"Karna saya juga suka sama Mei," ujar Kai terang-terangan.
Alex tersenyum kecut. "Terus apa masalahnya? Saya juga punya hak untuk menyukai seseorang kan?"
Apa maksud semua ini? Mei tak mengerti apapun yang sedang terjadi. Berusaha menetralkan detak jantungnya, Mei mengingat kalimat yang tadi dikatakan Kai. Apa tadi yang barusan Kai katakan? Kai menyukai dirinya? Ah itu tidak mungkin kan? Mana mungkin pria seperti Kai menyukai gadis seperti dirinya.
Tak mengubris sikap Kai yang begitu percaya diri, Alex justru berseru mengatakan, "lagian saya sama Mei juga keliatan cocok kan?" Spontan Alex menggandeng lengan Mei, membuat Kai yang melihatnya jadi memanas.
"Heh, kamu jangan kurang ajar!" Kai melotot, tangannya terkepal erat saat melihat Alex menggandeng lengan Mei.
"Apa masalahnya? Saya juga berhak menyukai Me--"
BUGH!
Belum sempat Alex meneruskan kalimatnya, sebuah bogem mentah mendadak mendarat di pipinya. Alex tersungkur di tanah. Entahlah, Kai tak tau kerasukan apa dirinya, yang pasti Kai tidak suka jika 'gadis riangnya' disukai oleh orang lain, terlebih jika orang itu adalah Alex.
"Pak Alex!" seru Mei histeris. Lihatlah apa yang telah dilakukan oleh Kai, pria itu menonjok wajah Alex hingga memar. Mei mencoba berjongkok, melihat luka memar tersebut.
"Jangan sok lemah, saya tau kamu itu pura-pura," seru Kai dengan segenap rasa kesalnya.
Mendengar seruan itu Mei menatap Kai tajam. "Pak Kai!" jerit Mei membuat Kai mengalihkan perhatian.
"Tadi Pak Kai bilang apa?" tanya gadis itu.
"A-pa ..."
"Pak Kai itu nggak punya rasa bersalah banget sih! Saya memang nggak tau masalah kalian berdua apa. Tapi seenggaknya jangan pake kekerasan untuk menyelesaikan masalahnya. Bisa nggak sih, sehari aja Pak Kai itu bersikap baik ke semua orang?"
Mulut Kai ternganga, apa-apaan ini? Ia benar-benar diomeli oleh gadis riang nya?
"Masalah kamu apa? Apa masalah kamu hingga saya dilarang menyukai seseorang?" Beralih berdiri tegak, spontan Alex menarik kerah kemeja Kai. Tidak terima, Kai juga balas menarik kuat kemeja Alex. Mei berseru tertahan melihatnya. Apa lagi ini?
"Kamu jangan coba-coba cari masalah sama saya!"
Mei menghela napas. "UDAH DONG! JANGAN BAKU HANTAM DISINI! RUMAH MEI KAN BUKAN RING TINJU! MENDING PAK KAI SAMA PAK ALEX LANJUTIN GELUTNYA DI RING TINJU AJA SANA!"
Diteriaki begitu, Kai dan Alex langsung menjauhkan diri masing-masing. Bagai dua bocah nakal yang habis dimarahi ibunya, kedua pria tampan itu tertunduk menatap tanah.
Mei menatap dua pria itu datar. "Dahlah, karna nggak ada hal penting yang harus dibicarakan, mending Mei masuk rumah. Istirahat biar besok bisa lanjut kerja. Oke, Bapak-bapak Mei pamit masuk rumah ya?"
Namun, saat itu pula Kai dan Alex--kedua pria itu menahan lengan Mei bersamaan. Mei mendengus, kali ini apa lagi masalahnya?
"Apa?" tanya Mei sebal.
*****
Pertanyaan Mei akhirnya terjawab, saat kedua pria itu membawanya ke sebuah taman wisata terbesar di Bogor. Ya, Kebun Raya Bogor.
Aneh sebenarnya, saat Mei yang kini tengah demam di bawa ke tempat ini. Ini ide Kai, pria itu ngotot mengatakan jika berdiam di rumah dengan beristirahat saja tidak akan membuat sehat. Ya sudahlah, Mei mengalah, katakanlah meski badannya sedikit panas, Mei tetap bisa menghirup udara segar di sini.
"Heh, kita itu harusnya nggak bawa Mei ke sini!" seru Alex yang berdiri di sebelah kiri Mei.
"Diam! Kamu manusia perusak suasana sebaiknya nggak usah banyak bicara," balas Kai yang berdiri di sebelah kanan Mei.
"Apa kamu bilang perusak suasana? Jaga mulut kamu! Bukannya kamu yang selalu merusak momen saya sama Mei."
"Mungkin itu takdir, alam semesta tidak mengizinkan kalian berdua untuk lebih dekat."
"Diam! Jangan bikin saya emosi!" Alex mengepalkan tinju.
"Sayangnya saya sangat ingin membuat kamu emosi!" balas Kai yang semakin membuat Alex emosi.
Yang bisa dilakukan Mei hanyalah menutup telinga. Lihatlah, kedua pria itu sibuk berdebat tanpa memperdulikan tatapan aneh dari para pengunjung Kebun Raya yang berlalu lalang.
Mei mendengus. "Udah dong! Jangan pada ribut di sini kenapa sih? Nggak malu apa diliatin orang?"
"Dari pada ribut mending kita liat Istana Bogor," ajak Mei.
Kedua pria itu mengikuti langkah Mei, meski keduanya saling sikut-menyikut, saling berseru kesal, Ya, meski begitu Alex dan Kai tetap menurut pada Mei.
Hatsyi!
Sampai di depan pekarangan Istana Bogor, entah dapat dorongan dari mana, Mei mendadak bersin tepat di hadapan wajah Kai. Kai berusaha sabar, berusaha menahan rasa kesalnya. Ya, meski Alex diam-diam menertawakannya.
"Maaf Pak, Mei nggak sengaja," kata gadis itu dengan polosnya.
Kai tak membalas, pria itu justru menatap Mei tajam. Jari telunjuk Kai menunjuk hidung Mei, membuat Mei perlahan menjauhkan diri.
Jantung Mei berdetak lebih kencang. Apa Kai akan marah? Sial! Ia jadi takut.
Kai menyeringai "Kamu nggak sop--"
Belum sempat kalimat Kai terucap sempurna, Mei dengan kepolosannya sudah berlari meninggalkan Kai dan Alex. Jujur Mei takut dengan kemarahan Kai.
"Heh, kamu jangan lari! Kamu nggak sopan ya!" seru Kai.
"Sumpah Pak! Mei nggak sengaja sumpah!" ujar gadis itu sembari berlari-lari di atas rerumputan hijau yang terpangkas rapi.
"Berhenti saya bilang!" Kai mengejar Mei.
"Pak maafin Mei, Mei nggak sengaja!" cicit gadis itu, namun tampak imut di mata Kai.
Napas Kai tersengal. "Stop! Kamu jangan lari bisa nggak sih!"
Bertepatan dengan seruan itu Mei berhenti, segera membalik badan. Lantas gadis itu terlonjak kaget saat melihat Kai berlari cepat ke arahnya.
Hingga ...
Kai yang berlari cepat itu menabrak Mei. Sontak Mei terjatuh di rerumputan, dan sialnya ... jatuhnya Mei itu membuat Kai ikut jatuh. Hingga pada akhirnya peristiwa serupa saat di koridor kantor itu kembali terulang. Ehm ... Ya kali ini Kai yang menindih tubuh Mei.
Mei dan Kai membeku, kedua netra itu bertemu. Dan dengan jarak wajah yang sangat dekat itu membuat hidung keduanya bersentuhan. Hingga tak lama ...
Hatsyi!
Menyakitkan! Muka Kai kembali kena sasaran bersin.
*****
Tbc ...
Apa tanggapan kalian mengenai cerita ini?Jangan lupa pencet bintang ya ngab:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)
General FictionKALO LU BAPER GUA NGGAK NANGGUNG! Judul : Dear, Bapak Muka Datar Genre : romance/slice of life Status : TAMAT Meski Kai disebut siluman es batu, tapi jangan salah, hatinya Kai itu kadang sehangat kompor gas. Disuruh ngebunuh nyamuk aja nggak tegaan...