"JANGAN AMBIL MAWARNYA!"
Mei meneguk saliva susah payah, melirik horor orang yang baru saja berseru mengagetkannya.
Kai?
"K-kamu?"
Tak peduli entah bagaimana pria itu bisa ada di sini.
Dia ... Kai!
Kai melirik tajam ke arah istrinya. "PULANG SEKARANG!" bentak Kai kasar.
Mei masih diam memaku di tempatnya. Jantungnya berdegup begitu cepat begitu melihat Kai yang tiba-tiba muncul tak jauh darinya.
Tak ada respon dari Mei, dan hal itu membuat Kai berdecak sebal. Kai segera saja menghampiri istrinya. Lantas langsung menarik tangan kurus Mei agar menjauh dari Marcel.
Sekilas Marcel nampak menarik kembali mawar Merah yang sempat ia acungkan kepada Mei.
Kai sempat melirik Marcel singkat. Ah, si lancang itu nampaknya tidak juga berubah, batin Kai dalam hati.
"Berkali-kali saya bilang, jangan pernah sentuh istri saya! Jangan pernah cari perhatian, jangan pernah ambil dia dari saya!" tegas Kai kepada Marcel.
"M-maaf maaafin suami saya Pak, maaf sekali lagii!" Sementara Mei, perempuan itu mencicitkan kata "maaf" pada Marcel berkali-kali.
Tidak mau memeperpanjang perdebatan lagi, Kai segera saja menarik tangan Mei pergi dari hadapan Marcel.
"E-eh kamu? K-kita mau ke mana?"
"Pulang!"
Dengan muka cemberutnya Kai menarik tangan istrinya. Membawanya pulang.
Marcel menatap dua punggung yang mulai menghilang dari hadapannya. Lalu perhatiannya teralih pada tangkai mawar yang teronggok bisu di genggamannya.
Marcel meremas mawar itu. Melemparkannya, membuat kelopak-kelopak mawar merah itu jatuh berceceran.
"Papa?"
Menoleh ke sumber suara, di sana Marcel menemui gadis kecilnya sudah kembali dengan membawa sebuah es krim. Tampak sedikit kesusahan dengan tangan yang menggenggam sebuah buket bunga mawar biru.
"Kamu udah selesai?" tanya Marcel, sebagai balasan Mily mengangguk.
"Sekarang kita pulang yuk!" ajak Marcel.
Mily mengernyitkan dahinya, alis gadis kecil itu bertaut. "Lho Kak Mei ke mana?"
"Udah pulang duluan," jawab Marcel.
"Kok nggak bareng kita?" tanya Mily lagi.
"Udah sekarang kita pulang aja yuk, udah mau malem," rayu Marcel pada anaknya.
*****
Kai menghempaskan tangan Mei saat sampai di dalam rumah. "Sejak kapan kamu gitu? Ngapain sih ngasih perhatian lebih ke laki-laki lain?" kata Kai tajam.
"Perhatian gimana?" tanya Mei.
"Jangan sok gak tau, tadi si Marcel ngasih kamu bunga. Kenapa kamu terima?!"
Mei dibuat berdecak mendengarnya. "Itu cuman bentuk menghargai."
"Menghargai gimana?"
"Kalo bungannya gak diambil rasanya kurang sopan dan aku jadi gak enak hati," jelas Mei.
"Ohh, jadi lebih baik gak enak hati ke Marcel, ketimbang nggak enak ke suami sendiri?"
"Nggak gitu ... aduh kali ini tolong ngertiin sekali aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)
General FictionKALO LU BAPER GUA NGGAK NANGGUNG! Judul : Dear, Bapak Muka Datar Genre : romance/slice of life Status : TAMAT Meski Kai disebut siluman es batu, tapi jangan salah, hatinya Kai itu kadang sehangat kompor gas. Disuruh ngebunuh nyamuk aja nggak tegaan...