Sejak maghrib hingga tengah malam, kerjaan Adlyn hanya mondar-mandir di ruang tamu sambil menatap amplop putih pemberian Niana.
Adlyn belum membukanya. Ia tidak siap untuk mengetahui apa isi amplop itu. Terlebih lagi, kemarin Nual sempat membaca kop surat itu yang bertuliskan Chastain Memorial Park Hospital.
Tentu saja surat itu berasal dari rumah sakit tersebut, membuat Adlyn makin menduga yang tidak-tidak.
Adlyn hanya bisa berharap jika ia nanti memutuskan untuk membuka amplop itu dan mengetahui isinya, ia tidak mendapat kabar buruk. Melainkan sebaliknya.
Adlyn sudah cukup muak dengan kehidupannya yang terasa monoton selama ini. Bahkan, Nual, satu-satunya orang yang Adlyn percaya, telah pergi dari hidupnya. Sekarang, Adlyn kembali sendiri.
Bodohnya Adlyn adalah bertahan meski ketidakjelasan menjadi dasar hubungannya dengan Nual selama ini. Seharusnya Adlyn sadar sejak dulu bahwa ia dan Nual tak bisa bersama. Tetapi Adlyn memaksakan segalanya. Hingga akhirnya ia sadar bahwa Nual menyukai Zella.
Adlyn tidak mau kembali sakit untuk kedua kalinya. Cukup waktu itu ia kehilangan Vargo. Ia tidak mau kehilangan dirinya sendiri sekalipun ia harus melepas Nual untuk orang lain.
Karena kehilangan yang paling buruk adalah kehilangan diri sendiri.
•••✨•••
Subuh pun tiba.
Pagi-pagi sekali, Evan bangun dengan kepala yang sangat berat. Pandangannya yang masih memburam membuat Evan harus memicingkan mata untuk melihat sekelilingnya.
"Shit," Evan yang tak biasanya mengumpat menjadi melakukan hal nista itu saat ia tahu bahwa ia masih berada di rumah Nual dalam keadaan yang sangat berantakan.
Evan membenarkan posisi badannya. Ia menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jarinya. Matanya kemudian melihat jam yang tergantung di dinding rumah Nual. Jam empat pagi.
Evan mencebik kesal. "Tolol banget, sih, gue."
Jelas Evan merutuki dirinya sendiri karena ia mabuk di rumah orang sampai pagi. Orang tuanya memang gak akan marah. Lagipula, geng mereka juga udah sering saling menginap di rumah satu sama lain. Tapi...
"Zella mana?" Yap! Satu hal yang baru saja Evan sadari adalah ia tidak melihat Zella sejak pertama kali membuka mata. Evan hanya melihat Archie, Eze dan Luna yang keadaannya sama seperti dirinya.
Evan ingat kalau semalam ia minum whisky sebanyak empat gelas meski telah dilarang Zella. Sebab, hasratnya untuk meminum minuman itu seolah tak bisa berhenti. Evan mengabaikan ucapan Zella dan tetap meminumnya hingga akhirnya mabuk.
Setelah itu, Evan sama sekali tidak tahu apa yang terjadi.
"Apa iya gue ngelakuin hal-hal aneh? Terus makanya Zella kabur?" Evan panik sendiri.
"Ah, tapi pakaian gue tertutup dengan sempurna gini, kok." Evan berusaha menenangkan dirinya sendiri. Dan memang benar, sih. Evan tidak melakukan apapun terhadap Zella sama sekali.
"Tapi, Zella ke mana? Masa dia—"
"Lo udah bangun?"
Evan terhenyak ketika tiba-tiba ada suara di belakangnya. Evan lantas menoleh ke belakang dan melihat Nual sedang berjalan menuju ruang keluarga dengan handuk kecil berwarna putih menggantung di leher.
"Astaga, Lan. Gue kira suara siapa."
"Siapa?" Nual menyahut.
"Tauk. Genderuwo." balas Evan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATURN
Teen FictionSaturna Zervella tidak pernah menikmati dunia luar. Sehari-hari, jadwalnya hanya homeschooling dan main bersama anjing peliharaannya. Di usianya yang ke-16, ia memberanikan diri meminta kepada orang tuanya untuk menjalani kehidupan layaknya remaja d...