Tak ada yang mengalahkan simfoni hujan. Rintiknya jatuh membasahi tanah. Anginnya berderu menerpa wajah. Gemericik airnya membuat sekelilingnya basah. Hujan bagai nyanyian alam versi paling merdunya.
Hujan masih turun. Namun, dalam porsi tidak terlalu deras. Lihat disana, genangan air hujan memantulkan warna-warni lampu penerang yang dipasang di pinggir jalan.
Ah, dan di sana, di dekat trotoar itu, sepasang manusia tengah berlarian. Tanpa takut menyibak genangan air hujan, masing-masing saling mencipratkan guyuran hujan yang tentu saja membuat keduanya basah.
"Udah ah, jangan terlalu lama main hujannya! Nanti kalo sakit gimana?" omel Kai saat mengetahui istrinya tak mau berhenti main hujan.
Mei tak mendengarkan ucapan Kai. Perempuan dengan tingkah kekanakannya itu masih berlarian di trotoar sambil menengadahkan wajahnya ke atas. Merasakan satu persatu rintik air hujan yang membasahi wajahnya.
Hap!
Dari arah belakang, Mei merasakan seseorang tiba-tiba saja menangkap pinggangnya.
"Udah jangan main hujan lagi!" bisik Kai pelan di telinga Mei. Kedua tangannya masih melingkar erat di pinggang istrinya.
"Eh ... jangan, aku masih mau main hujan," rengek Mei tak mau menurut.
Kai mendengus mendengarnya. Dengan posisi tangan yang masih melingkar di pinggang istrinya itu, Kai berjalan maju. Menuntun istrinya agar segera berteduh di salah satu halte terdekat.
Sampai di halte, Kai duduk di salah satu bangku. Tanpa sedikitpun melepaskan pelukan di pinggang istrinya. Ya, Kai membiarkan istrinya agar duduk di atas pangkuannya.
Mei duduk canggung di pangkuan Kai. Perempuan itu baru teringat akan sesuatu. "Eh, tadi kamu kok bisa ada di sini?"
"Jaga-jaga aja, siapa tau kamu naik taksi yang sopirnya cowok lagi," jawab Kai.
"Jadi, kamu ngikutin aku?" tanya Mei lagi.
"Iya." Kai menjawab pendek, pria itu lalu meletakkan dagunya di atas pundak Mei.
"Ihhh, sejak kapan kamu ngikutin aku?!"
Kai mengeratkan pelukannya. "Aku cuma mau jaga-jaga aja," balas Kai santai.
Mei mendengus mendengarnya. Sekilas perempuan itu mengingat akan kejadian tadi pagi.
"Kamu percaya sama aku kan?" pertanyaan itu tiba-tiba keluar begitu saja dari mulut Mei.
"Maksud kamu?" tanya Kai tak mengerti.
"Tentang Mbak Viona," jelas Mei membuat Kai langsung berdecak.
"Jangan bahas itu sekarang," tukas Kai tak suka.
Hening sejenak. Sementara hujan kelihatannya mulai reda. Meninggalkan rintik-rintik yang membuat tempias di sekitar halte. Kai masih mengeratkan pelukan di pinggang istrinya.
"Apapun itu, aku tau kamu nggak salah," ucap Kai lalu setelah beberapa detik kemudian segera mengecup leher istrinya.
*****
"Mbak Viona mau makan dulu?" tanya Mei. Perempuan itu membawakan nampan berisikan sepiring nasi goreng dan segelas susu hangat ke sofa panjang, tempat di mana Viona tengah bersantai.
Viona yang tengah selonjoran kaki itu, sejenak melirik ke si empu yang bersuara. Wanita itu lantas menyeringai ke arah Mei.
"Dimakan dulu ya Mbak," pinta Mei setelah menaruh sepiring nasi goreng dan segelas susu hangat di meja yang berhadapan dengan kursi panjang Viona.
Tak ada respon dari Viona. Mei menghela napasnya, ia segera saja meninggalkan Viona. Kembali ke dapur.
Seperkian detik kemudian, Viona mulai melirik ke arah meja. Perempuan itu mendengus melihatnya, lalu dengan sengaja segera melemparkan piring dan gelas itu ke lantai.
PRANG!
Mei sontak terkejut, ia yang tadinya ingin kembali ke dapur jadi memberhentikan langkah, lalu mendatangi sumber suara.
Benar saja, suara tadi itu berasal dari Viona. Entah punya masalah apa, wanita itu tampak melipat tangannya ke dada. Tak jauh dari Viona bekas beling pecahan piring dan gelas itu berserakan memenuhi lantai.
Lantai itu jadi kotor, nasi goreng, susu, dan beling bercampur jadi satu. Mei membelalakan mata melihatnya.
"Mbak Viona? Kenapa makanannya dilempar?" tanya Mei.
"Aku nggak mau makan makanan yang dibuat sama kamu," ucap Viona tanpa rasa bersalah sedikit pun.
"Eh, ini kenapa?"
Suara piring pecah itu terdengar oleh Kai, membuat Kai yang tadinya tengah menikmati secangkir teh itu mendadak mencari asal suara.
"Eh itu kenapa?" Lewat tangan kanan yang masih mengegenggam secangkir teh itu Kai menunjuk piring pecah yang tak jauh dari Viona.
"M-mei!" Viona justru meninjuk ke arah Mei, menyiratkan pada Kai jika pelaku yang menjatuhkan piring itu adalah Mei.
"Apa maksud kamu Viona?" tanya Kai tak paham.
"Dia." Viona menunjuk ke arah Mei. "Dia yang ngelempar piring sama gelasnya ke arah aku," ungkap Viona.
Sontak saja Mei menggeleng. "N-nggak bukan aku."
Kai menatap Mei serius. "Kamu yang melempar?"
"Bu-bukan aku," jujur Mei. Namun, masih ditatap dengan tatapan tak percaya oleh Kai.
"Kenapa kamu lempar itu ke Viona?" tanya Kai lagi.
"Alasannya pasti sama kaya semalam Kai, dia nggak akan ngaku kalo dia pelakunya," kata Viona memanas-manasi.
"Aku nggak ngelempar piringnya!" tegas Mei sekali lagi.
"Bohong, dia pasti cemburu karna kemarin disalahin," seru Viona membuat Mei spontan mengelus dadanya.
Kai melirik Mei. "Jadi karna itu?" tanya Kai kepada Mei.
"Nggak!" Mei mengeleng cepat-cepat.
"Jujur, kamu itu cemburu kan?" tanya Viona pada Mei.
Mei tetap kukuh menggeleng. Ia tidak pernah melakukannya.
Kai menyesap teh di tangannya. Sejenak, pria itu memandangi Viona. "Maaf, jika istri saya membuat kamu nggak nyaman Viona," ucap Kai.
Viona menatap Kai tak percaya.
"Maaf mungkin istri saya terlalu cemburuan," ucap Kai lagi.
Mei meneguk saliva susah payah. Ia menatap ke arah suaminya. Apa kali ini ia yang akan disalahkan lagi? Ia tak mengerti. Kenapa akhir-akhir ini selalu begini?
Sekejap Viona Menatap Kai. "Jadi, sekarang kamu percaya sama aku?" tanya wanita itu.
Sebagai balasan, Kai mendekat ke arah Viona. Sambil membawa secangkir tehnya Kai tersenyum.
Lalu tanpa aba-aba lagi ...
BYUR!
Kai melemparkan secangkir teh panasnya tepat ke wajah Viona.
Sontak saja Mei yang melihatnya berseru tertahan, sementara Viona, wanita itu tampak menjerit saat air teh panas yang dilempar Kai mengenai wajahnya.
"Meski istri saya cemburuan, tapi setidaknya dia nggak munafik kaya kamu Viona," ketus Kai dengan wajah tak bersahabat.
*****
Dahlah:v
Koreksi kalo ada typo
Maafin kalo ceritanya bertele-tele :')Tbc ...
Komen yang banyak ya ngab, biar gw gercep update.
Jangan lupa follow akun wattpad gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)
Fiksi UmumKALO LU BAPER GUA NGGAK NANGGUNG! Judul : Dear, Bapak Muka Datar Genre : romance/slice of life Status : TAMAT Meski Kai disebut siluman es batu, tapi jangan salah, hatinya Kai itu kadang sehangat kompor gas. Disuruh ngebunuh nyamuk aja nggak tegaan...