32 | Can I Say, I'm Broken?

328 55 28
                                    

"Gimana? Masakan Tante masih enak 'kan?" tanya Niana disela-sela aktifitasnya. Niana terlihat berbeda dari biasanya. Ia nampak ceria. Tentu karena kedatangan Adlyn ke rumahnya.

Adlyn yang masih mengunyah hanya bisa menganggukkan kepala. Setelah selesai mengunyah, barulah ia berujar, "Enak, kok, Tan. Masakan Tante nggak pernah nggak enak. Adlyn selalu suka."

Dulu, Adlyn sering sekali main ke rumah Niana. Itu sebabnya, Niana sudah menganggap Adlyn sebagai anaknya sendiri. Selain main, Adlyn juga sering menginap. Jadi, menikmati masakan Niana adalah hal yang sangat lumrah baginya.

"Dihabisin, ya, Sayang. Nambah lagi, tuh. Daging ayamnya ambilin." suruh Niana. Adlyn menganggukan kepalanya dan tersenyum.

Makan berdua dengan Niana di meja makan, mengingatkan Adlyn akan banyak hal. Dulu, di hadapannya ada Vargo. Tapi sekarang, tempat itu kosong. Dulu, mereka berdua selalu lomba menghabiskan masakan Niana. Tapi kini, dengan siapa Adlyn bisa kembali melakukannya?

Vargo adalah segalanya untuk Adlyn. Dulu, sekarang dan selamanya. Cowok itu akan selalu memiliki tempat tersendiri di hatinya.

"Adlyn, kok bengong?" Niana memergoki Adlyn sedang melamunkan Vargo.

"Kamu ada masalah, ya? Cerita sama Tante kalo memang ada. Tante pasti bantu." Niana mengulurkan tangannya dan menggapai telapak tangan kiri Adlyn yang masih memegang garpu.

"Oh, enggak kok, Tan. Adlyn baik-baik aja." ujar Adlyn, berbohong.

"Beneran?" Niana meragu.

Adlyn tersenyum kepada Niana dan balas menumpukkan telapak tangannya yang lain di atas punggung tangan Niana. Membuat curiga Niana serta-merta mengudara.

"Tante tahu Adlyn kaya gimana 'kan? Kalo memang Adlyn ada masalah, Adlyn pasti cerita, kok." ucap Adlyn menyakinkan.

"Tante nggak perlu khawatir. Lagian juga nggak ada yang perlu dikhawatirkan dari Adlyn." lanjutnya. Lalu, Adlyn melanjutkan acara makan siangnya lagi. Begitu juga dengan Niana.

"Sebentar," ucap Niana tiba-tiba. Membuat Adlyn kembali mendongakkan kepala dan menaikkan sebelah alisnya. "Kamu lanjut makan aja. Tante cuma mau ke kamar bentar, kok."

"Ohhh oke," sahut Adlyn.

Niana kemudian bangkit berdiri dan pergi menuju kamarnya. Sementara itu, Adlyn tetap di ruang makan sesuai anjuran Niana. Tak lama setelahnya, Niana kembali dengan memegang sebuah amplop berwarna putih.

"Apa itu, Tan?" tanya Adlyn spontan.

Niana menarik kursi lalu duduk, "Titipan dari Vargo untuk kamu."

Jelas saja pernyataan Niana membuat Adlyn mematung. Titipan dari Vargo?

Setelah bertahun-tahun terlewati, rupanya Vargo menitipkan sesuatu pada Niana untuk Adlyn.

Niana meletakkan amplop putih itu tepat di hadapan Adlyn. "Kamu buka di rumah saja, ya."

Adlyn melihat benda tipis itu sekilas sebelum kembali menatap Niana, "Dari Vargo, Tan?"

Niana mengangguk, "Tante bingung harus cari kamu ke mana. Tante nggak tahu kamu tinggal di mana. Tante benar-benar kehilangan cara untuk bisa kembali bertemu dengan kamu. Makanya benda itu baru bisa kamu terima sekarang."

Penjelasan dari Niana membuat Adlyn merasa bersalah. Seharusnya dia kembali dari dulu. Pasti keadaan tidak akan seburuk ini.

"Jangan tinggalin Tante lagi, ya, Dlyn. Sekarang hanya kamu yang Tante punya." ucap Niana lirih.

Tentu saja. Tanpa Niana meminta, Adlyn akan melakukannya. Bukan semata-mata untuk wanita itu, tetapi untuk Vargo.

•••✨•••

SATURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang