Seminggu telah berlalu.
Hubungan Evan dan Zella masih baik-baik saja. Yang berbeda hanyalah perasaan keduanya. Yap, Evan masih mencintai Zella, sedangkan Zella sudah bisa membedakan bagaimana rasa suka sebagai teman dan lebih dari teman.
Zella memang terlambat menyadari bahwa ia hanya menganggap Evan sebagai teman. Perasaan nyaman yang ia dapatkan dari cowok itu hampir sama dengan perasaan nyaman yang ia dapatkan dari Zaven.
Berbeda dengan Zella, perasaan Evan justru tidak berubah sedikitpun. Dari awal bertemu hingga detik ini, cintanya masih sama dan malah bertambah besar.
Kalau dipikir-pikir, malang sekali nasib Evan. Tapi, begitulah cinta bukan? Kadang memang tak selalu berbalas.
Sekarang, Evan sedang menunggu momen yang tepat untuk memutuskan Zella sekaligus melepaskan gadisnya itu untuk Nual. Tentu rasanya akan menyakitkan. Tapi Evan telah berjanji pada dirinya sendiri. Apabila suatu saat nanti Zella bilang tidak bahagia dengannya, maka Evan harus melepaskannya.
•••✨•••
"Zella!"
Sebuah lengkingan suara merasuki telinga Zella ketika dia sedang berjalan menuju kelas. Zella otomatis menoleh ke belakang dan mendapati Adlyn berlari pelan mengejarnya. Namun, bukannya menunggu Adlyn, Zella malah berbalik dan berlari menjauhi Adlyn. Wajahnya berubah panik kala melihat Adlyn.
Adlyn sempat bingung melihat Zella yang malah menjauhi dirinya. Akan tetapi, ia tetap mengejar Zella dan berhasil memblokade jalan di hadapan gadis itu.
Zella kelihatan panik saat melihat Adlyn berada di hadapannya dengan wajah kelelahan akibat mengejarnya. Jujur Zella panik karena teringat kejadian kemarin. Adlyn terlampau kasar kepadanya.
"Kok lari, sih, Zel? Aku mau ngomong sesuatu sama kamu." ujar Adlyn.
Zella tak menjawab. Ia malah menunduk dan tak menghiraukan Adlyn.
Adlyn menetralkan pernafasannya lebih dahulu. "Aku mau minta waktu kamu sebentar, Zel. Apa bisa?"
"Bu—buat apa?" Zella terbata.
"Aku mau minta maaf sama kamu atas kejadian kemarin." tutur Adlyn.
"Aku tau aku salah karena udah bilang yang enggak-enggak tentang kamu. Aku bener-bener dikuasai ego waktu itu." sambung Adlyn dengan muka bersalah.
Zella masih terdiam. Ia tidak tahu harus bersikap apa saat ini.
"Aku nggak nuntut kamu untuk bisa maafin aku sekarang. Karena mungkin apa yang udah aku lakuin ke kamu memang sekasar itu. Aku juga ga bisa bayangin gimana kalo seandainya aku yang ada di posisi kamu waktu itu. Pasti hati aku sakit banget dibilang orang ketiga." imbuh Adlyn.
Zella menatap Adlyn sedikit iba. Ia memang sakit hati dikatai orang ketiga oleh Adlyn. Tapi, bukannya setiap manusia pasti pernah berbuat kesalahan? Mungkin memang benar kalau Adlyn khilaf.
"Dari kejadian kemarin aku belajar banyak hal. Ternyata ga semua yang kita mau di hidup ini bisa kesampaian dan ga semua rasa cinta bisa berbalas." kata Adlyn, membuat Zella memerhatikan kakak kelasnya itu.
"Mungkin memang Nual bukan untuk aku. Kita cuma ditakdirin Tuhan sebagai teman dan nggak lebih. Karena ternyata Nual sayangnya sama perempuan lain, bukan sama aku."
Begitu Adlyn menyebut kata perempuan lain, agaknya wajah Zella sedikit berubah menampilkan raut yang sulit diartikan.
"Kamu tau 'kan, siapa perempuan yang aku maksud?" Adlyn bertanya.
"Jangan bilang kamu nggak tau, ya, Zel." Adlyn menahan senyum.
"Perempuan yang aku maksud itu kamu. Nual suka sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SATURN
Roman pour AdolescentsSaturna Zervella tidak pernah menikmati dunia luar. Sehari-hari, jadwalnya hanya homeschooling dan main bersama anjing peliharaannya. Di usianya yang ke-16, ia memberanikan diri meminta kepada orang tuanya untuk menjalani kehidupan layaknya remaja d...