16 | Knowing The Answer

524 113 5
                                    

Tidak hanya Zella yang ditanyain sana-sini, Nual dan Evan pun banjir pertanyaan oleh Archie dan Eze selepas kejadian di kantin. Archie berpikir kalau Evan dan Nual sedang dalam usaha bertaruh mendapatkan hati Zella. Bahkan, Archie sampai kepikiran kalau dirinya sengaja tidak diberitahu biar nggak kebanyakan komentar.

"Jahat lo pada," cibir Archie. Merasa tidak terima diperlakukan kurang adil. "Masa iya lo berdua ngedeketin Zella dan nggak ngajak-ngajak gue? Gue kan juga mau."

"Terutama lo, Lan. Sejak kapan lo deket sama Zella? Lo mau nikung Evan, ya?" tunjuk Archie tanpa ragu-ragu, membuat yang dituduh salah tingkah.

"Gue nggak nikung Evan," sahut Nual. Seperti biasa, nadanya selalu datar.

"Terus kenapa lo bisa sama Zella tadi?" selidik Archie. Archie macam polisi aja.

"Ya nggak papa. Cuma kenalan doang." Lagi dan lagi, Nual cuma menjawab dengan intonasi datar.

"Bukannya lo udah tau namanya, ya? Gue nggak percaya lo murni kenalan sama Zella! Lo pasti udah apa-apain dia. Ya kan?" tuduh Archie lagi.

Ya ampun. Archie kalau ngomong suka nggak dipikir. Untungnya, Bang Jep lagi sepi-sepinya. Coba kalau ramai, pasti para pengunjung yang umumnya adalah anak sekolahan akan berpikir yang tidak-tidak tentang Nual. Walaupun mereka juga tidak saling kenal, sih.

"Gue nggak apa-apain dia." balas Nual. "Lagian kalo gue mau nikung Evan, dari dulu juga udah gue lakuin karena semua gebetan Evan nggak pernah nggak bener."

"Payah lu, Lan!" cicit Archie.

"Iyain aja," sahut Nual santai, kemudian ia meneguk segelas kopi hitam pekat yang dipesannya.

Archie mengusap wajahnya kasar. Tiba-tiba ia berucap, "Tolong, ya, jangan permainkan gue kaya gini, please."

Evan, Nual dan Eze saling berpandangan. Memang Archie itu anaknya alay banget. Sampai kadang, Eze sebagai saudara kembarnya, suka malu punya adik kaya Archie.

"Alay banget lo, sumpah." cibir Eze, yang dari tadi tak banyak berkomentar.

"Habisnya gue heran. Baru kali ini lo dan lo ngejar cewek yang sama." Archie menatap Nual dan Evan bergiliran. Dan kini, Evan dan Nual yang saling memandang.

"Gini, ya. Terserah, sih, lo berdua mau bilang cuma kenalan doang atau memang beneran pedekate. Yang jelas, gue nggak mau sampe terjadi apa-apa sama persahabatan kita. Jauh sebelum Zella ada, persahabatan kita udah ada lebih dulu. Gue nggak mau hanya karena si anak baru itu dateng, semuanya jadi berantakan."

"Dan satu lagi, please kalo mau bersaing, bersainglah secara fair. Biarin Zella yang nentuin pilihannya sendiri."

Wow. Seorang Archiel Valentino baru saja ceramah. Evan, Nual dan Eze menatap sahabatnya itu tanpa berpaling sedikit pun. Benar-benar momen langka Archie bisa seserius itu mengingat segala macam hal selalu dibercandain cowok itu.

Tapi, apa yang dibilang oleh Archie memang benar, sih. Walaupun sekarang kenyataan yang dibicarakan oleh cowok itu tidaklah benar seratus persen, tetapi bisa saja semua terjadi. Karena, pada akhirnya musuh terbesar adalah sahabat sendiri.

•••✨•••

"Welcome, Zella,"

Baru saja membuka pintu mobil, Zella sudah disapa demikian oleh sang kakak. Zella memutar dua bola matanya malas, kemudian masuk dan duduk dengan tampang ogah-ogahan.

"Kenapa cemberut?" tanya Zaven ketika adiknya sudah benar-benar di dalam mobil bersamanya. Zaven perlahan melajukan mobilnya.

Zella menghela nafas kesal. "After everything you have done to me, you still ask me a question like that? C'mon, Kak. Stop breaking my mood."

SATURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang