Nual sekarang tahu harus ke mana. Tentu saja ke apartemen Adlyn. Gadis itu telah membuat situasi menjadi runyam. Bahkan, bisa-bisanya dia menuduh Zella sebagai orang ketiga. Jelas saja itu tidak benar.
Begitu Nual tiba di depan pintu apartemen Adlyn, ia langsung mengetuknya tak sabaran. Ia sengaja tak mengabari Adlyn lebih dulu. Karena Nual tidak mau Adlyn punya kesempatan untuk menyiapkan jawaban.
Beberapa detik kemudian, pintu pun terbuka. Sosok Adlyn muncul dari dalam sana dengan tampang kesal. Namun, setelah ia melihat bahwa yang berdiri di hadapannya adalah Nual, ekspresinya berubah senang.
"Nual? Kamu dateng?" Adlyn antusias. "Kok nggak ngabarin aku dulu? Oh, kamu mau ngasih aku kejutan, ya?"
Wajah gadis itu menyunggingkan senyum paling ramah. Tapi, entah mengapa Nual tak terpikat saat melihatnya.
"Ga usah kepedean. Tujuan gue dateng ke sini cuma mau ngomongin sesuatu yang bikin gue ga habis pikir sama lo."
Mendengar nada bicara Nual yang tak ramah dan perubahan kata aku-kamu menjadi gue-lo, Adlyn tercenung sesaat. "Kok gue lo? Panggilan itu udah lama gak aku denger."
"Ya kalo gitu mulai sekarang lo akan denger terus." ceplos Nual.
"Ha? Maksud kamu?" heran Adlyn.
Nual mencebik kesal, "Udahlah ga usah basa-basi. Lo ga tau sopan santun? Ada tamu lho di depan lo."
Seolah ditampar ucapan Nual, Adlyn kontan menggeser badan dan membiarkan Nual masuk ke dalam apartemennya. Setelah cowok itu masuk, Adlyn segera menutup pintu dan menguncinya.
"Maksud lo apa bilang ke Zella kalo dia adalah orang ketiga di antara lo dan gue?" tanya Nual to the point.
Alis Adlyn lantas berkerut. "Kamu ngomong apa, sih? Aku nggak ngerti."
"Ga usah pura-pura," cetus Nual. "Lo bilang ke Evan kalau Zella udah ngerebut gue dari lo. Memang kita pernah ada apa? Memang lo siapa sampai lo berani bilang kalo gue milik lo?"
Adlyn terkesiap. Memang kita pernah ada apa? Tenggorokan Adlyn seketika tercekat saat mendengar kalimat itu.
"Gue pikir lo nggak senorak itu, ya, Dlyn. Tapi dugaan gue salah."
"Lan, aku bener-be—"
"Ngga ngerti? Terus aja bilang kalo lo ngga ngerti apa yang gue omongin." potong Nual.
Nual menghela nafas kasar. Rasanya emosi sekali melihat wajah Adlyn. Ditambah lagi cerita Evan yang bilang kalau Zella dikatai orang ketiga oleh Adlyn. Kejengkelannya seakan bertambah berkali lipat.
"Nual," Adlyn memanggil pelan.
"Nggak." ketus Nual, "Gue belum izinin lo bicara. Lo harus dengerin gue dulu."
Adlyn kembali diam. Tapi, jantungnya tak bisa tenang. Di dalam sana, jantungnya berdentum cepat sekali.
"Jujur gue heran dengan sikap lo. Lo minta gue untuk lupain semua yang pernah terjadi di antara kita. Lo bilang di antara kita udah ga ada apa-apa lagi. Konyol memang. Karena sebenernya di awal pun kita memang ga pernah ada apa-apa,"
Nual menarik nafas sejenak, "Tapi, setelah gue turuti kemauan lo, kenapa malah kaya gini? Lo tiba-tiba dateng dan bersikap seolah ga terjadi apa-apa."
"Jelasin, Dlyn. Tolong jelasin ke gue apa yang sebenarnya lo mau. Jelasin kenapa lo minta gue pergi dari kehidupan lo. Tapi setelah gue lakuin itu semua, lo malah kembali." lanjut Nual dengan lurus menatap Adlyn.
Terjadi hening sejenak di antara mereka berdua. Adlyn tak langsung menjawab. Ia menunduk dan melemaskan bahunya. Sejurus kemudian, barulah ia mengangkat dagu. Matanya yang cokelat itu balik menatap Nual dengan sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATURN
Roman pour AdolescentsSaturna Zervella tidak pernah menikmati dunia luar. Sehari-hari, jadwalnya hanya homeschooling dan main bersama anjing peliharaannya. Di usianya yang ke-16, ia memberanikan diri meminta kepada orang tuanya untuk menjalani kehidupan layaknya remaja d...