49 | Always, No Matter What

184 22 16
                                    

Gimana kabarnya hari ini? Sehat? Harus sehat dan semangat, ya!!✨🤠

Sebelom baca, jangan lupa tunjukkan kehadiran kalian lewat vote dan comment!😁 Happy reading all💖🌸

***

"Luna!" Eze menjerit karena tubuh Luna tumbang ke lantai sebelum cowok itu sempat menangkapnya. Eze segera menghampiri Luna, mengangkat setengah badan gadis itu dan menahannya di atas paha kirinya.

"Lun, bangun, Lun!" Eze menepuk-nepuk pipi Luna agar gadis itu bangun.

Bersamaan dengan itu, Archie, Nual, Evan dan Zella lari tergopoh-gopoh memasuki ruang tamu karena kaget ketika mendengar suara teriakan Luna dan Eze.

Mereka terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapan mereka sekaligus ter-distract dengan bau busuk yang memenuhi seantero ruangan.

"Ada apa ini!?" seru Archie lalu berlari menghampiri Eze dan Luna.

"Loh, Luna kenapa?" kaget Zella.

"Luna pingsan. Tolong lo singkirin bantal di sofa, Chi. Gue mau angkat dia ke sana." kata Eze terburu-buru.

Archie segera menyingkirkan semua bantal yang ada di sofa. "Udah, Ze."

Eze dengan gentle mengangkat tubuh Luna dan meletakkannya di atas sofa. Cowok itu menyingkap rambut Luna yang menutupi wajahnya.

"Eh, bisa tolong ambilin minyak kayu putih, nggak?" Eze bertanya.

"Bentar gue ambilin." Nual menyahut cepat dan pergi menuju lemari P3K yang ada di dekat ruang makan rumah sahabatnya itu.

"Itu apa, Ze?" Evan berceletuk ketika melihat sebuah kotak terbuka berada di atas meja.

"Gue ga tau. Tapi kayanya isi dari kotak itu yang bikin Luna pingsan." balas Eze.

Alis Evan berkerut. Isi? Bikin pingsan? Memang separah apa isinya sampai bisa membuat Luna pingsan?

Evan maju selangkah agar bisa melihat isi kotak itu. Tanpa Evan sadari, Zella yang ada di sebelahnya juga ikut melangkah karena penasaran dengan isinya. Alhasil, Zella langsung membekap mulut dan badannya seolah terdorong ke belakang.

Evan spontan menoleh. Begitu juga dengan Eze dan Archie. Mereka kaget.

"Zel?" Evan mendekati Zella dan menyentuh bahu gadis itu.

Zella shock. Jantungnya berdegup kencang diiringi matanya yang mulai berair. Nafasnya tersendat, tatapannya kosong dan tiba-tiba dia seperti hendak jatuh.

"Zella!" Evan mencicit dan sigap menangkap Zella.

Zella mendadak lemas. Tulang-tulang di tubuhnya seakan luluh lantak. Rahangnya bergetar. Wajahnya secepat itu memucat.

"Woi, ada apa, sih, ini?" Archie berseru gemas. Atmosfer di sekeliling mereka seketika berubah mencekam sekaligus membingungkan. Kesal, Archie melangkah dan ikut melihat isi dari kotak itu.

"Bangsat!" umpat Archie. "Bangsat, bangsat, bangsat! Siapa yang ngirim beginian, anjing!?"

Eze menelan saliva. Melihat respon Luna, Zella dan kembarannya, membuat Eze yakin bahwa ia tak perlu ikut melihatnya. "Apaan, Chi?"

"Bangke, Ze. Bangke anjing."

"Shit," Eze menggeram.

Archie berdecak. Kok bisa, sih, ada kotak berisi bangkai anjing yang berlumuran darah sekaligus kertas teror seperti itu di rumahnya?

SATURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang