47 | She Has No Idea

219 33 36
                                    

hai teman-teman online yang baik hati dan disayang Tuhan🌝🌸

ngga terasa Saturn sudah sampai segini. terima kasih untuk 10.000 viewers-nya🎉 sangat bangga sekaligus bahagia. aku tahu jumlah viewers-nya belum sampai puluhan/ratusan ribu. tapi senang sekali melihat Saturn berproses.

sebelum kalian baca chapter 47, aku mau nanya dong. dijawab yaaa...

1. hal apa yang paling berkesan di cerita ini? jawab sejujur-jujurnya, ya!😭☺😍

2. apa yang bikin kamu betah bacanya?

3. tokoh siapa yang paling kamu suka?

4. tokoh siapa yang paling kamu ga suka?

5. pengen sad atau happy ending?😆

tulis judul dan sinopsis singkat cerita kamu di sini ya, kalau ada waktu mau aku baca hehe🐬➡️

🌸 happy reading chapter 47 🌸

***

"Gue anterin pulang."

"Ha?" Zella nampak membuka mulutnya setengah. Ia kaget mendengar perkataan Nual beberapa detik yang lalu.

"Kamu mau anterin aku pulang?" Dahi Zella mengerut.

Nual mengangguk, "Sekalian mau ngobrol sama lo."

"Aku pulang sendiri aja." kata Zella. Tentu ia menolak ajakan Nual. Ia tidak mau menjadi bahan gosip di sekolah. Dan juga, ia tak ingin Evan salah sangka. Evan pasti merasa dibohongi. Padahal memang Zaven yang mendadak ganti rencana.

"Lo pulang sendiri emangnya gak takut dikerjain sama orang gak dikenal lagi?"

Pertanyaan Nual mendadak membuat Zella flashback ke beberapa hari lalu. Zella mendengus pelan. Bagaimana bisa Zella nggak takut? Jelas gadis itu takut.

"Gimana?" tawar Nual.

Zella terlihat menimang-nimang jawaban. Semenjak curhat dengan Zaven, Zella menjadi lebih hati-hati dalam mengambil keputusan. Ia tidak mau melukai siapapun.

"Ah, kelamaan." cetus Nual kemudian langsung menggenggam pergelangan tangan Zella dan menariknya agar mengikutinya.

"Eh-"

"Berkat gak boleh ditolak." potong Nual.

Zella shock karena tiba-tiba tangannya ditarik dan ia harus mengimbangi langkah besar Nual. Ada apa dengan cowok ini?

Kini, mereka berdua berjalan melintasi kerumunan lobi dengan keadaan tangan yang saling tertaut satu sama lain. Zella terpaksa menunduk karena ia malu menjadi pusat perhatian.

Sesampainya di halaman parkir motor sekolah yang sudah lebih sepi, Nual melepas genggamannya pada tangan Zella. Ia menanggalkan tas ranselnya dan menaruhnya di atas jok motor. Berikutnya, cowok itu melepas blazer-nya dan memberikannya pada Zella.

"Apa?" Zella cengo menatap tangan Nual yang terulur di hadapannya.

"Ini diiket di pinggang lo. Gue gak bawa jaket. Jadi pake blazer gue aja."

SATURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang