"Kak Mei, besok datang ke sekolah ya? Aku pengen Kakak liat penampilan aku," kata Mily saat jadwal latihan biola baru saja usai.
"Wahh Kakak di undang nih? Serius?"
"Iya, Kakak harus dateng ke sekolah liat penampilan aku," ucap Mily.
Mei menganggukkan kepalanya. "Oke."
"Eh iya, besok Mama kamu jadi datang ke acara sekolah nggak?" tanya Mei.
"Ya jadi lah, semalam ide Kakak itu sukses besar. Mama sama Papa juga kayaknya jadi baikan," balas Mily dengan wajah riangnya.
Mata Mei berbinar. "Wahh bagus dong, Kakak jadi ikut seneng."
"Makasih ya Kak," kata Mily malu-malu.
"Buat apa?"
"Makasih udah bikin Mama mau datang ke sekolah," ujar gadis kecil itu.
Mei balas tersenyum, sambil mengelus puncak kepala Mily. "Iya sama-sama."
Sejenak, Mei melirik arloji di tangannya. Nampaknya waktu mengajar biolanya sudah habis. Ia harus segera pulang sekarang.
"Ya udah Kakak pulang dulu ya, sampai jumpa besok!" pamit Mei saat menyadari waktu mengajar biolanya sudah habis.
"Oke Kak! Besok jangan lupa datang ya?!" ujar Mily mengingatkan.
"Siap!"
Mei dengan segera keluar dari ruangan itu. Berjalan menyusuri rumah anak muridnya yang kelewat besar ini.
Hingga di pintu keluar, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Marcel yang tengah duduk santai di depan pintu rumahnya.
Marcel sekilas melirik Mei. "Mei?" panggil Marcel pelan.
"Eh, iya kenapa Pak?" Merasa terpanggil Mei segera saja melirik ke sumber suara.
"Maaf ya ..." kata Marcel. Namun, tak lagi meneruskan kalimatnya.
Alis Mei mengernyit tak paham. "Maksudnya?"
"Maaf karna semalam," ujar Marcel.
Semalam ya? Ah sebenarnya Mei sudah melupakan kejadian itu.
"Harusnya saya yang minta maaf ke Bapak. Maafin suami saya ya Pak? akhir-akhir ini dia emang selalu emosional," ujar Mei memohon maaf.
"Nggak ... saya juga salah. Maafkan kesalahan saya."
"Iya, saya udah maafin kok Pak."
Marcel tersenyum tipis mendengarnya. "Kamu mau saya anter?"
"Eh nggak usah Pak." Mei jelas-jelas menolak tawaran itu. Ia tidak mau melihat Kai cemburu lagi.
"Anggap aja ini sebagai perminta maaf-an saya." Marcel nampak belum menyerah dengan tawarannya itu.
"Maaf Pak ... tapi saya nggak bisa," tolak Mei.
"K-kenapa?"
"Suami saya melarang," jawab Mei.
Marcel diam beberapa saat setelah mendengar jawaban dari Mei.
"Kalo begitu saya pamit dulu Pak," ujar Mei mulai pergi dari hadapan Marcel. Tak mau membuang waktunya lagi.
*****
Mei pulang sebelum Kai pulang. Malam ini perempuan itu ingin memberikan hadiah kepada suaminya yang ulang tahun. Ya sederhana saja, ia membuat makan malam romantis di rumah.
Semua sudah hampir siap. Makanan dan meja sudah ditata sejak tadi. Tinggal menunggu kedatangan Kai.
Mei melirik arloji yang melingkar di tangannya. Sudah lewat tiga puluh menit, seharusnya Kai sudah pulang sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)
General FictionKALO LU BAPER GUA NGGAK NANGGUNG! Judul : Dear, Bapak Muka Datar Genre : romance/slice of life Status : TAMAT Meski Kai disebut siluman es batu, tapi jangan salah, hatinya Kai itu kadang sehangat kompor gas. Disuruh ngebunuh nyamuk aja nggak tegaan...