kalo kalian suka sama ceritanya, boleh dong vote dan commentnya:)
•••
"Good Morning," Suara Adlyn berhasil membangunkan Nual kala gadis itu lebih dulu membuka mata. Nual yang semula masih terpejam, kini membuka matanya perlahan dan menggeliat pelan tanpa melepas pelukannya dari tubuh Adlyn.
"Morning," sahut Nual, suaranya masih serak. Sangat khas orang bangun tidur. Dan tentu saja hal itu membuat bulu kuduk Adlyn meremang. Adlyn selalu suka mendengar suara Nual yang serak seperti itu.
Adlyn kemudian menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat jam weker. Masih jam 4 pagi. Tandanya, mereka masih punya waktu santai kira-kira satu jam lamanya sebelum bersiap untuk berangkat ke sekolah.
"Pules?" tanya Nual sembari memandang kedua mata Adlyn lekat.
"Banget." Adlyn mengangguk kemudian menyengir.
Nual tersenyum simpul. Ia kemudian mengeratkan pelukannya pada tubuh Adlyn dan memejamkan mata lagi.
"Awas, entar ketiduran." ucap Adlyn.
Nual terkekeh, "Enggak."
Tapi, Nual tetaplah Nual. Bilang enggak tapi ujung-ujungnya iya. Karena itu, Adlyn mendorong dada Nual pelan.
"Bangun. Aku nggak mau kita nyaris terlambat kaya dua hari lalu." ujarnya.
Akhirnya, dengan terpaksa Nual membuka mata dan mengendurkan pelukannya.
"Nanti latihan cheers?" tanya Nual, basa-basi.
"Iya. Setiap hari." Adlyn menjawab.
"Oh," Nual hanya membalasnya dengan gumaman.
"Kalo kamu? Ada kegiatan apa nanti?" tanya Adlyn sembari membenarkan rambut bagian depan Nual yang menghalangi dahinya. Gadis itu menyisir rambut depan Nual ke belakang dengan jarinya.
Nual mengedikkan bahu. "Anak-anak, sih, ngajak nongkrong. Tapi nggak tau."
Anak-anak yang dimaksud Nual ialah teman karibnya, yaitu, Evan dan si kembar.
"Nongkrong di mana?" tanya Adlyn lagi.
"Entah," jawab Nual sekenanya.
Adlyn diam sejenak, tetapi pikirannya berkeliaran. Memiliki beberapa teman dekat yang bisa saling mengerti satu sama lain pasti sangat menyenangkan. Seperti halnya Nual yang memiliki Evan, Eze dan Archie. Kadang, Adlyn merasa iri dengan orang lain karena mereka bisa memiliki teman yang tulus alias nggak fake.
Banyak yang mengira Adlyn memiliki kehidupan yang sempurna. Cantik, pintar, anak cheers dan kebanggaan guru. Tetapi semua itu percuma apabila Adlyn tidak memiliki teman yang tulus dan sayang pada dirinya. Selama ini, hanya Nual yang berada di sampingnya. Dan ya, Adlyn mensyukuri hal itu. Tetapi, tidak bisakah takdir sedikit lebih baik lagi padanya?
Beberapa mantan teman Adlyn hanya mengincar harta dan mengejar popularitas di sekolah. Mereka tidak benar-benar tulus dalam menjalin pertemanan dengan Adlyn. Ibaratnya, ada udang di balik batu.
"Hey," panggil Nual.
"Hm?" Adlyn menggumam pelan.
"Mikirin apa kamu?" tanya Nual, melihat wajah Adlyn yang kelihatannya sedang memikirkan sesuatu.
Adlyn hanya menggeleng samar. Yang terjadi selanjutnya malah gadis itu membenamkan wajahnya di dada bidang Nual. Nual yang melihat itu lantas meraih kepala Adlyn dan membelai rambut gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
SATURN
Novela JuvenilSaturna Zervella tidak pernah menikmati dunia luar. Sehari-hari, jadwalnya hanya homeschooling dan main bersama anjing peliharaannya. Di usianya yang ke-16, ia memberanikan diri meminta kepada orang tuanya untuk menjalani kehidupan layaknya remaja d...