58 | Mysterious

180 19 4
                                    

Keesokan harinya, Nual terbangun dengan badan kurang fit. Mungkin karena semalam dia keceh di pantai. Seharusnya memang Nual tak usah mengajak Zella ke pantai. Tapi, entah mengapa hal itu yang terlintas di benaknya.

Cowok itu keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan telanjang dada. Berhubung badannya sedang nggak enak, Nual tadi shower-an pakai air hangat.

Nual membuka lemari pakaian dan mengambil asal kaos rumahan miliknya. Ia segera mengenakannya dan merapikan rambutnya yang masih acak adul.

Keluar dari kamar, Nual pergi menuju dapur. Cowok itu menuangkan air mineral ke gelas dan meneguknya secara singkat.

Tok.. Tok.. Tok..

Pandangan Nual terarah ke pintu utama rumahnya. Cowok itu diam sejenak sebelum akhirnya membuka pintu dan mendapati Adlyn berdiri di depan rumahnya dengan sebuah paper bag di tangan.

"Hai!" sapa Adlyn. Nual mengernyit tajam. Dia kaget melihat Adlyn berdiri di depan rumahnya.

"Boleh aku masuk? Aku ada sandwich sama salad. Nih!" Adlyn mengangkat paper bag itu agar setara dengan wajahnya.

Nual terdiam. Ia memandang Adlyn dengan berbagai tuduhan di kepala.

"Lan? Helloooo.... " Adlyn melambaikan tangannya di depan wajah Nual. Namun cowok itu tak memberi respon. Gemas, Adlyn menerobos masuk dan dia berhasil masuk ke dalam rumah Nual.

Nual kaget. Ia segera menutup pintu dan menyusul Adlyn yang sudah tiba di ruang makan dan mengeluarkan isi paper bag bawaannya. Nual bengong. Jujur dia bingung mengapa Adlyn tiba-tiba datang ke rumahnya dan melakukan rutinitas yang biasa mereka lakukan dulu.

"Lan? Ngapain masih di situ? Sini, dong. Ayo kita sarapan bareng." Adlyn menangkap basah Nual sedang memperhatikannya.

"Apa perlu aku jemput kamu di situ? Manja banget, sih, Lan," goda Adlyn. Tapi Nual tak memberikan tanggapan.

Lantas Adlyn berhenti dari aktivitasnya dan menatap geli ke arah Nual. "Lan, yang namanya berkat itu diterima dan disyukuri. Bukan malah dipelototin kaya gitu."

"Gue cuma ga mau ada yang salah paham." ujar Nual. Akhirnya dia buka suara.

"Ya nggaklah! Kita 'kan cuma temen. Siapa coba yang bakal salah paham?"

Sebenarnya, Adlyn tahu siapa yang dimaksud Nual. Dia hanya ingin membuat Nual kesal.

"Kita sarapan dulu, yuk. Aku laper banget. Tadi malem aku ke minimarket depan apartemen buat beli bahan sandwich sama salad. Terus tadi bangun subuh buat nyiapin semuanya."

Nual memilih pasrah. Dia pun menghampiri meja makan dan duduk di salah satu kursi. Kini keduanya duduk berhadapan dan sarapan.

"Lan," panggil Adlyn sambil mengamati wajah Nual.

"Hm?" Nual berdeham karena sedang asyik mengunyah.

"Enak nggak sandwich buatan aku?" Adlyn bertanya dengan nada ragu. "Soalnya aku buru-buru tadi. Aku takut ntar kamu ada acara terus nggak sempat ketemu, deh."

Nual nampak diam sebentar. Kemudian menjawab, "Masakan lo ga pernah ga enak."

"Kalo itu aku udah tau, kali. Maksud aku yang sandwich ini,"

"Iya. Enak," balas Nual.

Adlyn pun mengulum senyum, "Beneran?"

"Hm," Nual hanya berdeham. Mungkin dia kesal karena Adlyn kebanyakan nanya.

"Wah, puji Tuhan, deh!" Gadis itu mengulum senyum senang, "By the way, kamu udah tau kalo besok Rabu ada Frances' Fest?" tanya Adlyn.

Nual mengangguk, "Acara tiap tahun 'kan?"

"Tapi ada yang beda tahun ini," kata Adlyn, "Acaranya nggak digelar pagi. Tapi mulai maghrib sampai jam 9 malam."

"Oooh," tanggap Nual.

"Kebetulan aku dipilih untuk jadi seksi acara. Nah, aku punya ide untuk ubah jam acaranya. Kalo biasanya pagi, aku ganti malam. Menurut kamu, seru nggak?"

"Seru-seru aja. Asal acaranya ga ngebosenin," jawab Nual.

"Oke, deh. Doain aku, ya, supaya lancar nyusun acaranya. Perdana soalnya, dan juga yang terakhir karena bentar lagi aku lulus." ungkap Adlyn.

Lulus. Kata itu menggema di telinga Nual. Astaga, waktu begitu cepat berlalu.

Nual membasuh bibirnya menggunakan tisu. Cowok itu sudah menyantap habis satu tangkap sandwich buatan Adlyn. Kini Nual beranjak minum. Ia meneguk habis air mineral yang ada di dalam gelasnya.

Baru saja ingin meletakkan gelas di atas meja, tiba-tiba terdengar suara dari luar rumah. Suaranya seperti sebuah benda yang dilempar dan mengenai pintu utama rumah Nual. Nual dan Adlyn spontan menoleh ke sumber suara.

"Suara apa itu, Lan?" tanya Adlyn sesaat kemudian.

Nual terlihat berpikir, "Ga tau. Coba gue cek."

Nual lantas berdiri dan menghampiri pintu. Adlyn yang awalnya duduk juga ikut berdiri dan mengikuti Nual karena penasaran.

Begitu pintu dibuka, Nual tak menemukan apapun selain teras rumahnya yang kosong. Namun, saat ia menunduk ke bawah, Nual melihat ada batu kecil yang sepertinya dilemparkan ke pintu rumahnya.

"Siapa, Lan?" tanya Adlyn. Posisi cewek itu ada di belakang punggung tegap Nual.

Nual menggeleng pelan. Dia sendiri tidak tahu. Apa mungkin anak-anak?

Akan tetapi, sepersekian detik setelahnya, terdengar suara deruman gas mobil. Keduanya sontak mengangkat dagu dan melihat ada sebuah mobil jeep melaju menjauhi rumah Nual.

Mobil jeep... batu... Nual langsung paham sesuatu. Tak pakai lama, Nual berbalik dan menyuruh Adlyn masuk ke dalam dengan gerakan cepat.

"Lo nanti balik sama gue," ucap Nual setelah pintu tertutup.

Adlyn menganga, "Apa?"

"Gapapa. Pokoknya nanti gue anterin," Nual berjalan meninggalkan Adlyn.

"Kok tiba-tiba?" Adlyn mengekori Nual.

"Ya emang ga boleh? Kalo ada berkat itu diterima dan disyukuri, bukan malah banyak nanya."

Skakmat. Senjata makan tuan.

"Terserah kamu, lah," Adlyn memilih pasrah, "Ya udah kalo gitu nanti mampir sebentar ke toko buku. Sekalian mau beli novel terbaru karangan Kak Jesselyn."

"Hm,"

Asal Adlyn tahu, meski kini statusnya dengan Nual hanya sebatas teman, Nual tetap tidak mau sesuatu yang buruk terjadi kepada Adlyn.

•••✨•••

Bab 58! Maaf kalau singkat, yah. Next? Doain biar cepet update!!💓🤗

SATURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang