Agak sibuk sih, emang kenapa?"
Mei mengeluh kecewa. "Yaahh!"
"Kenapa?"
"Nggak papa."
"Ayo bilang!"
"Kapan kita ... itu ..." Mei malu melanjutkan kalimatnya.
"Itu apa?" tanya Kai tak mengerti.
"Itu loh ..."
Kai menautkan alisnya, ia tak paham maksud istrinya. Sejenak Kai mengingat sesuatu.
"Oh bulan madu maksud kamu?"
Muka Mei seketika merah.
"Oh jadi pengen bulan madu." Kai mengangguk-angguk saat mengetahui maksud istrinya.
"Gimana kalo bulan madunya besok?" usul Kai, membuat Mei terlonjak kaget.
*****
Tbc ...
Yeheheh Viona kena ajab.
Cie yg kemaren udah se-udzon sama KaiEh gimana plotnya? Apakah sesuai dengan tebakan kalian?
Oke, maafkan kalo plotnya gaje.
Jangan lupa berkomen+vote+follow akun ini
Kalo tidak saya sedih :')
Lanjut nanti malam kalo gk keburu ngantuk hehe:v
Sekian:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)
General FictionKALO LU BAPER GUA NGGAK NANGGUNG! Judul : Dear, Bapak Muka Datar Genre : romance/slice of life Status : TAMAT Meski Kai disebut siluman es batu, tapi jangan salah, hatinya Kai itu kadang sehangat kompor gas. Disuruh ngebunuh nyamuk aja nggak tegaan...