PART 18

7.9K 668 14
                                    

Pagi kesekian di Kota Bogor, matahari bersinar hangat menyelimuti kota. Langit biru terang, dengan awan putih menggantung cerah. Sepagi ini kesibukan kota baru saja dimulai.

Ping!

Bunyi nontifikasi dari whatsapp itu membuat seorang gadis yang tengah bergumam riang di trotoar itu menjadi terhenti. Mengetuk layar ponselnya, gadis itu langsung mendengus kesal saat mendapati pesan dari 'manusia muka datar'--ya begitulah nama Kai di dalam kontak telepon Mei. Iseng saja, lagian Kai itu kan memang selalu bermuka datar.

Manusia muka datar

[Masih ingat dengan perkataan saya semalam kan?]

[Saya akan maafin kamu dengan satu syarat]

[Syaratnya adalah hari ini kamu harus jadi babu saya!]

Begitulah isi pesan chat dari Kai, Mei mengeluh. Sebegitu susahnya ya memaafkan kesalahan seseorang? Lagi pula menjadi babu? Kenapa harus menjadi babu? Mei menyumpahi Kai.

Ping!

Satu lagi nontifikasi whatsaap yang membuat Mei makin mendengus kesal.

Manusia muka datar

[Jangan ngeluh, saya tau kamu nyumpahin saya! Pokoknya hari ini kamu harus mengerjakan semua yang saya perintahkan!]

Mei melirik sekitar, kenapa Kai bisa tau?

*****
Manusia muka datar

[Segera ke ruangan saya sekarang]
[Jangan terlambat]
[Saya benci sama orang yang nggak disiplin]

Siang ini, sudah sepuluh kali Kai menyuruh-nyuruh seenaknya. ini kesebelas kalinya Mei disuruh datang ke ruangan Kai. Ya, meski Kai memanggil Mei untuk melakukan hal-hal yang sangat sepele, seperti mengikatkan tali sepatu Kai yang lepas, mengambilkan berkas yang bahkan letaknya sangat dekat dengan Kai, atau bahkan mengambilkan pena Kai yang jatuh di lantai.

Kira-kira kali ini apa lagi?

Saat masuk ke dalam ruangan kerja Kai, Mei dibuat ternganga. Kai, pria itu kini tengah berdiri di atas meja kerjanya, apa yang dilakukan pria aneh itu?

"Kenapa Pak?" tanya Mei heran.

Kai menunjuk sesuatu di lantai. "itu ..."

Melirik ke arah tunjuk Kai, Mei mendengus gemas. Itu hanya seekor laba-laba. Mungkin laba-laba itu tak sengaja jatuh dari berkas-berkas dokumen di ruangan kerja Kai yang telah berdebu. Huh, dengan laba-laba yang sekecil ini kenapa pria itu harus takut?

Mei menyeringai, mengambil laba-laba itu dari lantai lalu menyodorkannya ke arah Kai. Kai mengernyit jijik. Berusaha menjauhi laba-laba tersebut.

"Cuma laba-laba kok, Pak." ujar Mei.

"Ih buang sana jauh-jauh!" Kai mengomel saat laba-laba itu diarahkan kepadanya.

"Pak Kai pengecut! Masa iya sama laba-laba doang takut?!" ejek Mei.

"Apa kamu bilang?"

"Eh nggak kok Pak, hehe saya pamit pergi dulu ya!" kata Mei. Berusaha kabur dari ruangan kerja Kai.

Kai tersenyum tipis melihat tingkah Mei.

Baru satu langkah keluar dari ruangan kerja Kai, Mei tak sengaja berpapasan dengan Bu Sofi yang kebetulan lewat di depannya.

"Bu," sapa Mei.

Sofi menatap Mei tak bersahabat. Menyorot angkuh, lantas berujar, "jangan sok belagu deketin Kai! Kasta kamu sama dia itu beda jauh, tolong jangan keganjenan sama Kai!"

Mei mengernyitkan dahi. "Ma-maksud Bu Sofi apa ya?"

Sofi mendorong bahu Mei dengan jari telunjuknya, seakan-akan Mei itu menjijikan. "Saya kenal Kai dari kecil, saya tau jelas perempuan seperti apa yang tepat buat Kai! Jadi jangan terlalu berharap lebih."

Bertepatan setelah mengatakan kalimat itu Sofi menyeringai, lantas tak lama meninggalkan Mei yang termangu bingung.

*****

Malam, ketika Mei tengah asik-asiknya rebahan sambil menonton acara televisi kesukaannya, nontifikasi dari whatsapp itu membuat si-empu kembali mendengus kesal.

Manusia muka datar

[Ke rumah saya sekarang!]
[Penting!]
[Saya kasih kamu waktu sepuluh menit dari sekarang!]
[JANGAN NGELUH!]
[JANGAN NGEBANTAH]
[JANGAN TELAT!]

"KAI GOBLOK!" umpat Mei kesal.

Tidak bisakah pria itu membiarkan dirinya tenang? Lagi pula ini sudah malam. Bahkan sekarang sudah pukul setengah sembilan. Apa ia harus pergi malam-malam begini? Ke rumah Kai? Ah menyebalkan!

*****

Meski di tengah jalan ia terus menyumpahi Kai, Mei akhirnya tetap menuruti permintaan absurd pria itu. Gadis polos itu kini sedang memasuki rumah Kai. Sial! Rumah Kai yang terlalu mewah itu membuat Mei merasa seperti jadi pengemis yang meminta sumbangan ke rumahnya.

Mei jadi teringat ucapan Bu Sofi, "jangan sok belagu deketin Kai! Kasta kamu sama dia itu beda jauh, tolong jangan keganjenan sama Kai!" Jujur, ucapan Bu Sofi itu benar adanya. Namun, bagimanalah jika Kai yang justru memaksa menyuruhnya datang?

Ya, mau bagaimana lagi, rumah Kai yang mewah ini ukurannya bahkan sepuluh kali lebih besar dari rumah kecil miliknya. Lampu gantungnya saja mungkin harganya lebih mahal dari rumahnya, guci-guci pajangan itu mungkin harganya jutaan, atau bahkan ratusan juta.

Rumah Kai saat ini sepi. Tadi kata satpam yang berada di pintu gerbang Kai sedang berada di kolam renang. Sedang menunggui dirinya. Ah, menyebalkan! Entah apa pula hal sepele yang harus ia kerjakan kali ini.

Kolam renang yang dimaksud satpam di pintu gerbang tadi mulai terlihat, itu adalah ruangan khusus dimana siapapun yang ingin berenang bisa berenang sepuasnya. Mei melirik kolam renang itu. Sungguh sangat luas batinnya dalam hati.

Namun, perhatiannya kembali tergantikan saat manusia menyebalkan yang berenang di dalamnya itu mulai menampakkan diri, "Heh, kamu datang terlambat! Nggak disiplin banget sih?!"

Mei menutup matanya saat tak sengaja melihat tubuh Kai yang telanjang dada. Ya, pria itu hanya memakai celana pendek di atas lutut. Ah, dan ... yah ada sedikit roti bakar di perutnya.

"Jangan lebay! Sebenarnya kamu suka kan ngeliat perut sixpack saya?"

"Ih jangan kegeeran kenapa sih Pak?"

Kai hanya balas melengos.

"Udah sekarang, mending kamu bantu saya naik dari kolam!" Kai menjulurkan tangannya, mengisyaratkan agar Mei segera menyambut tangannya.

Mei ragu-ragu menyambut tangan Kai. Dapat! Kai menggengam erat tangan gadis itu. Sambil menyeringai nakal satu kakinya segera naik dari dasar kolam renang. Namun, lagi-lagi saat Kai sudah naik dari dasar kolam, iseng tangan kiri Kai yang bebas menarik pinggang Mei ke belakang.

Spontan ... bukannya keluar dari kolam renang, justru keduanya terjatuh di dalam kolam secara bersamaan. Mei yang tak bisa berenang gelagapan. Namun, itu tak berlangsung lama karna Kai segera mengendongnya di atas air.

Mei membeku. Perasaannya tercampur aduk. Dan yang lebih mengejutkan sekarang ia bahkan bisa merasakan bentuk kotak-kotak di perut Kai.

Kai tertawa gemas melihat tingkah Mei. Rencananya berhasil!

*****
Tbc ...
Menurutmu Kai itu orangnya kek mana sih?

Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang