Sebenarnya pagi itu Mei sudah bersiap-siap. Gaun putih selutut yang tadi malam ia siapkan sudah terpasang sempurna di tubuhnya. Biola kesayangannya sudah ia bawa dalam sebuah kotak kayu peninggalan kedua orang tuanya.
Hanya saja, saat Mei menunggu sebuah taksi, sebuah mobil sedan hitam metalik mendadak muncul melintas di depan Mei. Lupa, jika di depannya ada genangan air kotor sisa hujan tadi malam.
Sontak saja, sedan hitam itu menyipratkan air kotor ke arah gaun putih Mei. Mei tak sempat menghindar, gaunnya jadi kotor. Mei merutuk dalam hati, melirik sedan hitam yang barusam lewat. Tapi hei! Itu adalah mobil yang sama saat ia terkena guyuran kubangan jalan berlubang ketika ingin pergi ke kantor.
Kira-kira siapa pemilik mobil itu? Ah, tapi yang lebih penting bagaimana dengan urusan gaun ini?
Bagaimana ini?
Gaunnya kotor, mana mungkin ia bisa datang ke acara pernikahan itu dengan penampilan seperti ini.
Mungkin bisa dicuci di laundry, Mei tak kehabisan akal. Gadis itu melirik sekitar, mencari laundry terdekat, agar gaunnya bisa kembali bersih.
Berjalan dengan semangat. Hingga gadis itu sama sekali tidak menyadari jika sedan hitam metalik itu menguntit Mei dari arah belakang.
*****
Untungnya gaun putih selutut itu bisa dibereskan secara cepat oleh pemilik laundry. Setelah membayar, Mei mengucapkan terima kasih kepada wanita tua pemilik laundry tersebut. Bergegas pergi, ke lokasi resepsi pernikahan.
Waktunya sangat sempit. Mei melirik jalanan sekitar, menyetop salah satu taksi yang kebetulan lewat.
Tidak ada waktu, Mei terpaksa memaksa sopir taksi itu agar ngebut.
"Pak ngebut dong Pak!" seru Mei di kursi penumpang.
"Ini udah ngebut neng," balas sopir taksi.
"Lebih cepet Pak."
Beruntung saat itu jalanan kota sedang sepi. Namun, meski begitu lagi-lagi nampaknya takdir tidak berpihak kepada Mei hari itu.
Lihat ke belakang, mobil hitam metalik itu mengikuti taksi yang ditumpangi Mei. Jalan memang sepi kala itu. Hingga ...
Brakkk!
Mobil hitam metalik itu menabrak bagian belakang taksi yang ditumpangi Mei. Refleks saja Mei dan sopir taksi itu terkejut. Segera melirik ke belakang, Mei sungguh terlonjak saat mendapati mobil hitam metalik itu mengikutinya.
"Pak buruan Pak, kita harus cepet!" ujar Mei, suara gadis itu kedengaran bergetar. Ia takut.
Bukannya menuruti perintah Mei, sopir taksi itu malah memberhentikan mobilnya. Tidak terima dengan perlakuan pengemudi mobil yang menabrak sembarangan di belakangnya.
"Pak, jangan turun Pak!" peringat Mei.
Sopir taksi itu tak menurut, justru membuka jendela mobilnya lebar-lebar.
"Heh, siapa dibelakang? Jangan seenaknya nabrak mobil saya!" seru sopir taksi itu galak.
Sebagai balasan, mobil hitam metalik itu justru menabrak bagian belakang mobil taksi dua kali lebih kuat.
BRAKK!
Dahi Mei membentur kursi kemudi. Perasaannya berkecamuk, antara rasa takut dan cemas. Gadis itu menatap sopir taksi penuh permohonan. "Pergi Pak ... kita harus cepat pergi!"
Sekilas sopir taksi itu menatap Mei, Mei mengangguk menyakinkan sang sopir.
Mobil kembali berderu, berjalan meninggalkan mobil hitam metalik itu. Tidak! Tidak sampai disitu masalahnya selesai. Kali ini entah punya niat apa mobil hitam metalik itu berlalu memotong jalan taksi yang ditumpangi Mei.
Mei menelan ludah, mencengkram kotak biolanya dengan erat. Bapak sopir menatap cemas. Lagian sepagi ini? Di jalan sepi begini? Siapa sih yang punya niat mencelekai orang? Psikopat kah? Kepala Mei berkecamuk oleh ribuan pertanyaan.
Hingga tanpa sadar sedan hitam di depannya berbalik arah. Refleks sopir taksi yang ditumpangi Mei mengerem mendadak. Tapi sebelum itu terjadi, dengan cepatnya sedan metalik itu menabrak taksi yang ditumpangi Mei dengan sengaja.
Entah berapa puluh kali mobil hitam metalik itu menabrak taksi yang ditumpangi Mei. Tubuh Mei bergetar, pelipisnya berkali-kali membentur kursi kemudi.
Brakk!
Brakk!
Brakk!
Hingga tanpa sadar pelipis Mei berdarah, matanya berkunang-kunang. Lalu semuanya gelap.
*****
Suara sirine mobil ambulans berdenging memenuhi jalanan kota. Entah berapa lama gadis itu pingsan. Hingga akhirnya tersadar ketika seseorang petugas ambulans mengangkatnya.Mei siuman. Matanya mengerjap pelan. Gadis itu mulai mengingat kejadian barusan.
"Resepsi pernikahan!" Mei ingat, gadis itu bangkit berdiri. Segera keluar dari mobil ambulans tersebut.
Di luar, beberapa orang ramai berkumpul. Sopir taksi yang tadi ia tumpangi sudah sadar duluan, kini tampak ditanya-tanya oleh petugas polisi. Beberapa pengemudi motor baik mobil sengaja berhenti. Kepo dengan keramaian di sekitarnya.
"Eh kamu mau ke mana? Bukannya kamu terluka? Itu pelipis kamu berdarah!" cegah salah seorang pria, dari seragam yang dikenakan, mungkin saja pria itu adalah petugas ambulans.
Sekilas Mei melirik. "Maaf mas, saya harus pergi sekarang!"
"Tapi kamu terluka?"
Mei tidak lagi mendengarkan. Sejurus kemudian gadis itu menyetop salah satu motor di dekatnya. Berlalu pergi meninggalkan kekacauan itu.
*****
Tak butuh waktu lama untuk sampai di lokasi pernikahan. Karna kali ini mobil hitam metalik itu tidak lagi mengikuti. Entah kemana, tidak penting, yang penting sekarang adalah acara pernikahan itu.Memasuki gedung, seketika Mei menatap lemas. Tidak, acara pernikahan itu berjalan mulus. Tapi ...
Bu Sofi yang bermain biola, berkolaborasi dengan Kai.
Kini tinggalah Mei yang menatap bisu.
*****
Tbc ...
Siapa orang yang ada di mobil hitam metalik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Bapak Muka Datar (COMPLETE)
General FictionKALO LU BAPER GUA NGGAK NANGGUNG! Judul : Dear, Bapak Muka Datar Genre : romance/slice of life Status : TAMAT Meski Kai disebut siluman es batu, tapi jangan salah, hatinya Kai itu kadang sehangat kompor gas. Disuruh ngebunuh nyamuk aja nggak tegaan...