Para siswa kelas 11-C1 telah menyelesaikan pelajaran bahasa Inggris. Mereka serempak keluar dari lab bahasa dan kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran.
"Zella!" Seseorang dari belakang menyerukan nama Zella. Zella dan teman-teman di dekatnya lantas menghentikan langkah dan menoleh ke belakang.
"Alvin?" Kening Zella berkerut.
Alvin kemudian berlari kecil menghampiri Zella yang sudah beberapa langkah di depannya.
"Kenapa, Vin?" tanya Zella setelah Alvin sampai di dekatnya.
Alvin nampak menyerahkan sebuah pulpen yang berada dalam genggamannya kepada sang pemilik. Itu pulpen Zella yang tadi dipinjamnya.
"Sorry, gue tadi lupa pas di dalem," kata Alvin, "Thanks, ya."
"Iya, nggak papa. Aku juga lupa minta sama kamu. Makasih, ya." balas Zella, sembari memasukkan pulpen itu ke dalam saku blazernya.
Setelah itu, Alvin balik ke gerombolannya. Zella beserta teman-teman ceweknya kembali melanjutkan perjalanan menuju kelas.
"Zel, kamu anak tunggal?" Di tengah perjalanan, Nola yang berada di samping kanan gadis itu, tiba-tiba bertanya.
"Enggak," jawab Zella. "Bukannya kemarin waktu mau pulang aku bilang sama kamu kalo aku dijemput sama kakak aku, ya?"
Nola terlihat berpikir. "Masa, sih? Aku lupa."
"Aku punya dua kakak. Yang paling tua cowok, terus cewek, yang terakhir baru, deh, aku. Aku paling bontot." kata Zella, bangga menyebutkan dirinya anak bungsu.
"Yang jemput kamu? Yang cowok?" Nola bertanya lagi.
Zella mengangguk, "Iya."
"Udah kerja? Atau masih kuliah?" Nola bertanya lagi.
"Kakak aku yang cowok udah kuliah. Jarak aku sama dia lumayan jauh." jawab Zella. "Kenapa?"
"Oh, nggak apa-apa. Aku cuma nanya aja. Ehm, jangan mikir macem-macem. Aku emang kepo anaknya." Nola nyengir.
Zella cuma manggut-manggut. Selain galak, Nola juga kepoan orangnya. Zella memang selama dua hari ini paling dekat dengan Nola. Itu semua karena Zella duduk di sebelah gadis itu. Tapi, juga ada teman lain seperti Tania dan Lexa.
"Oh iya. Aku mau ke toilet dulu sebelum ke kelas. Kamu ikut atau langsung ke kelas?" tawar Nola.
Zella tidak lagi kebelet. Maka, ia menolak dan memilih langsung ke kelas.
"Aku langsung ke kelas aja,"
"Oke. Aku, Tania sama Lexa ke toilet dulu, ya." pamit Nola kemudian menggiring Tania dan Lexa pergi ke toilet.
Zella akhirnya jalan sendirian ke kelas. Zella nggak bingung, karena Zella sudah biasa melakukan apa-apa sendiri. Sudah terbisa sendirian.
Zella hendak berbelok ke kiri. Namun, saat ia sudah berbelok dan jalan beberapa langkah, Zella melihat seorang cowok keluar dari lab fisika. Dan keduanya tak sengaja bertatapan selama tiga detik.
Tak butuh waktu lama bagi Zella untuk mengetahui siapa cowok itu. Zella ingat betul. Tiba-tiba ia panik. Segera ia balik badan dan melangkah cepat menjauhi cowok itu.
"Woi!"
Zella melotot kaget. Cowok itu berseru di tengah koridor yang hanya ada dirinya dan Zella. Yakin seribu persen, seruan itu untuk Zella. Namun, Zella tetap melangkah. Ia tidak mau menghiraukan. Zella mau kabur.
Tapi, si cowok berlari dan berhasil mengikis jarak di antara dirinya dan Zella. Zella terkejut karena cowok itu kini sudah berada di hadapannya.
Cowok itu... asal kalian tahu, dia adalah Nual. Dia yang dibilang galak oleh Zella. Dia yang kemarin tak sengaja kepergok Zella saat berada di area belakang toilet dengan seorang cewek.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATURN
Teen FictionSaturna Zervella tidak pernah menikmati dunia luar. Sehari-hari, jadwalnya hanya homeschooling dan main bersama anjing peliharaannya. Di usianya yang ke-16, ia memberanikan diri meminta kepada orang tuanya untuk menjalani kehidupan layaknya remaja d...