Masih sama-sama diam di posisinya. Keduanya saling menatap intens. Kai dengan wajah rupawan blasteran surga, bercampur dengan alis lurus alami, bola mata hitam tajam, serta bibir ranum merah muda yang tersenyum lebar ke arah Mei.
Mei tak habis pikir, bagaimana pria itu bisa terseyum ke arahnya di situasi seperti ini. Terlebih Kai mengendongnya tanpa mau melepaskan pandang. Tatapan pria itu membuat jantungnya bagai berhenti mendadak.
Jujur, meski menyebalkan pria ini punya pesona yang mematikan. Lihatlah bibir ranum yang kini melengkung indah itu. Sangking manisnya, mungkin gula pasir kalah manis dengan senyum yang jarangggg sekali Kai perlihatkan.
"Kenapa? Kamu terpesona?"
Mendengar ucapan Kai, Mei segera tersadar. Hufttt ... Mei menarik napas, menetralkan denyut jantung.
Setelah cukup normal, gadis polos itu mulai mengomel. "BAPAK UDAH GILA YA? KENAPA BAPAK JATOHIN SAYA DI KOLAM? EMANG SALAH SAYA APA? ATAU JANGAN-JANGAN BAPAK PUNYA DENDAM KESUMAT YA SAMA SAYA?!" Mei memukul-mukul pundak Kai. Memberontak.
Meski dipukul terus-terusan, Kai tetap tak melepaskan. Jangan khawatir, pukulan Mei sama sekali tak terasa sakit bagi Kai.
"PAK LEPASIN SAYA!"
Kai masih bergeming tidak menjawab seruan gadis itu, justru makin tersenyum lebar ke arah Mei.
Mei memberontak dalam gendongan. Namun tenaga Kai yang begitu kuat membuatnya tak bisa lepas.
"PAK TURUNIN SAYA!"
Mendengar kalimat itu Kai menurunkan Mei. Sontak saja gadis itu gelagapan, kepalanya tenggelam di dalam air. Mau bagaimana lagi? Kolam itu terlalu tinggi untuk orang yang berpostur mungil seperti Mei.
Sekejap, Kai kembali menggendong Mei. Kedua tangannya dengan sigap mengangkat gadis itu ke atas air.
Terbatuk, air kolam itu sempat terminum oleh Mei. Napasnya terengah-engah, Mei tidak bisa menahan napas lebih lama di dalam air. Kai terkekeh gemas melihat Mei.
"Jangan pergi!" Itu kalimat pertama yang diucapkan Kai.
Masih dengan sedikit terbatuk. Mei menautkan alis, tak paham dengan ucapan Kai.
"Jangan pernah pergi!" Kai mendekatkan wajahnya ke arah Mei. Sontak hidung keduanya bersentuhan. Kedua bola mata hitam pekat milik Kai menatap lekat manik mata Mei.
Mei menelan ludah.
"Sayasukasamakamu!" kata Kai tanpa sedikitpun menjeda kalimatnya.
"A--apa?"
Bohong, jika Mei tidak mendengar ujaran Kai barusan. Mei tahu, tadi Kai bilang "SAYA SUKA KAMU!". Ah, tunggu. Ini pasti tidak nyata bukan? Mana mungkin Kai menyukainya.
"Pak, tadi Bapak bilang apa?" Dengan jantung yang berdetak begitu kencang itu, Mei memberanikan diri untuk bertanya.
"SAYA SUKA SAMA KAMU, MEI!" seru Kai lantang.
Apa dia tidak salah dengar? Mei menggelengkan kepalanya. Ah, ini sungguh seperti mimpi.
"Bapak bercanda kan?"
Kai terkekeh, "Nggak! Saya serius suka sama kamu!"
"Asal kamu tau, menjadikan kamu babu itu sebenarnya cuma alasan agar saya bisa lihat kamu setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik!" lanjut Kai.
"Saya suka sama tingkah kamu yang nyebelin plus sering bikin masalah!"
Mei membelalakkan mata.
"SAYA CINTA SAMA KAMU! JANGAN PERNAH MENJAUH! JANGAN PERNAH PERGI! DAN JANGAN PERNAH MENGHILANG!" Kai memeluk gadisnya itu dengan erat.
Mei menelan ludah.
*****
Pakaiannya basah kuyup, untungnya Kai berbaik hati meminjamkan pakaian. Kini tubuh pacarnya itu dibalut dengan sebuah hoodie warna merah hati, beserta celana training yang kebesaran.
Kai tertawa gemas saat melihat sang pacar, keluar dari kamarnya. Dengan pakaian super kebesaran itu Mei terlihat begitu lucu dan imut.
"Kenapa?" tanya Mei heran saat melihat Kai tertawa.
"Huahahahah ... ka ... mu ... huaahaha!" Kai tidak bisa menghentikan tawanya. Gadis itu terlihat begitu lucu di matanya.
Mei menatap masam, "udah, Pak Kai pake baju sana!" Perintah Mei. Pasalnya Kai saat ini hanya memakai celana pendek selutut. Bertelanjang dada, yang sedikit memamerkan perut kotak-kotak yang ia punya.
"Nggak mau!"
"Nanti, masuk angin lho!"
"Khawatir sama pacar kamu?"
"Ish ... apaan sih?"
Kai menarik pipi Mei, pipi gadis itu merah. Sangat lucu di matanya.
"Udah Pak Kai pake baju sana!" Mei mendorong pria itu agar masuk ke dalam kamar.
Namun, sejurus kemudian, sebuah suara dari ruang tamu membuat kedua orang itu saling tatap.
"Kai, kamu udah tidur?"
Mendengar suara itu Kai reflek membawa masuk Mei ke dalam kamar. Bagaimana ini? Apa yang harus ia katakan pada Papanya jika ia membawa seorang perempuan ke rumah?
"Kenapa Pak?" tanya Mei polos.
"Kamu harus sembunyi?"
"Hah? Sembunyi?"
"Iya, Papa bakal marah besar kalo liat saya bawa perempuan ke rumah."
Kai menatap sekeliling kamarnya mencari tempat yang bisa dijadikan tempat persembunyian.
"Di dalam lemari aja Pak," usul Mei.
"Jangan! Papa kalo masuk ke dalam kamar sering buka lemari buat pinjam jas sama dasi."
"Nah, kamu sembunyi di dalam selimut tempat tidur aja, tubuh kamu kan mungil, Papa pasti bakal ngira kalo yang ada di dalam selumut itu guling, bukan orang."
Mei menatap penuh tanda tanya.
"Kai, kamu udah tidur belum? Papa masuk ke kamar kamu ya?"
Bertepatan dengan kalimat itu di ucap, tanpa menunggu waktu Kai memasukkan Mei ke dalam selimut.
"Kai?" Erik membuka pintu, lalu masuk ke dalam kamar.
"Kenapa Pa?"
"Kamu belum tidur?"
Kai menggeleng. "Belum ngantuk."
"Tunggu, kamu kenapa nggak pake baju?" selidik Erik.
"Panas, cuacanya lagi panas."
"Bukannya ada AC?"
"Nggak baik terus-terusan tidur pake AC,"
"Yaudah tidur sana!"
"Sebentar lagi ya Pa?"
"Ini udah malam! Kamu mau ngapain lagi? Udah tidur sana!"
Bukannya Kai tidak mau tidur, tapi di dalam tempat tidurnya kan ada Mei. Kalau Kai tidur di sana otomatis kan ... ah sudahlah.
"Kai! Kamu nggak dengerin omongan Papa?"
Kai menelan ludah. Apa ia harus benar-benar tidur? Satu ranjang dengan Mei?
"Tidur!" Erik menatap Kai tajam.
Perlahan pria itu melangkah menuju tempat tidurnya. Masuk ke dalam selimut, seranjang dengan Mei ...
"Nah, tidur yang nyeyak ya! Btw Papa minjem jas sama dasi kamu lagi ya?"
"Oke Pa!" Sudah Kai duga, Papanya akan mengobrak-abrik lemari pakaiannya lagi. Huftt ... untung saja Mei urung masuk ke dalam lemari itu.
Membenamkan selimutnya di atas kepala, kini di bawah selimut itu Kai dapat melihat gadisnya yang kini meringkuk berhadapan dengannya.
*****
Tbc ...
Astaga Kai, kamu solimi sekali😖
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)
General FictionKALO LU BAPER GUA NGGAK NANGGUNG! Judul : Dear, Bapak Muka Datar Genre : romance/slice of life Status : TAMAT Meski Kai disebut siluman es batu, tapi jangan salah, hatinya Kai itu kadang sehangat kompor gas. Disuruh ngebunuh nyamuk aja nggak tegaan...