Instrument lagu 'My Heart Will Go On' mengalun indah. Alunan biola dan piano yang dimainkan Kai dan Sofi mengambang merdu. Lagu penutup yang hadiahi tepuk tangan meriah dari para tamu undangan. Lagu terakhir sebelum acara pernikahan itu benar-benar ditutup.
Mei tersenyum sendu. Dibandingkan dengan dirinya, Bu Sofi jauh lebih cantik, elegan, cerdas, dan tentunya sangat tepat jika bersanding dengan Kai.
Benar kata Bu Sofi waktu itu, 'kasta kamu sama Kai itu beda jauh. Jadi, jangan pernah berharap lebih.'
Sebelum acara itu benar-benar ditutup, Mei menjauh dari gedung. Keluar dari gedung pernikahan itu dengan mencengkram kotak biolanya erat-erat. Sebelum Kai menyadari kehadirannya, gadis dengan penampilan kacau itu sudah pergi.
Penampilannya kacau. Pelipisnya memar, rambutnya berantakan. Mei menghela napas panjang. Tanpa sadar, satu bulir air mata menetes di pipinya.
Menatap sekeliling, kaki gadis itu baru saja menjejak area parkir. Parkiran yang hanya diisi oleh kumpulan mobil mewah. Warna mobilnya bervariasi, mulai dari hitam, putih, merah. Ah sebentar! Hitam ya? Mobil hitam metalik, Mei jadi ingat mobil itu.
Dan Mei dibuat terkejut. Benar-benar terkejut, saat netranya mendadak menangkap salah satu mobil warna hitam. Mobil hitam metalik yang terparkir gagah di antara puluhan mobil tamu undangan.
Jantung Mei berdebar kencang. Tubuh gadis itu bergetar, kenapa psikopat itu ada di sini? Jelas sekali kan itu adalah mobil yang tadi menabraknya?
Namun kecemasan itu mendadak hilang saat dari arah belakang terdengar suara riuh. Acara pernikahan itu nampaknya telah selesai. Para tamu undangan nampak berjalan keluar menuju arah parkiran.
Mei mempercepat langkahnya. Kaki kecil gadis itu cepat-cepat pergi melangkah menjauhi gedung resepsi.
Mei mencengkram kotak biolanya erat. Jantungnya berdegup begitu cepat. Ia begitu takut. Hingga ketakutan itu akhirnya benar-benar datang.
Apa hendak dikata. Tanpa diundang mobil hitam metalik itu melintas di depannya. Lewat jendela mobil yang terbuka itu terlihatlah si pengemudi mobil. Dia wanita yang cantik ...
Dan dia adalah Bu Sofi!
*****
Ini kedua kalinya Mei dipanggil ke ruangan Bu Sofi. Masalah semalam? Entahlah, Mei merasa tidak perlu mengungkitnya kembali. Kai? Ah, Mei juga bingung. Hingga saat ini ia belum bisa berbicara langsung dengan pria itu. Mungkin nanti, Mei akan minta maaf langsung.
Mei masuk ke dalam ruangan Bu Sofi. Di sana sudah ada Bu Sofi dan Pak Alex yang menunggu. Mei tidak tahu, entah kenapa pula ada Pak Alex di sana.
"Duduk!" pinta Bu Sofi.
Mei menurut, segera duduk di kursi yang telah disediakan.
Alex menatap Mei iba. Mei mengerutkan dahi. Merasa bingung.
"Mei kamu dipecat," ujar Alex to the point.
"Ap-pa? Tap ... tapi kenapa?" Mei menatap penuh tanya. Gadis itu sangat terkejut begitu mendengar kabar itu.
"Kamu ingat resepsi pernikahan semalam?" tanya Sofi.
"Iya, saya ingat Bu," jawab Mei.
"Ke mana kamu semalam? Kenapa kamu tidak datang? Asal kamu tau, karna kamu semalam tidak datang, saya harus menggantikan kamu bermain biola."
Tak apa, Meski Mei tahu pelaku yang membuatnya terlambat ke acara pernikahan itu adalah Bu Sofi Sendiri. Tak apa, ia juga sudah melupakan kejadian itu. Meski ia tau benar pelakunya siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)
General FictionKALO LU BAPER GUA NGGAK NANGGUNG! Judul : Dear, Bapak Muka Datar Genre : romance/slice of life Status : TAMAT Meski Kai disebut siluman es batu, tapi jangan salah, hatinya Kai itu kadang sehangat kompor gas. Disuruh ngebunuh nyamuk aja nggak tegaan...