Nual tidak tahu harus senang, sedih, kesal, atau kaget saat mendapati Zella berada di pinggir jalan dalam keadaan yang sangat berantakan. Bau badannya amis, wajahnya sayu serta tubuhnya menggigil.
Nual keluar malam untuk mencari makan malam. Dan saat ia hendak pulang, ia menemukan Zella di pinggir jalan dalam keadaan nggak karuan.
Oke, awalnya Nual memang bingung. Tapi, nalurinya sebagai manusia tetap berfungsi dengan baik. Alhasil, ia memboncengkan Zella dan membawanya ke rumahnya.
Tentu saja rumahnya menjadi pilihan utama karena tidak mungkin Nual mengantarkan Zella dengan keadaan gadis itu yang menggigil kedinginan. Bisa-bisa Zella drop.
Sekarang, keduanya telah di rumah Nual. Zella sedang menunggu Nual mengambilkan pakaian yang bisa ia pakai setelah mandi. Cowok itu turun dari lantai dua dengan membawa pakaian yang akan dikenakan oleh Zella.
"Bentar. Handuknya," ujar Nual setelah Zella menerima pakaian pemberiannya.
Nual pun beralih dari hadapan Zella yang masih memandangnya dengan bingung dan mengambilkan handuk untuk gadis itu. Tak lama kemudian, ia kembali dengan handuk lebar berwarna abu-abu.
"Nih, handuknya," Nual menyodorkan handuk itu ke hadapan Zella, "Sekarang lo mandi."
Zella menatap handuk di tangan Nual. Lalu beralih menatap barang yang telah diberikan Nual sebelumnya. Lagi.
"Kenapa pake bengong segala, sih? Buruan mandi." tegur Nual.
Zella berdecak pelan. Tapi, karena Zella juga menyadari bahwa badannya sangat lengket dan berbau tak sedap, Zella pun menuruti perkataan Nual untuk segera mandi.
"Ya udah. Aku mandi dulu. Kamu jangan ke mana-mana, ya."
•••✨•••
Zaven dan Lyra panik setengah mati ketika jam sudah menunjukan jam delapan malam namun Zella belum tiba di rumah.
Ditelepon pun, nomor handphone anak itu juga tidak aktif.
Lyra juga telah melacak di mana keberadaan mobil Zella. Namun, ia tak bisa mendapatkan di mana lokasinya karena mobil Zella dalam keadaan mati.
"Zav, gimana ini? Mama khawatir." keluh Lyra tidak tenang.
Zaven juga tidak tahu harus bersikap bagaimana. Zaven tahu Zella main ke rumah temannya. Akan tetapi, Zaven tidak tahu di mana lokasi rumah Tania.
"She didn't answer our call." cetus Lyra lagi.
Lyra memijit keningnya. Inilah yang paling Lyra takutkan jika ia mengizinkan Zella bebas berkeliaran seperti dulu ia memberi izin pada Zvanya.
Lyra mulai berpikir yang tidak-tidak. Ia sungguh cemas. "Apa kita hubungi polisi saja, Zav?"
"Jangan buru-buru ambil keputusan, Ma." lerai Zaven cepat.
Zaven memang tidak tahu apa yang terjadi dengan Zella. Bukannya dia tidak peduli dengan keadaan sang adik yang sebenarnya kenapa-kenapa. Akan tetapi, ia hanya meminta Lyra untuk stay positive dan tidak gegabah dalam memutuskan suatu hal.
"Tapi kita ga bisa diem kaya gini, Zav. Adik kamu belum pulang dan kita ngga tau di mana dia sekarang." Lyra frustasi.
Wanita itu terisak kecil. Membuat perhatian Zaven teralih dan pada akhirnya duduk di samping sang mama.
"Ma, iya aku tahu Zella memang belum pulang dan kita nggak tahu keberadaannya. Tapi kalau kita hubungi polisi dan ternyata memang nothing happened with her, terus gimana?"
"Bisa aja memang Zella lupa jam pulang. Apalagi besok hari Sabtu. Mungkin dia kelupaan balik." lanjut Zaven.
"Lupa? Dia nggak mungkin lupa, Zaven." elak Lyra, "Apa kita kabarin Papa aja, ya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/217620551-288-k267509.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SATURN
Novela JuvenilSaturna Zervella tidak pernah menikmati dunia luar. Sehari-hari, jadwalnya hanya homeschooling dan main bersama anjing peliharaannya. Di usianya yang ke-16, ia memberanikan diri meminta kepada orang tuanya untuk menjalani kehidupan layaknya remaja d...