PART 8

11.6K 1K 22
                                    

"Ada bidadari woi, gila cantik banget!"

"Neng cakep mau nggak jalan sama abang?"

Kai menatap tajam orang-orang yang menggoda Mei. Lantas merangkul pundak gadis itu agar orang-orang itu berhenti menggangu. Mei melotot melihat perbuatan Kai, sementara Kai balas menyeringai.

"Pak, saya risih pake sepatu hak kaya gini. Enakan juga pake sendal jepit," keluh Mei sedikit berbisik.

"Jangan bodoh! Mana ada orang ke restoran pake sendal jepit!"

Mei mendengus.

Mereka berdua sedang memasuki sebuah restoran elit. Sesuai rencana, Mei sudah memakai blus putih selutut pemberian Kai. Bluss putih itu sangat cocok dengan kulit pucat Milik Mei. Jangan lupakan wajahnya yang disapu makeup natural membuat orang-orang disekitar restoran itu terpesona takjub.

"Sebentar." Kai menahan langkah Mei.

Mei menatap Kai bingung. Apa lagi kali ini? Batin Mei.

Kai menelisik penampilan Mei, matanya menatap lekat manik gadis itu. Tak berselang lama tangan Kai menarik kucir rambut warna biru muda milik Mei. Membuat rambut hitam pekat itu tergerai indah.

Tersenyum, Kai menyimpan kucir rambut biru muda itu ke dalam saku celanannya. Mei tampak lebih menawan dengan rambut tergerai seperti ini. Kai kembali merangkul pundak Mei, lantas kembali berjalan seperti semestinya sepasang kekasih. Mei spechless melihatnya.

Restoran elit itu nampak mewah dengan dekorasi ala eropa di dalamnya. Lampu-lampu besar tergantung anggun di langit-langit bangunan. Tembok yang didominasi warna coklat, dengan meja bulat di sekelilingnya.

Di depan sana, di dekat auditorium berbludru merah, seorang pianis tengah memainkan lagu-lagu klasik dengan kolobrasi biola yang amat menyentuh.

Para pengunjung restoran di dalamnya menatap terpesona. Ikut terhanyut dalam bait lagu yang tengah dimainkan. Namun, rasa takjub itu perlahan hilang saat seorang gadis dengan bluss putih beserta pria tampan bertuksedo hitam datang memasuki ruangan paling elit dari restoran tersebut.

Takjub, terkesima saat melihat keduanya datang. Mei dan Kai jadi sorotan. Kai mendengus tak peduli, sementara Mei sedikit tersenyum canggung.

Hingga akhirnya rasa takjub itu hilang, saat Mei dan Kai pergi ke meja nomor 14. Meja di mana Viona dan Radit sudah menunggu mereka berdua.

"Maaf membuat kalian menunggu lama," ucap Kai.

"Nggak papa, lagian kita juga baru datang. Oh ya silahkan duduk."

Mei dan Kai duduk bersebelahan. Mei berhadapan dengan Radit sementara Kai berhadapan dengan Viona.

"Nama kamu Mei kan?" tanya Radit sesaat memandang penampilan Mei.

"Iya," jawab Mei pendek

Radit tersenyum, "kamu cantik!"

Viona yang mendengarnya langsung menyikut perut Radit.

Radit terkekeh. "Omong-omong, gimana acara persiapan pernikahan kalian?" tanyanya mengganti topik pembicaraan.

"Sangat baik, kita akan melangsungkan acara pernikahannya di Bali kan sayang?" Kai menyikut lengan Mei.

"Eh i-ya," jawab Mei sedikit gagap.

"Kalian nggak ngundang kita berdua gitu?"

Refleks Mei dan Kai saling tatap. Beruntung saat itu seorang pramusaji datang memutus percakapan mereka. Kai menghela napas lega begitu juga Mei.

"Ayo silahkan dimakan," ucap Radit pada Mei dan Kai.

Menu yang dihidangkan adalah beef steak panggang dengan lumuran saos yang baunya begitu menggugah selera. Mei menelan ludah, sebelumnya mana pernah ia makan masakan seperti ini. Bagaimana kalau ia sempat melakukan kesalahan?

Beruntung Kai di sebelahnya membantu memotongkan daging sapi panggang tersebut. Mengambil garpu dan sendok lalu menyuapi Mei dengan sabar.

Sementara di hadapan Kai, Viona menatap mengkal.

"Udah Pak, saya bisa kok makan sendiri," bisik Mei di telinga Kai.

"Oh iya, pekerjaan kalian berdua apa?" tanya Radit kembali membuka topik pembicaraan.

"Saya seorang manajer perusahaan, dan calon istri saya ..." Kai sedikit berpikir.

"Guru biola," sambung Mei berbohong.

"Ah ya, jadi calon istri saya bikin kursus biola di rumahnya."

Radit ber-oh ria mendengarnya.

Kembali melanjutkan makan, Kali ini hanya alunan piano dan gesekan biola yang bermain menghiasi ruangan tersebut. Radit makan dengan lahap, sementara Viona tidak berselera, tampak hanya mengacak-acak makanannya.

Sekejap, Mei menyenggol siku Kai. Kai menautkan alis. Ada apa?

Telunjuk Mei mengarah ke bibirnya sendiri. Sebuah tanda isyarat jika ada bekas noda saos menempel di bibir Kai.

Kai mengernyit, ia tidak bisa menangkap isyarat sederhana gadis itu.

Mei berulang kali menunjukkan jari ke bibir. Berisyarat jika ada noda saos di bibir Kai. Berpikir jika pria di sebelahnya ini terlalu tidak pintar untuk menangkap isyarat sederhana tersebut.

Masih tercenung, Kai akhirnya melirik Radit dan Viona yang juga menatapnya. Sejenak Kai menatap Mei kembali. Menatap gadis itu lamat-lamat.

Dan akhirnya, kesalahpahaman itu pun terjadi. Detik itu, dengan bodohnya Kai mencium bibir Mei. Mei sempurna membeku. Ya Tuhan! Kai salah tangkap isyarat, Mei mengisyaratkan jika ada bekas noda saos di dekat bibir Kai, bukan mengisyaratkan untuk mencium.

Sedang Kai, hal yang dipikirkan pria itu adalah, 'cium Mei, biar Viona cemburu'

Dan akhirnya begini ... bibir manis Mei untuk kedua kalinya menjadi korban.

Bagaimana ini?

*****

Tbc ...
Kai guvluk emang:v

Untung Mei sabar :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untung Mei sabar :)

Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang