⚠️attention please⚠️
baca narasinya pelan² aja, ya. jangan scroll cepet"🤞😁 dan kalo suka sama cerita ini votement dulu yuk:) terakhir, ada kejutan lho di bawah sana🤫
nih aku kasih foto Nual biar semangat baca chapter 24: Serendipity.
happy reading!
***
Adlyn membuka mata saat secercah cahaya mentari menembus jendela kamar Nual. Gadis itu langsung mengubah posisinya yang semula tidur menghadap sisi kiri menjadi duduk. Matanya mengarah ke jam dinding yang ada di atas lemari pakaian Nual.
Jam delapan pagi.
Adlyn mendesah pelan. Satu kata terlintas di benaknya; terlambat. Adlyn cepat-cepat memejamkan mata dan mengucapkan permohonan syukur kepada Tuhan dalam hati. Singkat, tidak lama seperti biasanya.
Setelah berdoa, Adlyn bangkit berdiri dan merapikan kasur Nual. Ia melipat selimut dan menarik sprei. Kini kasur itu kembali rapi seperti sedia kala.
Sebelum ia benar-benar pergi, gadis itu menoleh ke arah Nual yang meringkuk pulas di atas sofa. Selimut yang sudah dilipat kembali ia buka dan ia sampirkan hingga menutupi tubuh cowok itu.
Sekarang, saatnya Adlyn pulang. Alih-alih membalikkan badan, tiba-tiba sesuatu yang kaku dan dingin mengenggam pergelangan tangannya. Tak salah lagi, itu adalah jemari Nual. Adlyn kembali menoleh ke belakang.
"Mau kemana?" Suara serak Nual mampir di telinga Adlyn. Aksi gadis itu yang menyampirkan selimut ke badan Nual rupanya berhasil membangunkan Nual. Kenyataan yang berbeda dengan yang diharapkan Adlyn.
"Pulang," jawab Adlyn singkat. "Can you take your hand off, please?"
Masih di posisinya, Nual menautkan kedua alisnya. Ia lalu berdiri di hadapan Adlyn. Ia memandang gadis di hadapannya dengan heran.
"Sorry, Lan. Aku nggak bisa lama-lama di sini." ucap Adlyn.
"Kenapa?" Alis Nual terangkat satu. "Kamu masih belum ikhlas sama masalah kita semalam?"
Masalah yang dimaksud Nual tak lain adalah perdebatan yang terjadi di antara mereka mengenai Zella.
"Nope. Bukan. Aku harus pulang sekarang. Bisakah aku keluar sekarang?" Adlyn nampak sekali terburu-buru.
"Terus kenapa kalo bukan karena—" Nual terdengar tak menghiraukan ucapan Adlyn. Akan tetapi, belum sempat menyelesaikan ucapannya, Adlyn sudah lebih dulu menyela ucapan cowok itu.
"Lan, bukannya semalam kita berdua sudah berkomitmen, ya? Kita harus belajar untuk saling melepas dan merelakan. Kita nggak bisa terus bersama 'kan? Suatu saat, kita akan dipisahkan. Entah karena waktu, mimpi, bahkan sama perasaan kita. Dan mungkin kita bisa mulai dengan berhenti saling mengurusi urusan kita masing-masing."
KAMU SEDANG MEMBACA
SATURN
Teen FictionSaturna Zervella tidak pernah menikmati dunia luar. Sehari-hari, jadwalnya hanya homeschooling dan main bersama anjing peliharaannya. Di usianya yang ke-16, ia memberanikan diri meminta kepada orang tuanya untuk menjalani kehidupan layaknya remaja d...